Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DAN TEORI PADA GANGGUAN SEL DARAH PUTIH,


PLASMA DAN PEMBEKUAN DARAH

Dosen pengampu : Evi Hudriyah Hukom, S.kep., Ns., M.kes

Disusun oleh :

Persila O, Waymbewer

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
PATOFISIOLOGI tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ILMU DASAR
KEPERAWATAN V.

Puji Tuhan, saya dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun saya menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu saya berharap adanya
kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan saya yang akan datang.

Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Evi Hudriyah Hukom,
S.kep., Ns., M.kes selaku dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan V. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini semoga
segala upaya yang telah dicurahkan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Sorong, 13 November 20212

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. PENGERTIAN NEUTROFILIA DAN PENYEBABNYA................................7


B. PENGERTIAN LEUKEMIA...............................................................................8
C. PENGERTIAN LIMFOMA.................................................................................9
D. PENGERTIAN MIELOMA MULTIPEL..........................................................10
E. PENGERTIAN MAKROGLOBULINEMIA WALDENSTROM...................11
F. PENGERTIAN TROMBOSITOSIS...................................................................12
G. PENGERTIAN TROMBOSITOPENIA.............................................................13
H. PENGERTIAN HEMOFILIA.............................................................................14

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

A. KESIMPULAN.....................................................................................................16
B. SARAN...................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Darah adalah organ yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah
merupakan medium transpor tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal
dan berjumlah sekitar 5 liter. Peran utama darah secara umum adalah mengintegrasikan fungsi
tubuh dan memenuhi kebutuhan jaringan khusus. Darah memiliki peran yang besar di dalam
tubuh sehingga dengan melakukan pemeriksaan darah, seseorang dapat mengetahui keadaan
tubuhnya karena darah adalah zat yang sangat mewakili keadaan di dalam tubuh (Handayani
dan Haribowo, 2008; dan Tambayong, 2000).

Darah menggambarkan hampir keseluruhan bagian kondisi keadaan tubuh. Dengan


menganalisis darah, hasil analisis tersebut dapat mewakili representasi dari semua keadaan dan
kondisi yang ditemukan pada seluruh sel-sel jaringan dari organ-organ tubuh (Hiru, 2013).
Darah terdiri dari plasma dan sel darah. Sel darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Komponen darah tersebut dapat diamati setelah dilakukan sentrifugasi sehingga membentuk
beberapa lapisan. Plasma darah merupakan carian penyusun darah yang mengandung sejumlah
protein yang berperan sangat penting untuk menghasilkan osmotik plasma (Isnaeni, 2006).

Darah berfungsi untuk mengedarkan substansi yang masuk ke dalam tubuh maupun yang
dihasilkan tubuh dari proses-proses metabolisme (Ihedioha., 2012), sebagai pertahanan terhadap
antigen, dan mengatur stabilitas suhu tubuh (Sumardjo, 2008).
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu Neutrofilia dan penyebabnya?


2. Apa itu leukemia dan penyebabnya?
3. Apa itu Kanker kelenjar getah bening atau limfoma dan penyebabnya?
4. Apa itu Mieloma Multipel dan penyebabnya?
5. Apa itu Makroglobulinemia Waldenstrom dan penyebabnya?
6. Apa itu Trombositosis dan penyebabnya?
7. Apa itu Trombositopenia dan penyebabnya?
8. Apa itu Hemofilia dan penyebabnya?
A. Neutrofilia

Neutrofilia adalah kondisi ketika kadar neutrofil di dalam darah melebihi batas normal.
Beberapa kondisi yang menyebabkan neutrofilia, antara lain olahraga berat, kebiasaan
merokok, mengalami stres berat, trauma, atau luka bakar, serta penyakit infeksi, rheumatoid
arthritis, atau kanker darah.

Neutrofil merupakan faktor penting dalam sistem imunitas tubuh. Kadar neutrofil juga
dapat menggambarkan kondisi kesehatan Anda. Meski begitu, ini bukan satu-satunya patokan
yang bisa dilihat.

Apabila Anda mengalami suatu keluhan, periksakan diri Anda ke dokter. Jika dokter
menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan darah lengkap untuk melihat kadar sel darah
putih atau neutrofil, tanyakan pada dokter tujuan pemeriksaan dan apa saja yang perlu Anda
persiapkan sebelum melakukan tes.

