Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER


“PEMBUATAN MEDIA DAN KESELAMATAN KERJA”

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Bagus Firdaus
NPM : 18025010179
Golongan : A3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA
TIMUR
SURABAYA
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi
di dunia, jumlah yang tinggi ini pula diimbangi dengan tingginya jumlah pekerja
dimana mencapai 114,63 juta orang, sebanyak 42,38 juta orang (36,97%) bekerja
pada sektor formal dan 72,25 juta orang (63,03%) bekerja pada sektor informal
(Badan Pusat Statistik, 2014). Berdasarkan ILO tahun 2016 setiap 15 detik, seorang
pekerja meninggal dari kecelakaan kerja atau penyakit. Setiap 15 detik, 153 pekerja
mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari, 6300
orang meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan lebih dari 2,3 juta kematian pertahun (Syakbania dan Wahyuningsih,
2017).
Tingginya kasus tersebut maka diperlukannya penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), K3 merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang
memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal
maupun yang berada di sektor informal. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek
yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, peliharaan moral kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Tenaga kerja
harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya
yang dapat menimpa dan menggganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya.
Laboratorium merupakan salah satu tempat berkembangnya ilmu
pengetahuan melalui berbagai penelitan dan percobaan, dalam kegiatan
penelitian/percobaan tentunya menggunakan bermacam-macam jenis alat dan
bahan kimia untuk menunjang kegitannya dan beberapa fasilitas pendukung
lainnya seperti air, gas, listrik dan almari asam tentunya alat, bahan kimia dan
fasilitas laboratorium beserta aktivitasnya sangat berpotensi dalam menimbulkan
terjadinya suatu kecelakaan (Amanah, 2011).
Adapun maksud dilakukannya praktikum ini adalah memberikan
pemahaman prinsip-prinsip keselamatan kerja, dengan memberikan pengenalan
terhadap simbol bahaya bahan kimia, beserta cara penanganannya, dan juga agar
kegiatan seperti pembuatan media dan lain sebagainya berjalan lancar tanpa ada
kecelakaan kerja.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami informasi dasar mengenai
prinsip dan prosedur pembuatan media yang dibutuhkan pada kegiatan dasar
biologi molekuler. Selain itu juga bertujuan untuk memberikan pembekalan prinsip
kerja di laboratorium yang harus dipahami praktikan agar kegiatan praktikum di
laboratorium dapat berjalan aman dan lancar.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


