DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
1.Amelia Kasih Irwana (215110437)
2.Dian Aryesti (215110447)
3.Dina Sapitri (215110449)
4.Fitrisia Oktaviani (215110459)
5.Permata Indah Putri (215110481)
6.Viska Ananda (215110503)
Dosen pembimbing:
Dewi Rosmalia, SKM, M.Kes
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kebutuhan Dasar Manusia”. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk
menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik serta saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami oleh siapa pun yang membacanya. Kami juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan
kepada kami untuk membuat tugas makalah ini.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………..29
3.2 Saran……………………………………………………………………………29
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………30
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ditetapkan oleh CDC Atlanta (1985) untuk mencegah berbagai penyakit yang
Adapun tujuan dari prosedur keamanan dan keselamatan ini adalah untuk
melindungi diri (proteksi diri) dan mencegah penularan penyakit dari penderita
habis pakai, cuci tangan untuk mencegah infeksi silang dan penggunaan alat
kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain (Nursalam, 2007).
B. Rumusan Masalah
3. Apa saja peran tenaga Kesehatan gigi dan mulut dalam pemenuhan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian keamanan.
kesgilut.
A. Pengertian Keamanan
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri sendiri dari
bahaya fisik, ancaman terhadap keselamatan seseorang yaitu ancaman mekanis,
kimiawi maupun bakteriologis. Kebutuhan rasa aman terkait terhadap hubungan
interpersonal dan konteks fisiologis.
Keamanan adalah keadaan bebas, tidak hanyak dari cedera fisik dan psikologis
tetapi juga merasakan keadaan aman dan tentram ( Potter dan Perry :2005)
1. Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.Ancaman tersebut mungkin
penyakit,kecelakaan,bahaya pada lingkungan.Pada saat sakit,seorang klien
mungkin rentan terhadap komplikasi seperti infiksi,oleh karena itu tergantung
pada professional dalam system pelayanan kesehatan untuk perlindungan.
2. Keselamatan psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi,seseorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain,termasuk anggota keluarga
dan professional pemberi perawatan kesehatan.seseorang harus mengetahui
apa yang diharapkan dari prosedur,pengalaman yang baru,dan hal hal yang
dijumpai dalam lingkungan.
C. Perann Tgm dalam pemenuhan keamanan dalam pelayanan kesgilut
Peran tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman
bagi pasien:
a. Berperan dalam memastikan ruangan klinik, dan alat- alat yang digunakan
dalam keadaan steril
b. Tenaga kesehatan berperan dalam pemenuhan rasa aman pasien dengan
menjelaskan segala prosedur yang akan dilakukan kepada pasien, sehingga
pasien merasa siap dan aman.
c. Cuci Tangan
Dokter gigi wajib mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
perayatan ke pasien. Cuci tangan adalah tindakan pencegahan penyakit utama
bagi tenaga kesehatan. Tangan harus dicuci secara cermat dengan sabun cair
disinfektan, dikeringkan dengan lap kertas 1 kali pakai sebelum memakai dan
setelah melepaskan sarung tangan (Lugito 2013).
WHO telah menetapkan tata cara mencuci tangan dengan baik dan benar
yang diawali dengan membersihkan tangan dengan air yang mengalir.
Kemudian diikuti 7 langkah mencuci tangan yaitu:
1. Memberi dengan sabun di telapak tangan.
2. Mengusap lembut telapak tangan.
3. Membersihkan punggung tangan secara bergantian kanan dan kiri.
4. Memasukkan jari jemari kesela-sela jari tangan.
5. Membersihkan ruas-ruas jari dengan cara mengatupkan ujung jari tangan
kanan digosokkan dengan lembut ke permukaan tangan kiri. Diulang
bergantian dengan tangan kanan.
6. Membersihkan ibu jari dengan cara menggenggam ibu jari tangan kanan,
diputar dan digosok secara perlahan. Diulang bergantian dengan ibu jari
tangan kiri.
7. Menggosokkan ujung kuku jari tangan kanan pada permukaan tangan
tangan. Diulang bergantian dengan tangan kiri.
8. Kemudian bilas kedua tangan dengan air mengalir dan mengeringkan
dengan kain bersih atau tisu.
