Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG MENGALAMI


HIPERTERMI AKIBAT DENGUE HEMORRAGIC FEVER
DENGAN INTERVENSI: JUS BUAH KURMA

OLEH:

KELOMPOK 5

KELAS IIA

ELIS ERNAWATI (BT20010

NUR ULFIAH FAHYAD (BT2001014)

SITI NURHALISAH (BT20010

YULIA DWIYANTI (BT20010

DIAN DARWANI (BT20010

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Hipertermi Akibat Dengue Hemorragic
Fever Dengan Intervensi: Jus Buah Kurma”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen pada mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis tentang seperti apa Terapi
Modalitas Dalam Keperawatan Jiwa

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Mardiana dosen mata kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang study yang saya tekuni.

Saya juga mengucapka terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelessaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Watampone, 14 Juli 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................................


B. Rumusan Masalah.................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem.....................................................................................................
B. Konsep Medik.......................................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ............................................................................................................
B. Diagnose keperawatan...........................................................................................
C. Intervensi keperawatan..........................................................................................
D. Implementasi.........................................................................................................
E. Evaluasi.................................................................................................................
F. Pengaruh jus buah kurma untuk hipertermi .........................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI SISTEM
1. Pengertian Hematologi
Hematologi merupakan studi tentang darah, baik dalam keadaan normal
maupun patologis. Darah merupakan cairan tubuh yang berperan penting dalam
membantu diagnosis berbagai penyakit. Darah adalah jaringan berbentuk cair
yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma darah dan korpuskuli. Plasma darah
merupakan bagian cairan, sedangkan korpuskuli yaitu sel-sel darah. Plasma
darah berwarna kekuningan yang 90% mengandung air dan sisanya merupakan
zat-zat terlarut. Plasma berperan mengatur keseimbangan asam-basa darah agar
terhindar dari kerusakan jaringan (Umsida Press, 2019)
Pada tubuh manusia sehat atau orang dewasa volume darah mencapai 7
% dari berat badan. Terdapat tiga jenis sel darah, yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) atau platelet.
Warna darah dipengaruhi oleh kadar oksigen (O2 ) dan karbondioksida (CO2 )
didalamnya. Darah arteri berwarna merah muda karena banyak O2 yang
berikatan dengan hemoglobin. Sedangkan darah vena berwarna merah tua/ gelap
karena kekurangan O2 . Eritrosit berfungsi dalam mengantarkan oksigen dan zat
makanan yang diperlukan tubuh serta menyingkirkan CO2 beserta hasil buangan
lainnya. Leukosit berperan untuk melindungi tubuh terhadap benda asing.
Trombosit berperan dalam pembekuan darah. Proses pembentukan sel darah
meliputi pembentukan sel darah secara umum (hematopoiesis), stadium awal
pembentukan eritrosit (eritropoiesis), pembentukan leukosit (leukopoiesis) dan
trombosit (trombopoiesis).(Umsida Press, 2019).
Terdapat tiga jenis darah yaitu :
a. Seldarahmerah (eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa
Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti
selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung
hemoglobin (Hb).
Morfologi normal eritrosit bervariasi tergantung pada spesies. Eritrosit
mamalia tidak berinti sedangkan eritrosit bangsa camellidae, reptil, dan aves
mempunyai inti. Eritrosit berbentuk oval dan bikonkaf berfungsi sebagai
pertukaran oksigen. Jumlah eritrosit pada orang dewasa normal, yaitu pada
pria 5,2 juta sel/µl dan pada wanita 4,7 juta sel/µl. Eritrosit berfungsi sebagai
pengatur utama metabolisme dan kehidupan dengan menyalurkan oksigen ke
sel-sel dan jaringan-jaringan di seluruh tubuh untuk perkembangan,
fisiologis, dan regeneratif. Membran permeabel yang menutupi komponen
eritrosit terbuat dari lipid, protein, dan karbohidrat. Perubahan komposisi
lipid membran menghasilkan bentuk eritrosit yang abnormal. Membran
protein yang abnormal juga dapat menyebabkan bentuk eritrosit abnormal.
Jumlah eritrosit sering digunakan untuk menegakkan diagnosa jenis anemia
berdasarkan penyebabnya. Retikulosit merupakan eritrosit muda tidak berinti
yang mempertahankan RNA (dapat diwarnai dengan pewarnaan supravital).
Jumlah retikulosit dapat meningkat karena adanya pendarahan akut,
pengobatan defisiensi hematinik (zat besi, asam folat, vitamin B12 ), serta
anemia hemolitik. Pada sumsum tulang ada sekitar 10%-15% eritroblas yang
sedang berkembang akan mati tanpa menghasilkan eritrosit matur. Proses
eritropoiesis yang tidak efektif ini meningkat pada kasus talasemia mayor,
mielofibrosis, dan anemia megaloblastik.
b. Sel darah putih (Leukosit)