2.1.1 Pengertian K3
Kesehatan kerja (Health) adalah suatu keadaan seorang pekerja yang
terbebas dari gangguan fisik dan mental sebagai akibat pengaruh interaksi
pekerjaan dan lingkungannya (Kuswana, 2014). Kesehatan kerja adalah
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan
agar pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fisik, atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit
umum (Santoso, 2012).
Keselamatan kerja (Safety) suatu keadaan yang aman dan selamat
dari penderitaan dan kerusakan serta kerugian di tempat kerja, baik pada
saat memakai alat, bahan, mesin-mesin dalam proses pengolahan, teknik
pengepakan, penyimpanan, maupun menjaga dan mengamankan tempat
serta lingkungan kerja (Kuswana, 2014).
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya
untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan
bahaya baik fisik, mental maupun emosi terhadap pekerja, perusahaan,
masyarakat dan lingkungan, serta menyangkut berbagai unsur dan pihak
(Sucipto, 2014). Menurut Ridley dan John (1983), mengartikan K3 adalah
suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
tempat kerja tersebut (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
2.1.2 Konsep K3
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari
bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja
merupakan salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak
ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan.
Keselamatan kerja sangat bergantung pada jenis, bentuk dan lingkungan
dimana pekerjaan itu dilaksanakan.
Kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja adalah upaya
perlindungan bagi tenaga kerja/pekerja agar selalu dalam keadaan sehat dan
selamat selama bekerja di tempat kerja. Tempat kerja adalah ruang tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, atau sering digunakan/dimasuki oleh
tenaga kerja/pekerja yang di dalamnya terdapat 3 unsur, yaitu: adanya suatu
usaha; adanya sumber bahaya; adanya tenaga kerja/pekerja yang bekerja di
dalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu
(Triwibowo & Pusphandani, 2013).
2.1.3 Ruang Lingkup K3
Ruang lingkup K3 sangat luas, di dalamnya termasuk perlindungan
teknis yaitu perlindungan terhadap tenaga kerja/pekerja agar selamat dari
bahaya yang dapat ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan,
dan sebagai usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap
tempat kerja (Triwibowo & Pusphandani, 2013).
2.1.4 Tujuan K3
Tujuan K3 pada intinya adalah untuk melindungi pekerja dari
kecelakaan akibat kerja. Sutrisno dan Ruswandi (2007) mengemukakan
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk tercapainya
kesehatan dan keselamatan seseorang saat bekerja dan setelah bekerja
(Gayatri, 2014).
Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah usaha-usaha penerapan
program K3 dan pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat
jangka panjang. K3 merupakan kendaraan untuk melakukan sesuatu secara
benar pada waktu yang tepat. Dapat disimpulkan bahwa pencegahan
kecelakaan merupakan sesuatu yang mutlak harus dilakukan. Tiga alasan
yang menyebabkan aspek K3 harus diperhatikan yaitu: faktor kemanusiaan;
faktor pemenuhan peraturan dan perundang-undangan; dan faktor biaya.
(Somad, 2013).
2.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Budaya K3 yang baik akan terbentuk setelah dilakukan usaha-usaha
penerapan program K3 dan pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat
jangka panjang. Pada dasarnya tindakan pencegahan kecelakaan adalah
menggunakan konsep “2E+I” yaitu:
a. E (Enjiniring), lingkup enjiniring adalah mencari substitusi material
berbahaya, pengurangan penyimpanan material berbahaya, memodifikasi
proses, menggunakan sistim peringatan.
b. E (Edukasi), lingkup edukasi adalah melatih pekerja terkait tentang
prosedur dan praktik kerja aman, mengajarkan cara pengerjaan suatu
pekerjaan secara benar dan penggunaan produk secara aman, serta aktivitas
edukasi lainnya.
c. I (Implementasi), lingkup implementasi adalah upaya pencapaian
pemenuhan peraturan perundangan yang berlaku dalam bentuk undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan
Surat Edaran.
Ketiga aspek tersebut harus dijalankan secara paralel agar kinerja aspek K3
di lapangan bisa berjalan. Dan bila dilakukan dengan cara yang benar maka kinerja
K3 akan meningkat (Somad, 2013).