Digunakan pada pelayanan triase, rawat jalan non COVID-19, rawat inap
non COVID-19, tempat praktik umum dan kegiatan yang tidak
mengandung aerosol.
a) Penutup kepala
b) Masker bedah
c) Baju/pakaian jaga
d) Sarung tangan lateks
e) Pelindung wajah
f) Pelindung kaki
a) Penutup kepala
b) pelindung mata dan wajah
c) Masker bedah
d) Baju/pakaian jaga
e) Gown
f) Sarung tangan lateks
g) Pelindung kaki
a) Penutup kepala
b) Pelindung mata dan wajah (face shield)
c) Masker N95 atau ekuivalen
d) Baju scrub/pakaian jaga
e) Coverall/gown dan apron
f) Sarung tangan bedah lateks
g) Boots/sepatu karet dengan pelindung sepatu
3) Pre-Cleaning
Pra-cleaning dilakukan dengan cara merendam alat dengan larutan
enzymatik/detergen dengan tujuan untuk melepas noda, darah, lemak dan
cairan tubuh lainnya dari suatu benda sehingga memudahkan untuk
pengelolaan selanjutnya. Untuk meminimalkan pajanan terhadap petugas,
pemilahan alat-alat terkontaminasi dilakukan langsung oleh pemakai
sebelum melepaskan alat pelndung diri (APD). Proses ini dilakukan
selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan.
4) Pembersihan instrument
Seluruh instrumen yang digunakan dalam proses perawatan harus
dibersihkan/digosok menggunakan sabun dan air. Larutan deterjen harus
disiapkan setiap hari, dan diganti lebih sering jika nampak kotor. Operator
harus selalu menggunakan sarung tangan khusus, celemek, masker dan
kacamata ketika membersihkan instrumen. Gunakan selalu sikat atau sikat
gigi yang berbulu lunak untuk menggosok instrumen dan alat lainnya
untuk menghilangkan seluruh materi organik (darah dan saliva) dan
kotoran lainnya. Hal ini harus dilakukan dibawah permukaan air untuk
menghindari terjadi cipratan. Seluruh permukaan instrumen dan alat harus
digosok. Penanganan bagi alat-alat yang memiliki engsel (misalnya
forceps) dan lekukan (misalnya bone file) harus ditangani secara khusus.
Setelah dibersihkan, seluruh instrumen dan alat harus dibilas
menggunakan air mengalir atau air yang disimpan dalam wadah (diganti
secara berkala) untuk membersihkan seluruh larutan deterjen dan
kemudian dikeringkan dengan handuk bersih.
h. Sterilisasi
Instrumen dengan engsel seperti forceps untuk ekstraksi harus terbuka
sebelum diletakkan dalam alat sterilisasi. Instrumen harus diletakkan sehingga
uap dapat berputar mengelilinginya. Apabila menggunakan panci tekan,
instrument diletakkan pada wadah di atas permukaan air. Pertahankan
temperatur sampai 121°C (250°F) dengan tekanan 15 pound selama 20 menit
untuk instrumen yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk instrumen yang
dibungkus. Mulai penghitungan waktu ketika uap nampak terlihat dan
turunkan panas sampai batas temperatur tetap menghasilkan uap panas. Pada
akhir proses terilisasi, biarkan uap keluar lalu buka tutup panci tekan untuk
membiarkan instrumen mendingin secara perlahan. Bila menggunakan
autoklaf digunakan temperatur 121°C, tekanan 15 psi (pressure per square
inch) selama 30 menit. Metode sterilisasi panas kering dilakukan dengan
menggunakan oven dengan panas yang tinggi, adapun temperatur dan
waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik.
k. Persiapan Pasien
Riwayat medis pasien diperlukan dalam memahami komplikasi medis
yang dapat terjadi saat perawatan, adanya keperluan khusus dan rencana
perawatan yang teraman serta meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
dokter gigi yang merawatnya. Kebersihan diri, kerapian, kebersihan area
klinik dan tindakan yang terlatih dan profesional memegang peranan dalam
mempengaruhi persepsi pasien akan perawatan yang akan diberikan oleh
dokter gigi (Lugito 2013)
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pasien antara
lain:
a. Jika pasien dapat menerima perawatan, pasien kemudian dipersilahkan
untuk duduk pada dental chair sesuai posisi yang akan dikerjakan
b. Memasangkan lap dada pada pasien
c. Memposisikan lampu pada mulut pasien
d. Selanjutnya pasien diinstruksikan untuk berkumur terlebih dahulu dan
perawatan dapat diberikan.