 Penyebab Neutrofilia

Neutrofilia umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama infeksi piogenik.


Neutrofil juga meningkat ketika peradangan akut terjadi. Maka dari itu, bagian dari sel
darah putih tersebut meningkat setelah seseorang mengalami serangan jantung atau luka
bakar.

Neutrofilia dapat disebabkan oleh leukemia myelogenous kronis yang


menyebabkan sel-sel darah berkembang biak di luar kendali. Selain itu, seseorang dapat
mengidap gangguan ini yang disebabkan oleh usus buntu dan splenektomi. Penyebab
lainnya adalah defisiensi adhesi leukosit.
B. Leukemia

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum tulang.
Penyakit leukimia atau lebih tepatnya leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah putih abnormal. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.

Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam
sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan
akan mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara efektif.

Leukemia sering kali sulit terdeteksi karena gejalanya menyerupai gejala penyakit lain.
Deteksi dini perlu dilakukan agar leukemia dapat cepat ditangani.

 Patofisiolgis Leukemia

Patofisiologi leukemia berupa abnormalitas genetik disertai paparan zat


karsinogenik yang menyebabkan kerusakan DNA pada sel-sel hematopoetik, sehingga
terjadi proliferasi tidak terkontrol dan penurunan apoptosis sel. Pertumbuhan sel-sel
abnormal melebihi jumlah seharusnya namun tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

C. Kanker kelenjar getah bening atau limfoma


Kanker kelenjar getah bening atau limfoma adalah kanker darah yang dapat
mengakibatkan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Limfoma berawal ketika sel
kanker menyerang salah satu sel darah putih (limfosit) yang berfungsi melawan infeksi.
Limfosit adalah sel darah putih yang berfungsi untuk membunuh bakteri dan virus. Selain
di dalam peredaran darah, limfosit tersebar di beberapa bagian tubuh, seperti kelenjar getah
bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan saluran pencernaan. Ketika limfosit berubah,
berkembang, dan menyebar secara tidak normal, maka terjadilah limfoma maligna.
 Jenis-jenis limfoma

Limfoma dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu limfoma


Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan utamanya terletak pada jenis sel
limfosit yang diserang kanker. Hal ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dengan
mikroskop

Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin.


Namun sayangnya, limfoma non-Hodgkin lebih berbahaya daripada limfoma Hodgkin.
Pada banyak kasus, limfoma non-Hodgkin memiliki tingkat kesembuhan yang lebih
rendah dibandingkan limfoma Hodgkin.

Limfoma berbeda dari leukemia walaupun sama-sama menyerang sel darah


putih. Leukemia bermula pada sumsum tulang, sedangkan limfoma seringkali bermula
pada sel darah putih di kelenjar getah bening.

 Patofisiologis Limfoma

Patofisiologi limfoma Hodgkin terdiri atas beberapa mekanisme antara lain


mutasi gen sel B menjadi sel Reed-Sternberg serta keterlibatan virus onkogen seperti
virus Epstein-Barr (EBV).

Patogenesis limfoma non hodgkin berhubungan dengan akumulasi abberansi


genetik yang menginduksi pertumbuhan selektif dari sel yang bersifat ganas.
Translokasi rekuren yang terjadi pada beberapa tahap diferensiasi sel B seringkali
adalah tahap awal transformasi maligna. Translokasi-translokasi ini menyebabkan
deregulasi ekspresi onkogen, yang mengontrol proliferasi, kelangsungan hidup, dan
diferensiasi sel.
D. Mieloma Multipel

Multiple myeloma adalah kanker yang menyerang sel plasma di sumsum tulang. Sel
plasma adalah salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi untuk membentuk antibodi.
Kanker ini umumnya ditandai dengan nyeri pada tulang.

Multiple myeloma merupakan salah satu jenis kanker darah. Kondisi ini terjadi saat sel-
sel plasma yang tidak normal (abnormal) tumbuh dan berkembang secara berlebihan, serta
menggangu sel-sel yang sehat di sekitarnya. Sel-sel kanker ini juga memproduksi antibodi
abnormal.

Selain tidak bisa berfungsi untuk melindungi tubuh, penumpukan antibodi abnormal bisa
merusak organ tertentu, seperti ginjal.