2.3 Penerapan K3 di Laboratotium


2.3.1 Laboratorium
Menurut menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
No.134/03/1983 tentang organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pendidikan
tanggal 5 Maret 1983, yang dimaksud dengan laboratorium adalah sarana
penunjang jurusan dalam studi yang bersangkutan, dan sumber unit daya
dasar untuk pengembangan ilmu dan pendidikan serta sebagai tempat proses
belajar mengajar melalui metode praktikum yang dapat menghasilkan
pengalaman belajar (Sucipto, 2014).
Menurut Kementerian Kesehatan (2017) laboratorium pendidikan
merupakan unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan, untuk
kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas,
dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode keilmuan
tertentu, dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat.
2.3.2 Penerapan K3 Laboratorium
Pengelolaan adalah suatu usaha atau serangkaian kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain
sebagai pelaksananya. Pengelolaan laboratorium adalah serangkaian
aktivitas-aktivitas koordinasi yang mencakup mengendalikan, menjalankan
dan mengurus manajemen. Dalam artian adalah suatu proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sasaran.
Pengelolaan adalah suatu usaha atau serangkaian kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan tenaga orang lain
sebagai pelaksananya. Pengelolaan laboratorium adalah serangkaian
aktivitas-aktivitas koordinasi yang mencakup mengendalikan, menjalankan
dan mengurus manajemen. Dalam artian adalah suatu proses penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai suatu sasaran.
Manajemen laboratorium akan mencangkup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian, dengan berbagai kegiatan diantaranya
mengatur dan memelihara alat dan bahan, menjaga disiplin dan keselamatan
di laboratorium serta mendayagunakannya secara optimal.
Pelaksanaan pengelolaan laboratorium dalam pengadministrasian,
perawatan, pengamanan, perencanaan untuk pengembangannya secara
efektif dan efesien sesuai dengan tujuannya dimana dalam pelaksanaannya
selalu berorientasi kepada faktor-faktor keselamatan yang terlibat dalam
laboratorium dan lingkungannya.
Laboratorium dalam pengelolaannya dibagi menjadi 2 macam yaitu
laboratorium terbuka dan laboratorium tertutup. Namun, saat ini
pembahasan untuk penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
hanya terfokus pada laboratorium tertutup saja, karena sebagian besar
praktek dilakukan dalam laboratorium tertutup. Dan untuk penerapan di
laboratorium dalam pengelolaannya berpatokan pada ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Tata Bangunan
1) Mudah dikontrol
2) Jauh dari pemukiman/tata letaknya aman
3) Memperhatikan pengelolaan limbah
4) Sesuai dengan kebutuhan/jenis laboratorium
5) Pencahayaan
b. Ukuran Laboratorium
1) Per petugas kurang lebih diperlukan 2,5 m2
2) Jumlah petugas dalam laboratorium maksimal 40 orang
3) Tinggi langit minimal 4m
c. Fasilitas Laboratrorium
1) Alat dan bahan
2) Ruang penyimpanan alat dan bahan
3) Ruang persiapan
4) Ruang khusus (ruang asam, ruang gelap, ruang steril, dll)
5) Gudang
6) Sumber air
7) Sumber gas
d. Keamanan Laboratorium
1) Ventilasi + blower
2) Unit pengelolaan limbah
3) Bak cuci dan saluran yang aman
4) Pintu keluar/masuk yang cukup luas
5) Alat pemadam api
6) Alat pelindung diri
7) Alat listrik yang aman
8) Detektop asap, shower
9) Kotak P3K
10) Peralatan keamanan khusus
e. Tata Tertib Laboratorium
1) Untuk keselamatan sendiri
2) Untuk keselamatn orang lain
3) Untuk keselamatan lingkungan
4) Untuk menunjang kelancaran kegiatan laboratorium itu sendiri
f. Organisasi Laboratorium
1) Struktur organisasi
2) Job description
3) Pengelolaan laboratorium/administrasi/dokumentasi data
Manajemen laboratorium akan mencangkup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian, dengan berbagai kegiatan diantaranya
mengatur, menata dan memelihara alat dan bahan, menjaga disiplin dan
keselamatan di laboratorium serta mendayagunakannya secara optimal (Sucipto,
2014).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempst


Praktikum Biologi Molekuler materi I “Pembuatan Media dan Keselamatan
Kerja” ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Oktober 2021 pukul 09.20-11.00 WIB
yang dilaksanakan secara daring.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada paktikum Pembuatan Media Dan
Keselamatan Kerja yaitu alat laptop, smartphone dan alat tulis.
3.2.2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam praktikum Pembuatan Media Dan
Keselamatan Kerja yaitu mdoul praktikum Biologi Molekuler, dan video
ajar.