5. Awkward position
Awkward position merupakan posisi tubuh yang tidak sesuai baik saat
meraih alat, saat memutar alat, membengkokkan, berlutut ataupun
berjongkok. Kondisi seperti ini sering kita lakukan saat praktek dokter
gigi, tanpa kita sadari posisi ini berlangsung lama maka postur tubuh kita
tidak dalam posisi yang fisiologis.
6. Kondisi suhu yang ekstrem baik suhu panas maupun suhu dingin
Temperatur suhu yang terlalu panas ataupun yang terlalu dingin dapat
menjadi faktor ergonomi tersendiri bagi dokter gigi, karena dokter gigi
secara fisiologis akan menyesuaikan posisi nyaman tubuh saat suhu
ekstrem terjadi.
8. Psychologikal stress
Ini juga dapat mempengaruhi ekonomi dokter gigi dalam berpraktik.
Maksud Psychologikal stress ini dapat disebabkan dari hubungan dokter
gigi dengan mitra kerja di lingkungan kerja ataupun permasalahan yang
dihadapi baik dalam keluarga teman dan lingkungan sekitar.
b. Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk mengalihkan
perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang dapat dilakukan adalah:
1) Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca buku,
melukis, menggambar dan sebagainnya, dengan tidak meningkatkan
stimuli pada bagian tubuh yang dirasa nyeri.
2) Melakukan kmpres hangat pada bagian tubuh yang dirasakan nyeri.
3) Bernapas lembut dan berirama secara teratur.
4) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya.
d. Hipnosis
Adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri
yang dicapai melalui gagasan gagasan yang disampaikan leh
penghipnosisan.
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan krnis. Teknik ini
mungkin membantu dalam memberikan peredaan pada nyeri terutama
dalam situasi sulit. Mekanisme bagaimana kerjanya hipnosis tisdak jelas
tetapi tidak tampak diperantari oleh sistem endokrin. Keefektifan
hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.
f. Kompres hangat/dingin
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Terdapat 2 jenis kompres
panas dan kompres dingin.
Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu prses usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sakit dengan cara menggunakan alat-
alat psiklgis yang bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan
gejala-gejala yang ada untuk mencapai kesembuhan.
B. Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian
(White, 2002).
Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit
dengan stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak bisa diobati kembali
dan bersifat progresif (meningkat). Pengobatan yang diberikan hanya
bersifat menghilangkan gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup,
dan pengobatan penunjang lainnya (Ali Yafie, 1996 : 34 ).
Masalah yang umumnya muncul pada pasien dengan penyakit terminal
meliputi masalah fisik, psikologis, sosial dan spritual. Masalah fisik seperti
nyeri, perubahan kulit, distensi, konstipasi/obstipasi, alopesia. Masalah
psikologis seperti : Ketergantungan tinggi, Kehilangan control, Kehilangan
produktifitas dan Hambatan dalam berkomunikasi. Masalah sosial seperti :
menarik diri, isolasi sosial, malu bertemu dengan orang lain. Masalah
spiritual seperti ketidakmampuan beribadah, kehilangan harapan,
perencanaan menjelang ajal.
Penanganan Penyakit Terminal:
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian yang membutuhkan pendekatan dengan
perawatan Palliative.Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah
lain, fisik, psikososial dan spiritual. Sasaran kebijakan pelayanan paliatif
Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh
Indonesia.
Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan
lainnya dan tenaga terkait serta Institusi-institusi terkait. Prinsip perawatan
palliative adalah menghormati atau menghargai martabat dan harga diri
dari pasient dan keluarga pasien,dukungan untuk caregiver, palliative care
merupakan accses yang competent dan compassionet, mengembangkan
professional dan social support untuk pediatric palliative care.
C. Penyakit Kronis
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang
atau bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam
bulan. Orang yang menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat
kecemasan yang tinggi dan cenderung mengembangkan perasaan
hopelessness dan helplessness karena berbagai macam pengobatan tidak
dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006).
Rasa sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari,
tujuan dalam hidup, dan kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino,
2006). Pusat Statistik Kesehatan Nasional U.S menjelaskan bahwa penyakit
kronis adalahpenyakit yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih
(National Center forHealth Statistics, 2013). Menurut Warshaw, (2006).
Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah
kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang
membutuhkan penatalaksanaan jangka panjang.
