Ditulis untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Biologi Sel dan Molekuler
OLEH :
SEMESTER III
KELAS A
P07134220033
2021
LAPORAN PRAKTIKUM I
Pada hasil PCR diperoleh molekul-molekul DNA rantai ganda yang baru yang
merupakan hasil polimerisasi dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah DNA cetakan yang digunakan. Banyaknya siklus amplifikasi
tergantung pada konsentrasi DNA target dalam campuran reaksi. Produk PCR dapat
diidentifikasi melalui ukurannya dengan menggunakan elektroforesis gel agarosa.
VIII. Interpretasi Hasil
Pada proses PCR menggunakan menggunakan alat termo siklus. Sebuah mesin
yang memiliki kemampuan untuk memanaskan sekaligus mendinginkan tabung
reaksi dan mengatur temperatur untuk tiap tahapan reaksi. Ada tiga tahapan penting
dalam proses PCR yang selalu terulang dalam 30- 40 siklus dan berlangsung
dengan cepat :
1. Denaturasi Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum enzim taq
polimerase ditambahkan ke dalam tabung reaksi. Denaturasi DNA merupakan
proses pembukaan DNA untai ganda menjadi DNA untai tunggal. Ini biasanya
berlangsung sekitar 3 menit, untuk meyakinkan bahwa molekul DNA
terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Denaturasi yang tidak lengkap
mengakibatkan DNA mengalami renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi)
secara cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun waktu
denaturasi yang terlalu lama dapat mengurangi aktivitas enzim Taq polymerase.
Aktivitas enzim tersebut mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5
menit masing-masing pada suhu 92,5, 95 dan 97,5℃.
2. Annealing (penempelan primer) Kriteria yang umum digunakan untuk
merancang primer yang baik adalah bahwa primer sebaiknya berukuran 18 – 25
basa, mengandung 50 – 60 % G+C dan untuk kedua primer tersebut sebaiknya
sama. Sekuens DNA dalam masing-masing primer itu sendiri juga sebaiknya
tidak saling berkomplemen, karena hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
struktur sekunder pada primer tersebut dan mengurangi efisiensi PCR. Waktu
annealing yang biasa digunakan dalam PCR adalah 30 – 45 detik. Semakin
panjang ukuran primer, semakin tinggi temperaturnya. Kisaran temperatur
penempelan yang digunakan adalah antara 36oC sampai dengan 72℃, namun
suhu yang biasa dilakukan itu adalah antara 50 – 60℃.
3. Pemanjangan Primer (Extention) Selama tahap ini Taq polymerase memulai
aktivitasnya memperpanjang DNA primer dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan
nukleotida oleh enzim tersebut pada suhu 72oC diperkirakan 35 – 100
nukleotida/detik, bergantung pada buffer, pH, konsentrasi garam dan molekul
DNA target. Dengan demikian untuk produk PCR dengan panjang 2000 pasang
basa, waktu 1 menit sudah lebih dari cukup untuk tahap perpanjangan primer ini.
Biasanya di akhir siklus PCR waktu yang digunakan untuk tahap ini
diperpanjang sampai 5 menit sehingga seluruh produk PCR diharapkan
terbentuk DNA untai ganda.
IX. Pembahasan
Keberhasilan suatu proses PCR sangat tergantung dari primer yang digunakan.
Di dalam proses PCR, primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target
yang akan diamplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus hidroksi (-OH) pada
ujung 3' yang diperlukan untuk proses eksistensi DNA. Proses PCR melibatkan
beberapa tahap, yaitu :
a) Pra-denaturasi DNA templat dengan suhu 95ºC - 3’
b) Denaturasi DNA templat
Pada proses denaturasi, panas mempengaruhi strand DNA akan
terpisah menjadi DNA beruntai tunggal (single-stranded). Temperatur
pada tahap denaturasi pada kisaran 92-95ºC, suhu 94ºC merupakan
pilihan standar. Temperatur denaturasi yang tinggi membutuhkan
kandungan GC yang tinggi dari DNA template, tetapi half-life dari Taq
DNA Polymerase menekan secara tajam pada temperatur sekitar 95ºC.
c) Penempelan primer pada templat (annealing) dengan suhu 55ºC-30’
Pada tahap penempelan ini, suhu annealing primer akan
menempel dan berikatan pada daerah komplementer pada sekuen single-
stranded DNA.
d) Pemanjangan primer (extension) dengan suhu 72ºC - 1’
Pada tahap extension ini terjadi proses pemanjangan untai baru
DNA, dimulai dari posisi primer yang telah menempel di urutan basa
nukleotida DNA target akan bergerak dari ujung 5’ menuju ujung 3’ dari
untai tunggal DNA. Proses pemanjangan atau pembacaan informasi
DNA yang diinginkan sesuai dengan panjang urutan basa nukleotida
yang ditargetkan.
e) Final extension dengan suhu 72ºC - 10’
f) Elemetion dengan suhu 4oC selama waktu tak terhingga
Pada tahap 2 sampai dengan tahap 4 merupakan tahapan berulang
(siklus) yaitu sebanyak 25 kali yang dimana pada setiap siklus terjadi
duplikasi jumlah DNA. Hasil dari reaksi PCR dapat divisualisasi
menggunakan Gel Electrophoresis.