3.3 Langkah Kerja


a. Mempersiapkan alat dan bahan
b. Membaca dan memahami materi praktikum Pembuatan Media dan
Keselamatan Kerja pada modul/buku ajar biologi molekuler.
c. Melihat dan memahami video ajar yang telah diberikan.
d. Mencari referensi artikel, jurnal ataupun web dari materi yang telah
dipahami melalui laptop atau smartphone.
e. Membuat laporan dari hasil praktikum yang telah dilakukan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Simbol-Simbol Bahan Kimia
No. Gambar/Simbol Keterangan
Explosive (mudah terbakar)
Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar
disamping adalah bahan yang mudah meledak
1. (explosive). Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi
karena beberapa penyebab, misalnya karena benturan,
pemanasan, pukulan, gesekan, reaksi dengan bahan
kimia lain, atau karena adanya sumber percikan api.
Oxidizing (mudah teroksidasi)
Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di
samping adalah bahan yang bersifat mudah menguap
dan mudah terbakar melalui oksidasi (oxidizing).
2.
Penyebab terjadinya kebakaran umumnya terjadi akibat
reaksi bahan tersebut dengan udara yang panas,
percikan api, atau karena raksi dengan bahan-bahan
yang bersifat reduktor.
Flammable (mudah terbakar)
Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa
3. bahan tersebut besifat mudah terbakar (flammable).
Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu normal dan
disimpan dalam tabung kedap udara bertekanan tinggi.
Toxic (beracun)
Simbol bahan kimia disamping mengunjukan bahwa
4. bahan tersebut adalah bahan beracun yang dapat
mengakibatkan keracunan akut dan kronis, bahkan bisa
hingga menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi.
Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)
Simbol bahan kimia disamping sebetulnya terbagi
menjadi 2 kode, yaitu kode Xn dan kode Xi. Kode Xn
menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan masuk
melalui pernafasan (inhalasi), melalui mulut (ingestion),
5.
dan melalui kontak kulit, contoh bahan dengan kode Xn
misalnya peridin. Sedangkan kode Xi menunjukan
adanya risiko inflamasi jika bahan kontak langsung
dengan kulit dan selaput lendir, contoh bahan dengan
kode Xi misalnya ammonia dan benzyl klorida.
Corrosive (Korosif)
Simbol ini menunjukan bahwa suatu bahan tersebut
bersifat korosif dan dapat merusak jaringan hidup.
Karakteristik bahan dengan sifat ini umumnya bisa
6.
dilihat dari tingkat keasamaannya. pH dari bahan
bersifat korosif lazimnya berada pada kisaran < 2 atau
>11,5. Beberapa contoh bahan dengan simbol ini
misalnya belerang oksida dan klor.
Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya
bagi Lingkungan)
Simbol pada gambar di samping menunjukan bahwa
bahan tersebut berbahaya bagi lingkungan (dangerous
7.
for environment). Melepasnya langsung ke lingkungan,
baik itu ke tanah, udara, perairan, atau ke
mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan
ekosistem.
Bahaya Kesehatan Serius
Simbol ini digunaka untuk bahan-bahan kimia yang
8. dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan
bersifat jangka panjang, sepertti karsinogen, mutagen,
dll
4.2 Pembahasan
Laboratorium adalah suatu tempat mahasiswa, dosen, dan peneliti
melakukan percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan
kimia, peralatan gelas dan instrumentasi khusus yang dapat menyebabkan
kecelakaan bila dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Kecelakaan terjadi karena
kelalaian atau kecerobohan dalam bekerja. Kecelakaan tidak hanya dapat terjadi
terhadap praktikan saja, tetapi dapat berimbas bagi orang disekitarnya. Keselamatan
kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap individu yang sadar akan
kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan kerja. Bekerja dengan selamat
dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan (Muhtaridi, 2011).
Sumber kecelakaan terbesar bekerja di laboratorium kimia berasal dari
bahan-bahan kimia. Pemahaman jenis, sifat, dan cara menanggulangi bahan kimia
sangat diperlukan oleh praktikan di laboratorium (Muhtaridi, 2011).
Kekurangpahaman tentang bahan kimia berpotensi merusak kesehatan praktikan
dan lingkungan di sekitar laboratorium (Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010).
Kecelakaan akibat bahan-bahan kimia dapat terjadi jika bahan-bahan masuk ke
dalam tubuh praktikan melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Maka dari itu, perlunya
pencegahan agar menurunkan resiko kecelakaan.
Meskipun ada bahaya yang terkait dengan pekerjaan laboratorium, potensi
bahaya dapat dikurangi dengan memberlakukan sistem penanganan dan
pengelolaan yang aman. Kecelakaan terkait bahan kimia kebanyakan terjadi karena
pengabaian tindakan pencegahan atau tidak adanya simbol kehati-hatian pada
bahan tersebut (Su dan Hsu, 2008). Jadi untuk menarik perhatian pengguna serta
sarana untuk mengklasifikasikan bahan kimia, masing-masing bahan kimia harus
diberi label dengan simbol pencegahan bahaya yang menunjukkan fiturnya.
Simbol-simbol ini (mudah terbakar, korosif, mengiritasi, berbahaya bagi
lingkungan, radioaktif, pengoksidasi, toksik atau berbahaya) mencakup berbagai
warna dan gambar yang dirancang untuk memberi tahu pengguna tentang fitur
bahan kimia (United Nations, 2017). Simbol pencegahan bahaya dan risiko ini
harus diketahui oleh semua orang yang masuk laboratorium. Pemahaman terhadap
makna dari simbol pencegahan bahaya akan membantu penggunaan bahan kimia
secara aman.
Tanda dan simbol pencegahan bahaya adalah alat komunikasi keselamatan
yang penting, mereka membantu untuk menunjukkan berbagai bahaya yang ada di
laboratorium. Pada saat yang sama, mereka memperingatkan praktikan agar selalu
waspada terhadap bahaya tersebut dengan memberikan informasi dan instruksi
keselamatan yang dibutuhkan. Kebanyakan kecelakaan bahan kimia yang
dijelaskan diatas terjadi karena kurang baiknya pemahaman mengenai simbol
pencegahan bahaya bahan kimia (label) atau kurang tepatnya tindakan keselamatan.
Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan terhadap potensi bahaya dan risiko
bahan kimia serta memahami label bahan tersebut akan sangat membantu
pengambilan keputusan yang tepat. Disamping itu juga untuk keamanan dalam
penggunanaan dan penanganan bahan kimia (Adane dan Abeje, 2012). Prosedur
ini, pada akhirnya, akan membantu pengguna untuk menghindari kecelakaan terkait
bahan kimia baik terhadap individu maupun lingkungan.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum Biologi Molekuler materi Pembuatan