 Patofisilogis penyebab penyakit multiple myeloma

Patofisiologi penyakit multiple myeloma lebih mudah dipahami dengan membagi


fase penyakit menjadi premaligna serta fase maligna. Kondisi klinis yang berkaitan juga
dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan penyakit pasien dari fase premaligna menjadi
maligna.

 Patologi Terbentuknya Sel Myeloma

Patofisiologi multiple myeloma diketahui berasal dari sel plasma premaligna


asimptomatik yang bernama monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS).
Sel plasma sendiri berasal daril Limfosit B yang nantinya secara normal akan membentuk
immunoglobulin yang berperan dalam imunitas. Sel myeloma, sebagai klon abnormal sel
plasma, berasal dari post-germinal center plasma cell di nodus kelenjar limfa, yang nantinya
akan bermuara ke sumsum tulang.
E. Makroglobulinemia Waldenstrom

Waldenstrom Macroglobulinemia, mungkin kanker yang satu ini masih terdengar asing
ditelinga Anda.

Waldenstrom macroglobulinemia ini merupakan jenis limfoma non-Hodgkin (NHL). Sel-


sel kanker membuat sejumlah besar protein abnormal (disebut macroglobulin). Nama lain untuk
WM adalah limfoma lymphoplasmacytic.
WM adalah kanker yang ditandai oleh proliferasi klonal yang tidak terkendali dari limfosit
B yang terdiferensiasi. Sel-sel kanker pada orang dengan WM mirip dengan 2 jenis kanker
lainnya seperti, multiple myeloma dan non-Hodgkin lymphoma.

Multiple myeloma dianggap sebagai kanker sel plasma, dan limfoma non-Hodgkin adalah
kanker limfosit. Sel WM memiliki fitur dari sel plasma dan limfosit dan disebut
lymphoplasmacytoid.

Sel-sel WM membuat sejumlah besar jenis antibodi tertentu (immunoglobulin M, atau


IgM), yang dikenal sebagai macroglobulin. Setiap antibodi (protein) yang dibuat oleh sel-sel
WM adalah sama, sehingga disebut protein monoklonal, atau hanya protein M.

Penumpukan protein M dalam tubuh ini dapat menyebabkan banyak gejala WM, termasuk
pendarahan berlebih, masalah penglihatan, dan masalah sistem saraf.

Jaringan limfoid sendiri terdiri dari beberapa jenis sel sistem kekebalan yang bekerja
bersama untuk membantu tubuh melawan infeksi. Jaringan limfoid ditemukan di banyak tempat
di tubuh. Sedangkan sel limfosit adalah sel utama jaringan limfoid. Terdapat 2 tipe utama sel
limfosit, yaitu:

 Limfosit B (sel B) merespon infeksi dengan mengubah ke jenis sel yang berbeda yang
disebut sel plasma. Sel plasma membuat protein yang disebut antibodi (juga disebut
imunoglobulin) yang membantu tubuh menyerang dan membunuh kuman penyebab
penyakit seperti bakteri.
 T limfosit (sel T) membantu mengarahkan respon imun, tetapi juga dapat membunuh
kuman yang menyerang secara langsung.

WM adalah kanker yang ditandai oleh proliferasi klonal yang tidak terkendali dari
limfosit B yang terdiferensiasi. Sel-sel kanker pada orang dengan WM mirip dengan 2 jenis
kanker lainnya seperti, multiple myeloma dan non-Hodgkin lymphoma.

Multiple myeloma dianggap sebagai kanker sel plasma, dan limfoma non-Hodgkin
adalah kanker limfosit. Sel WM memiliki fitur dari sel plasma dan limfosit dan disebut
lymphoplasmacytoid.

Sel-sel WM membuat sejumlah besar jenis antibodi tertentu (immunoglobulin M, atau


IgM), yang dikenal sebagai macroglobulin. Setiap antibodi (protein) yang dibuat oleh sel-sel
WM adalah sama, sehingga disebut protein monoklonal, atau hanya protein M.

Penumpukan protein M dalam tubuh ini dapat menyebabkan banyak gejala WM,
termasuk pendarahan berlebih, masalah penglihatan, dan masalah sistem saraf. Sel-sel WM
tumbuh terutama di sumsum tulang, di mana mereka dapat mendesak sel-sel normal. Kanker
ini dapat menyebabkan rendahnya tingkat sel darah merah dala tubuh atau anemia, yang
dapat membuat orang merasa cepat lelah dan lemah.