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti,
memiliki faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama,
menyebabkan kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat
disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain
penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit pada
bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang
air kecil, dan warna kulit abnormal (Heru, 2007).
b. Kebutuhan Psikososial
Lingkup yang mempengaruhi kebutuhan psikososial adalah hal-hal yang
mengancap konsep diri seseorang.Seperti hal-hal yang mengancam citra diri,
ideal diri, harga diri, peran diri dan identitas diri seseorang. Tingkat
perkembangan dan kematangan, budaya, sumber eksternal dan internal (mis.
koping individu yang efektif dan dukungan masyarakat atau status sosial
ekonomi yang baik), konsep diri terhadap kesuksesan dan kegagalan, stressor,
usia, keadaaan sakit, dan trauma.
c. Lingkungan
dimanapun, baik di rumah, rumah sakit dan berbagai macam hal yang dapat
Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban bahkan dari mereka belum
lahir begitu juga dengan pasien, pasien memiliki hak yang harus mereka
dapatkan dan perawat memiliki kewajiban yang harus merekalaksanakan
yaitu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik. jika hak
dengan baik dan benar. Oleh sebab itu dengan adanya hak pasien maka
Dengan mendidik pasien dan keluarga maka ini menjadi salah satu
karena dengan memasang bedsetdrail pasien tidak akan jatuh dari tempat
banyak pasien yang celaka maka akan semakin buruk juga pelayanan
tersebut dan nama dari perawat tersebut akan buruk begitu juga dengan
rumah sakitnya. Oleh sebab itu, setiap perawat bekerja samadalam upaya
gelang tersebut perawat selalu teringat tentang keselamatan pasien. Dan ada
bisa setiap kamar diberi atau di tempelkan sebuah tulisan dimana tulisan
Pasien
Malu bertanya sesat dijalan, seperti itulah pepatah mengatakan bahwa jika
kita tidak mau bertanya atau berkomunikasi maka akan bisa tersesat. Begitu
juga dalam memberikan asuhan keperawatan dan penerima asuhan
keperawatan. Semakin tinggi tingkat komunikasi yang baik maka akan
terciptalah asuhan keperawatan yang baik pula. Disini tugas perawat
yaituberkomunikasi dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan
terutama untuk keselamatan pasien, perawat selalu mengingatkan kepada
pasien bahwa sangat penting sekali peningkatan keselamatan tersebut untuk
dirinya sendiri. Jika tingkat komunikasi perawat yang baik maka akan
terciptalah sebuah suasana asuhan keperawatan yang baik terutama dalam
keselamatan pasien akan tercipta dengan baik pula.
b. sebelum perawatan
1. Pertama temui pasien yang ada diruang tunggu, dengan ramah tamah dan
murah senyum, kemudian ajaklah berbincang-bincang sebentar mengenai
seputar masalah gigi, atau yang dialami pasien pada saat ini.
2. Selanjutnya antarkan pasien ke ruang perawatan, dan bantulah pasien
membukakan pintu karena selain aman bagi pasien hal tersebut dapat
membuat nyaman pasien, kemudian bantu pasien untuk duduk dengan
nyaman di dental unit cara duduknya dan bersandarnya yang benar.
3. Selanjutnya pasangkan slaber ke pasien yang sebelumnya kita tanyakan
terlebih dahulu apakah pasien ingin memasangnya sendiri, kalau tidak
bantu pasien untuk memasangkannya agar pasien merasa nyaman dengan
hal seperti ini.
4. Untuk mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya dirasakan, operator
haruslah berpintar-pintar untuk mengajak ngobrol pasien, tentunya dengan
cara yang sopan santun dan operator harus fokus pada pembicaraan agar
pasien tidak merasa canggung lagi.
c. Tahap Perawatan
1. Pertama persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, disini operator
harus menyiapkan alat seperlunya saja karena dengan dengan begitu
pasien merasa nyaman dengan tidak banyaknya melih alat, dan operator
menjelaskan juga alat tersebut digunakan buat apa saja
2. Selanjutnya pada saat mengidentifikasi masalah pasien yang sebelumnya
sudah ditanyakan langsung kepada pasien, pada saat melakukan penetesan
disclosing operator harus menjelaskan terlebih dahulu apa itu disclosing.
fungsinya untuk apa, cara kerjanya bagaimana dan efek sampingnya di
jelaskan kepada pasien
3. Selanjutnya periksa kondisi gigi pasien dengan melihat plak dan karang
giginya, kemudian antarkan pasien untuk melakukan menyikat giginya.
disitu operator harus memberikan cara menyikat gigi yang baik tentunya
dengan meminta maaf dulu karena terkadang hal ini terkadang membuat
pasien tersinggung
4. Selanjutnya pada saat melakukan diagnosa masalah pasien pada saat
memeriksakan gigi pasien, operator haruslah berhati-hari dalam
menggunakan alat agar pasien tidak mendapatkan luka dari kecerobohan
kita.
