Nim : 21031029
Tugas 1 Pendahuluan
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang telah mengatur bahwa
pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerjak kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam
setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan dokter
yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut sembuh, cacat atau meninggal dunia
seperti penelitian (Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya ada jamsostek bagi pekerja.
Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dilaboratorium
analis kesehatan melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar kecelakaan kerja dan
keamanan kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi kita sebagai panduan sebelum
melakukan praktikum di laboratorium. Cara kerja dan prinsip kerja di laboratorium ini
merupakan langkah-langkah sebelum dan sesudah kita melakukan praktikum agar selama
proses praktikum tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak di inginkan serta dapat
menimbulkan kecelakaan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (Salim, 2012).
Untuk keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar diri kita bisa terhindar
dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi kecelakaan maka kita sudah mengetahui
bagaimana cara menanganinya. Dalam keamanan kerja hal pertama yang harus di patuhi adalah
kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada di laboratorium agar tidak
Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus
agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat laboratorium, bahan dan proses
praktikum, tempat praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum. Menurut
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang
terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak
Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan
terwujudnya pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan
cara penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan
kerja bagi dirinya maupun untuk laboratorium dan bagi para pekerja.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium.
Dalam laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya
kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan fisik dan
ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor pendorong
(dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium (Wulandari, 2011).
Selain di laboratorium manajemen K3 juga harus diterapkan di rumah sakit (Salikkuna, 2011).
Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pada RSIA
Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis penerapan Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil dari penelitian ini adalah adanya komitmen
dan kebijakan manajemen dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan disusun oleh pimpinan RS
secara lisan dan pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi belum mempunyai organisasi khusus
dan ahli K3 antara lain penyediaan APD dan pelatih K3 bagi pegawai RS serta pengukuran dan
selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya K3, namun belum
Rantau, Kalimantan Selatan, nilai ambang batas debu tidak diketahui. Manajemen perusahaan
tambang batu bara hanya menyatakan secara lisan bahwa nilai ambang batas debu dalam
keadaan normal. Kadar debu lebih dari 350 mg/m3 udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 – 9,9)
merupakan salah satu faktor intrinsic yang terbukti berhubungan dengan penurunan kapasitas
paru. Maka dari itu Penerapan dan penyuluhan K3 sangat penting supaya bisa mengantisipasi
Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap
pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang
mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna mencegah
terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan
meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan
sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil identifikasi
lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian resiko adalah
metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk,
dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau
cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk
Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama
adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua adalah
faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja
di labolatorium
• Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses
• Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan kegitan
labolatorium.
• Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus ditaati.
Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun, dan
dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di laboratorium
dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat, serta bahaya
kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya meningkat dapat
Berasarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab kecelakaan kerja didasakan
pada stress kerja dan kelelahan kerja. Dimana berdasarkan hasil penelitian pada perawat
diketahui bahwa pengukuran kelelahan setelah kerja memiliki nilai rata-rata lebih besar dari
pada kelelahan sebelum kerja. Hal ini disebabkan karena tenaga kerja harus menyelesaikan
beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan analisis univariat pada variabel
kelelahan kerja dapat diketahui bahwa untuk pengukuran sebelum kerja dari 30 responden yang
mengalami kelehan dalam keadaan normal, sebanyak 13 orang (43,33%). Dan 17 orang
(56,67%) berada dalam kategori kelelahan ringan, dan tidak ada responden (0%) berada dalam
kategori kelelahan sedang dan berat. Sedangkan untuk pengukuran setelah bekerja dapat
diketahui bahwa dari 30 responden tidak ada yang mengalami kelehan dalam keadaan normal