Media Dan Keselamatan Kerja dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Prinsip Keselamatan kerja merpakan hal yang wajib diketahui setiap
praktikan, atau pengguna laboratorium untuk menghindarkan dari hal-hal
yang tidak diinginkan.
2. Cara Pencegahan dan penanganan yang tepat ketika menjalankan kegiatan
tertentu di laboratorium yang mengharuskan bersentuhan dengan bahan
kimia perlu dipahami dengan benar
3. Keselaamatan kerja yang paling dasar diantaranya yaitu menggunakan
sarung tangan, menggunakan jas lab, menggunakan sandal, menggunakan
peralatan dengan hati-hati, membuang cairan kimia bekas sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA

Adane L dan Abeje A, 2012. Assessment of Familiarity and Understanding of


Chemical Hazard Warning Signs among University Students Majoring
Chemistry and Biology: A Case Study at Jimma University, Southwestern
Ethiopia. World Applied Sciences Journal 16 (2): 290-299.

Amanah. 2011. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) di


Laboratorium Lingkungan. Tesis. Semarang: Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals


(SDGs). Jakarta.

Gayatri, I.A.E.M. (2014). Hubungan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Dengan Kinerja Karyawan Pada PT UOB Indonesia Cabamg Bengkulu.
Skripsi. Universitas Dehasen Bengkulu. Hal:186-189.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Standar Laboratorium Diploma III Kesehatan


Gigi, Jakarta, BPPSDMK.
Kuswana, W.S. (2014). Ergonomi K3 Kesehatan Keselamatan Kerja. Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya.Hal: 22-27.

Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010. Keamanan Dan Keselamatan


Laboratorium Kimia: Panduan Pengelolaan Bahan Kimia Dengan Bijak.
Washington: The National AcademiPress.

Muhtaridi, 2011. Keselamatan Kerja Di Laboratorium. Makalah dalam pelatihan


laboran di Makasar.

Santoso, H. (2012). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Surakarta, UNS Press.Hal:


37.

Somad, I. (2013). Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja. Jakarta, Dian Rakyat. Hal: 2-5.

Su TS dan Hsu IY, 2008. Perception towards Chemical Labeling for College
Students in Taiwan using Globally Harmonized System. Safety Sci., 46(9):
1385-1392.

Sucipto, C.D. (2014). Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta, Gosyen


Publishing. Hal: 1-2 dan 197-201.

Syakbania, D. N., & Wahyuningsih, A. S. (2017). Program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Laboratorium Kimia. HIGEIA (Journal of Public Health
Research and Development), 1(2), 49-57.
Triwibowo, C., & Pusphandani, M.E. (2013). Kesehatan Lingkungan dan K3.
Yogyakarta, Nuha Medika. Hal.89-93.

United Nations (2017): Globally Harmonized System of Classification and


Labelling of Chemicals (GHS), 7th revision edition. New York and Geneva.

Anda mungkin juga menyukai