Kanker ini juga dapat menyebabkan jumlah sel darah putih yang rendah, yang
menyulitkan tubuh untuk melawan infeksi. Jumlah trombosit dalam darah juga bisa turun dan
menyebabkan perdarahan dan memar.

 Tanda dan Gejala Waldenstrom Macroglobulinemia

Tanda dan gejala WM termasuk kelemahan, kelelahan, penurunan berat badan, dan
pendarahan yang berasal dari hidung dan gusi. Neuropati perifer terjadi pada 10% pasien.
Pembesaran kelenjar getah bening, limpa, dan / atau hati hadir dalam 30–40% kasus.
Tanda dan gejala lain yang mungkin termasuk penglihatan kabur, sakit kepala, dan stroke
atau koma.

F. Trombositosis

Trombositosis adalah kondisi ketika jumlah trombosit dalam darah melebihi batas normal.
Meski jarang, kondisi ini dapat memicu terjadinya beberapa penyakit serius akibat terbentuknya
gumpalan darah yang tidak normal, seperti stroke dan serangan jantung.

Trombosit atau platelet merupakan kepingan darah yang diproduksi oleh sumsum tulang.
Trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi perdarahan, kepingan darah
ini bekerja dengan cara saling menempel untuk membentuk gumpalan, sehingga perdarahan
tersebut berhenti.

Pada penderita trombositosis, sumsum tulang memproduksi trombosit secara berlebihan.


Akibatnya, trombosit dapat membentuk gumpalan-gumpalan darah yang tidak seharusnya ada.
Masalah serius dapat terjadi jika gumpalan darah tersebut menyumbat pembuluh darah di organ
yang penting, seperti otak dan jantung.

 Penyebab Trombositosis

Berdasarkan penyebabnya, trombositosis terbagi menjadi dua, yaitu:

 Trombositosis primer
Trombositosis primer terjadi karena adanya gangguan pada sumsum tulang, yang
membuat sumsum tulang memproduksi trombosit secara berlebihan. Kondisi ini lebih sering
dialami oleh orang yang berusia 50–70 tahun dan wanita yang berusia di bawah 40 tahun.

Belum diketahui secara pasti penyebab gangguan pada sumsum tulang tersebut. Akan
tetapi, pada beberapa kasus, kondisi ini terjadi karena adanya kelainan atau mutasi genetik.

 Trombositosis sekunder

Trombositosis sekunder terjadi karena adanya penyakit atau kondisi lain yang
mengakibatkan sumsum tulang memproduksi trombosit lebih banyak. Kondisi-kondisi tersebut
antara lain:

 Infeksi
 Kanker, terutama kanker paru-paru, payudara, dan rahim
 Anemia defisiensi besi
 Anemia hemolitik
 Peradangan, seperti rheumatoid arthritis dan radang usus
 Operasi, terutama operasi pengangkatan limpa
 Hemolisis atau kerusakan sel darah merah yang tidak normal
 Penggunaan obat-obatan, seperti epinephrine, tretinoin, vincristine, atau heparin sodium
G. Trombositopenia

Trombositopenia adalah kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di bawah nilai
normal. Trombosit berperan untuk menghentikan perdarahan saat terjadi luka atau kerusakan di
pembuluh darah. Kurangnya jumlah trombosit dapat menyebabkan darah sulit membeku.

Jumlah trombosit normal pada darah adalah sebanyak 150.000 – 450.000 sel per mikroliter
darah. Jika jumlah trombosit kurang dari 150.000, maka seseorang dapat dianggap menderita
trombositopenia. Seseorang yang menderita trombositopenia rentan mengalami perdarahan,
misalnya mudah lebam, mimisan, atau gusi sering berdarah.

Rombositopenia sendiri bisa menyerang siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang
dewasa. Seseorang yang mengidap trombositopenia akan lebih rentan mengalami pendarahan.
Hal yang perlu digarisbawahi, meski kasusnya jarang terjadi, trombositopenia yang tak ditangani
bisa memicu pendarahan dalam. Kondisi inilah yang nantinya bisa berujung fatal. Terutama jika
jumlah platelet pengidap berada di bawah angka 10.000 per mikroliter.