(0%), sebanyak 22 orang (73,33%) berada dalam kategori kelelahan ringan, 8 orang (26,67%)
berada dalam kategori kelelahan sedang dan tidak ada respon dan (0%) berada dalam kategori
Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD dr. Mohamad Saleh
Kota Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium tersebut memiliki berbagai potensi
bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Bahaya yang
paling menonjol di laboratorium itu adalah bahaya biologis yang berasal dari spesimen-
spesimen pasien yang akan diperiksa. Spesimen-spesimen tersebut antara lain darah, sputum
dan urin. Dari berbagai spesimen tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai
penyakit terutama yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, seperti HIV, hepatitis B,
Pengantar kecelakaan kerja ini sangat penting sebagai contoh pengujian hipotesis dengan taraf
signifikan (α) sebesar 5% menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh yang positif pengetahuan
K3 terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik di lab. CNC. Pengaruh pengetahuan terhadap kesadaran berperilaku
K3 sebesar 0,149 (14,9%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (5,134 > 1,65508); (2) terdapat
pengaruh yang positif sikap terhadap kesadaran berperilaku K3. Pengaruh sikap terhadap
kesadaran berperilaku K3 sebesar 0,293 (29,3%) dilihat dari nilai t hitung > t tabel (78,76 >
1,65508); dan (3) terdapat pengaruh yang positif pengetahuan K3 dan sikap secara bersama-
sama terhadap kesadaran berperilaku K3 siswa kelas XII jurusan Teknik Pemesinan dan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik di lab. CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Pengaruh
0,352 (35,2%) dilihat dari F hitung > F tabel (40,147 > 3,06) (Ramadan, 2014).
Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api, atau alat-alat
logam. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara, gelombang
elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri, serbuksari atau racun
gigitan serangga. Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang
tidak tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain) (Hidayati, 2011).
Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu sendiri.
Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk kecelakaan kerja
Ringan: memar
Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila
berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan
mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3 unsur bersama
sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya :
Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
Bahkan kematian.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap bahan-bahan
Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan menghindari terjadinya
kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai tingkat paling minimal jika setiap
2011) berikut adalah orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan
labolatorium :
Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu
Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang diperlukan
keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan maupun yang
dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur yang akan
dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan
mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau
dikurangi.
Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok
tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk membantu dalam
pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang
Hentikan pendarahan.
Adapun contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam beberapa keadaan
Selain aspek (keadaan dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko
untuk mengetahui tingkat risiko di Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan
agar memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan
hasil perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui tingkat risiko dari
kerja yang sangat penting diperhatikan bagi Mahasiswa. Dari hasil 50 responden, sebanyak
66,67% menyatakan sangat setuju nterhadap pentingnya faktor lingkungan untuk keselamatan
dan kesehatan kerja di laboratorium sudah baik. Sedangkan 29,33% responden menyatakan
setuju. Sisanya 0,89% tidak setuju dan 0,44% menyatakan sangat tidak setuju terhadap faktor
Berdasarkan studi kasus (Amanah, 2010) hasil identifikasi bahaya yang dilakukan pada tiga
bagian ruangan di laboratorium Undip (ruang praktikum, ruang komputer laboran dan ruang
tempat penyimpanan alat dan bahan) diketahui terdapat beberapa hal yang menyebabkan
Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang masih kurang diperhatikan. Sebagai contoh pada saat
menggerinda terdapat siswa yang kurang memperhatikan keselamatan tangan sendiri dengan
menggerinda benda kerja secara overheating yang mengakibatkan tangan melapuh dan
membengkak, selain itu terdapat bahaya lain karena kerja menggunakan mesin. Hal ini
peralatan sehingga tindakan control bahaya sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya
kecelakaan. Selain itu hasil penelitian ini dengan menganalisa risiko menunjukkan bahwa
risiko terbanyak terdapat pada katagori acceptable risk yaitu kebakaran, tersengat arus listrik,
fatigue, mengangkat beban berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan masuk kemesin
gerinda, peralatan mengalami panas berlebih, rambut tersangkut pada mesin dan tertarik, sharp
edges/ point, percikan tatal/ beram benda kerja, tangan terkilir, masalah ergonomik dan
terpeleset.
adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi
dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati,
2015) kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode
Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam
laboratorium.
Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di laboratorium. Ruangan
perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat dan tempatkan segala sesuatu pada
tempatnya.
Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti kotak P3K,
Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil
Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium juga perlu
dicegah.
Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan lain-lain.
(Fathimahhayati, 2015)
Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka
pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli,
2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk
jika terjadi kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus
dilakukan dengan baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan
Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus nyaman
dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia.
Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan dilepas
merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan bahaya lain.
Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali.
Sarung tangan kulit digunakan untuk melindungi tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti
pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-bahan
Sarung tangan karet perlu disimpan dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak
Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan bahan
kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal setiap siswa
memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan. Kacamata
pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia atau bila bekerja dibengkel
Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan debu yang
dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun walaupun dengan
jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen dioksida maka perlu dilakukan dilemari
uap dan pelu ventilasi yang baik untuk melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi
karena meninggalkan kran gas dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari
Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat harus
dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal untuk
menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan alat-
(Wijayanti, 2014)
Hasil penelitian dari (Wijayanti, 2014) menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan petugas
labratorium terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (0,001 < 0,05). Ada pengaruh
sikap petugas laboratorium terhadap perilaku keselamatan dan keshatan kerja (0,017 < 0,05).
Ada pengaruh ketersediaan alat pelindung diri terhadap perilaku kesehatan dan keselamatan
kerja (0,000 < 0,05). Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri
secara bersama-sama terhadap perlaku kesehatan dan keselamatan kerja dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 58,4% sedangkan sebanyak 41,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
Menurut (Subiantoro, 2011) upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi
pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai
dengan penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru,
koordinator laboratorium dan laboran secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan
berpotensi menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi
atau lingkungan yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan adalah
tujuan utama. Dalam Laboratorium juga terdapat limbah yang harus ditanggualangi, ini
merupakan salah satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan kerja dapat dikurangi.
Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium:
Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan, setelah
melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai untuk pelarut
yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform dan dietil eter
Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang bereaksi
secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia. Selain menghemat
bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung ini dapat diterapkan
untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut
dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia
sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa
dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb,
Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian cairannya
Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik
tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-
bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang
bersifat toksik.
Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.
(Salim, 2012).
Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam. Riau (Hati, 2015).
Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Proses Belajar Mengajar
Bengkel dan Laboratorium Politeknik Negeri Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975 (Indrayani,
2014).
Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan PT. Narmada Awet Muda Di Tinjau dari
Mohammad Soleh Kota Probolinggo. FKM Universitas Jember. Jember (Rahman, 2013).
CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta (Ramadan,
2014).
Analisis Sif Kerja, Masa Kerja dan Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Fungsi
Paru Pekerja Tambang Batu Bara. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Jurnal
Pajanan Debu Batubara dan Gangguna Pernafasan Pada Pekerja Lapangan Tambang Batubara.
Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Bersalin
Pertiwi Makassar. Fakultas MIPA. Universitas Tadulako. Makassar. Vol. 5 No. 1 Biocelebes
Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Majelis Pendidik Dasar
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas Mipa UNY. Yogyakarta
(Subiantoro, 2011).
Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior di
PT DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Univiversitas Surabaya (Suyono,
2013).
Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Analisis Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Di RSIA
Kasih Ibu Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Sam Ratulangi. Mana Vol 5 No. 1.
Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam
Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung Diri Terhadap Perilaku
Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember. FKM
Komitmen Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Sebagai Upaya Perlindungan
Terhadap Tenaga Kerja. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas 17 Agustus 1945.