5. Apabila ada pasien yang ingin dilakukan scaling, jelaskan terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan dan resiko-resiko saat scaling dilaksanakan,
dan operator tidak boleh membiarkan mulut pasien terbuka terlalu lama
karena akan mengakibatkan pasien kurang nyaman.
6. Selanjutnya setelah selesai benkan antiseptik agar tidak terjadi infeksi dan
iritasi, dan untuk memberikan kenyamanan beri tahu pasien bahwa
perawatannya telah selesai dan pasien diminta untuk melihat hasilnya.
d. Setelah Perawatan
1. Setelah perawatan selesai, kembalikan posisi duduk pasien ke posisi
duduk yang semula agar tidak merasa pegal pada bagian leher dan
punggungnya.
2. Selanjutnya bantulah pasien untuk membukakan slabemya, dan jangan
lupa menanyakan kembali apakah pasien tersebut ingin melepaskan
sendiri atau dibantu oleh operator tersebut, tetapi sebaiknya untuk
memberikan rasa nyaman operator membantu membukakan slaber
3. Selanjutnya jelaskan kepada pasien apabila ada tindakan yang harus
dilakukan kembali untuk menyelesaikan perawatan tersebut dan buatlah
waktu yang di janjikan sesuai kesepakatan bersama.
4. Berikan intruksi kepada pasien untuk memelihara giginya seperti dengan
menggosok gigi yang benar dan waktu yang tepat, dan disarankan untuk
berkunjung minimal 6 bulan sekali untuk mencegah gigi semakin parah
karena tidaknya dilakukannya perawatan.
5. Antarkan pasien sampai keluar tempat praktek dengan membukakan
pintu, dan ucapkan rasa terimakasih atas kunjungannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan akan keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri sendiri
dari bahaya fisik, ancaman terhadap keselamatan seseorang yaitu ancaman
mekanis, kimiawi maupun bakteriologis. Kebutuhan rasa aman terkait terhadap
hubungan interpersonal dan konteks fisiologis. Klasifikasi kebutuhan
keselamatan atau keamanan : keselamatan fisik dan keselamatan psikologis.
Peran tenaga kesehatan gigi dan mulut dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman
bagi pasien: berperan dalam memastikan ruangan klinik, dan alat- alat yang
digunakan dalam keadaan steril serta tenaga kesehatan berperan dalam
pemenuhan rasa aman pasien dengan menjelaskan segala prosedur yang akan
dilakukan kepada pasien, sehingga pasien merasa siap dan aman.
Keselamatan pasien atau patient safety merupakan suatu pengetahuan yang
relatif baru dan terintegrasi ke dalam semua bidang kesehatan. Keselamatan
pasien atau patient safety menurut peraturan menteri kesehatan no. 1691 tahun
2011 adalah sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan.
B. Saran
Dengan selesainya makalah kebutuhan dasar manusia mengenai keamanan
pasien sebaiknya kita lebih memahami mengenai apa saja pengertian keamanan,
klasifikasi kebutuhan keamanan, peran tenaga kesehatan, resiko keamanan dan
cara meningkatkan keamanan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Lugito, M., 2013, Kontrol Infeksi Dan Keselamatan Kerja Dalam PraktekKedokteran
Gigi, Jurnal PDGI, 62(1), hal.24.
Mettes, T., Bruers, J., van der Sanden, W., dan Wensing, M., 2013, Patient Safety In
Dental Care: A Challenging Quality Issue? An Exploratory Cohort Study, Acta
Odontologica Scandinavica, 71(6), hal.1588-1593.
Fredy, Mardiyanto, dkk. 2019. Dasar-Dasar Keselamatan Pasien pada Praktik Dokter
Gigi. Jawa Timur: Universitas Brawijaya Pres Potter & Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC. Kemenkes RI, 2016, Kebutuhan
DasarManusia 1, BPPSDM, Jakarta.