 Faktor Risiko Trombositopenia

Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu terjadi trombositopenia, antara lain:

 Penyakit kanker darah, limfoma, atau purpura trombositopenik trombotik.

 Kelainan darah, contohnya anemia aplastik.

 Konsumsi alkohol yang berlebihan.

 Proses kemoterapi atau radioterapi.

 Infeksi virus, seperti HIV, cacar air, dan hepatitis C.

 Infeksi bakteri dalam darah.

 Obat-obatan tertentu, misalnya heparin, kina, atau obat antikonvulsan.

 Kondisi autoimun, contohnya lupus.


 Penyebab Trombositopenia

Kekurangan jumlah platelet (trombosit) dalam darah dapat disebabkan oleh


menurunnya produksi platelet pada sumsum tulang atau proses hancurnya platelet lebih cepat
dari proses produksi. Dalam kebanyakan kasus, trombositopenia paling akut sering
disebabkan oleh demam berdarah dengue (DBD). Selain DBD, infeksi virus seperti hepatitis
dan HIV.

 Patomekanisme trombositopenia
Trombositopenia adalah kondisi saat jumlah keping darah (trombosit) rendah, di bawah
nilai normal. Trombosit berperan untuk menghentikan perdarahan saat terjadi luka atau
kerusakan di pembuluh darah. Kurangnya jumlah trombosit dapat menyebabkan darah sulit
membeku.

H. Hemofilia

Hemofilia adalah kelainan pembekuan darah yang diturunkan ibu ke anak laki-laki. Faktor-
faktor pembekuan darah di dalam plasma darah dilambangkan dengan angka romawi, contoh:
Faktor VIII: Faktor Delapan dan Faktor IX: Faktor Sembilan.

Hemofilia A terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor VIII (Faktor Delapan) dan
Hemofilia B terjadi, jika seseorang kekurangan Faktor IX (Faktor Sembilan). Berdasarkan kadar
faktor pembeku darah dalam tubuhnya, baik Hemofilia A, maupun Hemofilia B dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu: ringan, sedang dan berat.

Hemofilia Ringan bila kadar Faktor pembekuan 5-40%, perdarahan akan berlangsung lebih
lama dari normal, biasanya terjadi akbat terluka atau tindakan pembedahan. Jarang terjadi
perdarahan sendi dan otot secara spontan.
Hemofilia Sedang bila kadar Faktor Pembekuan 1-5%, perdarahan akan berlangsung lebih
lama dari normal, setelah adanya luka atau pembedahan. Perdarahan tibul setelah trauma berat,
perdarahan sendi atau memar dapat terjadi dengan mudah, tanpa trauma berat.
Hemofilia Berat, bila kadar Faktor Pembekuan 1%, perdarahan sendi dan otot dapat terjadi
tanpa sebab (spontan)

 Penyebab Hemofilia

Hemofilia disebabkan oleh mutasi genetik yang menyebabkan darah kekurangan


faktor pembekuan VII dan IX. Kekurangan faktor ini akan menyebabkan darah sukar
membeku dan menyebabkan perdarahan sulit berhenti.

Mutasi genetik yang terjadi pada hemofilia mempengaruhi kromosom X. Kelainan


pada kromosom X kemudian diturunkan oleh ayah, ibu, atau kedua orang tua kepada anak.
Hemofilia yang bergejala biasanya terjadi pada laki-laki. Anak perempuan lebih sering
menjadi pembawa (carrier) gen abnormal yang berpotensi untuk diwariskan kepada
keturunannya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Darah terdiri dari 55% plasma darah (bagian cair darah) dan 45% korpuskuler
(bagian padat darah). Bagian-bagian darahh sebagai berikut:

1. Plasma Darah (bagian cair)

 Serum

 Fibrinogen

2. Korpuskuler (bagian padat)

 Sel darah merah (Eritrosit)

 Sel Darah putih (Leukosit)

 Keping Darah (Trombosit)

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini, mudah-mudahan kita mampu memahami dan


mengetahui bagian darah dan fungsi darah dll. Tentunya kita sebagai analis harus
mampu mengusai tentang pentingnya darah pada kesehatan dan mengaplikasikan
dalam dunia kesehatan

Anda mungkin juga menyukai