Melalui beberapa kumpulan jurnal diatas maka nanti digunakan sebagai literatur dalam
makalah pengantar kecelakaan kerja ini sehingga diperoleh cara dalam mengantisipasi
kecelakaan kerja tersebut. Adapun untuk menganalisis potensi bahaya setiap pekerjaan dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Salah satunya dengan menggunakan metode JSA (Job
Safety Analysis) (Fathimahhayati, 2015). Hasil JSA dapat digunakan sebagai bahan
rekomendasi dalam rangka pengendalian potensi bahaya yang ada sehingga kesehatan dan
keselamatan kerja pada kegiatan di Laboratorium khususnya kegiatan dapat tercapai dengan
baik. JSA merupakan salah satu komponen dari komitmen pada sistem manajemen kesehatan
da keselamatan kerja, serta salah satu cara terbaik untuk menentukan dan membuat prosedur
operator tersebut.
pengerjaan pada pekerjaan operator JSA merupakan suatu proses sederhana yang
saling berhubungan dengan melibatkan empat langkah dasar dibawah ini dalam
berbagai penerapan :
(Job selection).
Adapun dari kumpulan jurnal diatas maka yang paling dominan adalah manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) dalam kecelakaan kerja dan metode yang dilakukan untuk
dari kumpulan jurnal tersebut diperoleh suatu cara dan upaya untuk mengurangi dan dapat
mengidentifikasi potensi bahaya yang ada dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
(JSA). JSA adalah teknik yang berfokus pada tugas pekerjaan sebagai cara untuk
mengidentifikasi bahaya sebelum terjadi. Hal ini berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas,
alat dan lingkungan kerja. Metode JSA dapat dilakukan pada pekerja baru atau lama dengan
risiko menengah sampai tinggi, sehingga dapat dicapai kesehatan dan keselamatan kerja
(Fathimahhayati, 2015).
Pada identifikasi potensi bahaya, teridentifikasi 41 hazard yaitu kebakaran, tersengat arus
listrik, fatigue, mengangkat beban berat, human error, minyak pelumas bekas, tangan masuk
kemesin gerinda dan lain-lain. Hasil penilaian (Andarini, 2014) risiko K3 menunjukkan bahwa
risiko terbanyak pada kategori acceptable risk dan risiko tertinggi pada kategori significant.
Cara mengantisipasi permasalahan pada kasus kecelakaan di laboratoium Teknik Sepeda Motor
SMKN 2 Kota Palembang pada tindakan pengendalian bahaya risiko tertinggi dalam kategori
significant risk diantaranya dengan metode JSA dengan melakukan kegiatan pengawasan rutin,
mengingatkan siswa sebelum memasuki laboratorium dan sebelum kerja praktik harus dengan
safety talk rutin dan menyediakan alat pelindung diri yang memadai bagi para siswa maupun
mahasiswa yang ingin memasuki laboratorium. Dimana dengan metode JSA ini kita dapat
dilaboratorium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang serta kita mengidentifikasi
Berdasarkan penelitian (Amanah, 2010) kecelakaan kerja yang terjadi di kerja di laboratorium
Teknik Lingkungan UNDIP disebabkan karena tidak tersedianya prosedur K3, tidak
tersedianya Material Safety Data Sheet (MSDS), tidak tersedianya Alat Pelindung Diri (APD),
tidak tersedianya kelengkapan P3K yang memadai dan eyewash serta tidak tersedianya alat
pemadam kebakaran.
Membuat Prosedur K3
Berdasarkan hasil penelitian (Amanah, 2010) diketahu bahwa 65% responden memiliki tingkat
pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik. Hal ini disebabkan antara lain
karena pada semester 6 mereka sudah dibekali dengan materi keselamatan dan kesehatan kerja.
Tingkat pengetahuan responden tentang keselamatan dan kesehatan kerja secara umum sudah
baik, namun jika dikaji lagi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di
laboratorium tingkat pengetahuan mereka masih kurang, hal ini disebabkan karena materi
perkuliahan yang diberikan hanya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
Menurut (Ramadan, 2014) prosedur K3 merupakan cara untuk melakukan pekerjaan mulai
awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian risiko terhadap pekerjaan tersebut yang
manfaat dari adanya prosedur K3 ada baiknya pihak laboratorium membuat prosedur K3,
karena selama ini pada kenyataannya laboratorium teknik UNDIP belum mempunyai prosedur
K3. Hal ini dibuktikan bahwa selama ini pengguna laboratorium hanya mendapatkan prosedur
kerja bukan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja hal ini dibuktikan sebesar 76%
responden menyatakan mendapatkan prosedur cara kerja dan 24% responden menyatakan
mendapat prosedur cara penggunaan alat dan 0% yang menayatakan pernah mendapat prosedur
Sebelum lembar data keselamatan bahan diterapkan, ada baiknya bagi pengguna laboratorium
mengerti arti dan fungsi dari Material Safety Data Sheet (MSDS). Lembar data keselamatan
bahan atau MSDS merupakan informasi acuan tentang keselamatan bahan yang lebih detail.