LAPORAN PRAKTIKUM III
PEMBUATAN AGAROSE
I. Materi Praktikum : Pembuatan Gel Agarose
II. Prinsip
Agarose gel elektroforesis adalah metode dari elektroforesis gel digunakan
dalam biokimia, biologi molekuler dan kimia klinik untuk pemisahan campuran
populasi DNA atau protein dalam matrik agarosa. Agarose gel elektroforesis
digunakan untuk analisis kualitas dari sampel DNA. Dengan menggunakan ukuran
marker yang tepat, itu digunakan untuk menaksir integritas DNA and menghitung
ukuran konsentrasi dari berbagai fragmen DNA. Penampakan pita DNA dari
elektroforesis ditentukan oleh persentase gel agarosa yang digunakan dalam
elektroforesis.
III. Metode
Pembuatan gel agarose dengan menggunakan serbuk agarose yang dicampur
dengan mendidihkan TAE
IV. Pendahuluan
Elektroforesis gel agarosa adalah metode elektroforesis gel yang digunakan
dalam biokimia, biologi molekuler, genetika, dan kimia klinis untuk memisahkan
populasi campuran makromolekul seperti DNA atau protein dalam matriks agarose,
salah satu dari dua komponen utama agar. Gel yang biasa digunakan adalah
agarosa. Gel agarosa adalah suatu polisakarida yang diekstraksi dari berbagai jenis
ganggang merah, atau poliakrilamid yang mampu melakukan separasi DNA dengan
kisaran ukuran yang luas. Dengan gel agarosa dapat dilakukan pemisahan sampel
DNA dengan ukuran dari beberapa ratus hingga 20.000 pasang basa (pb).
Elektroforesis gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen DNA yang antara
100 bp-50 kb tergantung dari konsentrasi gel agarose yang digunakan, medan gerak
biasanya horizontal dan mempunyai laju pemisahan lebih cepat. Kebanyakan gel
agarosa yang digunakan antara 0,7-2% dilarutkan dalam buffer elektroforesis. COC
menggunakan 1% gel dengan alasan karena ukuran pori pemisahan yang bagus
untuk ukuran dari kira-kira 200 bp sampai 10 kb.
V. Alat dan Bahan
a. Alat :
Gelas ukur
Beaker glass
Neraca analitik
Erlenmeyer
Kompor listrik
Selop tangan tebal
Tray
b. Bahan :
Serbuk agarose
TAE
Aquadest
Aluminium foil
VI. Prosedur
1. Karena konsentrasi agarose yang akan digunakan maka 0, 8%. agarose
ditimbang sebanyak 1,2 gr.
2. TAE yang diperlukan sebanyak 200 mL, pertama ukur TAE sebanyak 20 mL
lalu dilarutkan dengan aquades hingga mendapatkan TAE sebanyak 200 mL
dengan gelas ukur.
3. Masukkan serbuk agarose yang sudah ditimbang ke dalam erlenmeyer.
4. Ukur TAE yang sudah dilarutkan tadi dengan gelas ukur sebanyak 100 mL.
5. Masukkan TAE ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi serbuk agarose.
6. Homogenkan dan nyalakan kompor listrik
7. Letakkan erlenmeyer di atas kompor listrik supaya agarose cepat larut. Jangan
sampai mendidih.
8. Agarose dikatakan larut jika sudah bening seperti Kristal.
9. Masukkan dalam tray yang sudah disiapkan.
10. Setelah cairan gel agarose dituangkan, hindari terbentuknya gelembung. Buat
sumur dengan meletakkan sisir di bagian yang telah ditentukan.
11. Tunggu hingga berwarna putih susu.
VII. Hasil dan Dokumentasi
ELEKTROFORESIS
Dengan Judul
Oleh
P07134220033
KELAS III A
(Dr. drg. IGA. Ayu Putu Swastini, M.Biomed) (Heri Setiyo Bekti, S.ST., M.Biomed)
Mahasiswa