Berdasarkan hasil kuisioner, 53% responden menyatakan telah mengerti arti dan fungsi dari
MSDS dan 47% menyatakan tidak mengerti arti dan fungsi MSDS. Ketidaktahuan responden
terhadap arti dan fungsi dari MSDS dapat disebabkan karena sebelumnya belum ada
pengenalan atau sosialisasi dari pihak laboratorium ataupun kampus dalam memperkenalkan
MSDS kepada mahasiswanya baik saat praktikum di laboratorium ataupun saat perkuliahan.
MSDS amat penting bagi pengguna laboratorium, dari MSDS ini dapat diketahui sifat bahaya
bahan dan cara penanganan termasuk cara penyimpanan bahan kimia (Amanah, 2010).
Pada dasarnya setiap pengguna laboratorium sudah sadar benar arti pentingnya APD sebagai
pelindung diri saat bekerja dilaboratorium. Hal ini dibuktikan dengan hasil kuisioner, 85%
responden menyetakan mengerti arti dan fungsi dari alat pelindung, 4% tidak tahu dan 11%
menyatakan ragu-ragu. Selain itu pengguna laboratorium juga merasakan secara langsung
manfaat yang besar dari penggunaaan APD yang bertujuan untuk melindungi diri mereka dari
potensi bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal ini dibuktikan 96% pengguna
(mahasiswa) menyatkan APD sangat bermanfaat dan 4% menyatakan APD tidak berpengaruh
menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data. Dari data yang diperoleh 100%
penggunaan APD.
mempermudah proses penangan korban atau pengobatan selanjutnya. Untuk itu laboratorium
perlu menyediakan kotak P3K yang memadai dan eyewas. Mengingat bila terjadi kecelakaan
Penanganan kecelakaan yang telah disediakan oleh pihak laboratorium UNDIP baru sebatas
pengobatan dengan kotak P3K saja hal ini dibuktikan dari pernyataan responden sebesar 100%
menyatakan bentuk pertolongan pertama yang diberikan adalah bentuk P3K saja. Namun jika
dilihat dari potensi bahaya yang dapat timbul seperti percikkan bahan kimia, tidak ada salahnya
jika laboratorium menyediakan eyewash sebagai alat bantu pertolongan pertama bagi
pengguna laboratorium yang matanya terkena percikkan bahan kimia, karena beberapa
peraturan mewajibkan pada cara penangan bahan kimia, apabila bahan kimia tersebut terkena
mata ataupun tertumpah di badan harus segera dibersihkan dengan air. Eyewash adalah alat
pertolongan pertama yang baik digunakan untuk menangani masalah tersebut sebelum
Kebakaran harus segera dipadamkan bila kemungkinan dari aspek keselamatan, tetapi jika api
telah membahayakan maka gunakan alat pemadam api ringan (APAR). Pemadam api berupa
gas CO2 atau bubuk kimia kering dapat digunakan untuk tipe kebakaran A, B, C dan D.
Pemadaman api dilakukan dengan menyemprotkan APAR pada dasar api dan mengetahui arah
angin agar tidak terkena gas CO2 atau debu kimia. Meskipun pada kenyataannya APAR
laboratorium teknik lingkungan UNDIP belum menyediakan APAR sebagai sarana pemadam
kebakaran. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil kuisiner 100% responden menyatakan tidak