Leukosit merupakan sel darah putih dan mempunyai inti sel. Leukosit
berperan dalam sistem pertahanan tubuh untuk menahan masuknya benda
asing (antigen) penyebab penyakit yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui dua cara, yaitu fagositosis dan mengaktifkan respon imun tubuh.
Adanya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) terjadi bila tubuh
mengalami infeksi. Penurunan jumlah leukosit disebut leukopenia.
Leukopenia dapat disebabkan oleh stress berkepanjangan, infeksi virus,
penyakit atau kerusakan sumsum tulang, radiasi atau kemoterapi, penyakit
sistemik parah seperti lupus eritematosus, penyakit tiroid, dan sindrom
cushing. Pada leukopenia, semua atau salah satu jenis leukosit saja yang
dapat terpengaruh. Jumlah eritrosit leukosit menurun pada penyakit infeksi
usus, keracunan bakteri (septicemia), kehamilan, dan partus.
Jenis-Jenis Leukosit
a) Eosinofil Eosinofil memiliki inti bilobus dan granula yang berwarna
merah oranye (mengandung histamin). Eosinofil berperan dalam respon
terhadap penyakit parasitik dan alergi. Pelepasan isi granula ke patogen
yang lebih besar, seperti cacing sehingga mampu membantu proses
destruksi dan fagositosis berikutnya.
b) Basofil Basofil berhubungan dengan sel mast karena berasal dari
prekursor granulosit dalam sumsum tulang. Basofil merupakan jenis sel
yang paling sedikit jumlahnya di darah perifer.
c) Neutrofil Neutrofil merupakan sel yang berperan sebagai pertahanan
tubuh pertama pada infeksi akut. Neutrofil mempunyai respon lebih
cepat terhadap inflamasi dan cedera jaringan daripada leukosit lainnya.
d) Limfosit Limfosit merupakan komponen penting pada respon imun yang
berasal dari sel stem hemopoietik
e) Monositberada dalam peredaran darah selama 20-40 hari. Kemudian
masuk ke jaringan sebagai makrofag. Disini monosit matur dan
menjalankan fungsi utamanya untuk fagositosis dan destruksi.
c. Keping Darah (Trombosit)

Trombosit merupakan hasil fragmentasi sitoplasma megakariosit yang


terbentuk di sumsum tulang. Regulator utama produksi trombosit adalah
hormon trombopoietin (TPO) yang di sintesis di hati dan ginjal. Trombosit
berperan penting dalam sistem hemostasis untuk menghentikan perdarahan
dari pembuluh darah yang terluka. Adanya abnormalitas pada vaskuler,
trombosit, koagulasi, dan fibrinolisis akan mengganggu sistem hemostasis
pada sistem vaskuler yang dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan
abnormal.Struktur trombosit memiliki zona luar yang jernih dan zona dalam
yang berisi organel-organel sitoplasmik. Berdasarkan fungsinya trombosit
dibagi menjadi empat zona yang mempunyai fungsinya masing-masing.
Empat zona itu antara lain:
a) Zona perifer berfungsi untuk adhesi dan agregasi.
b) Zona sol gel untuk menunjang struktur serta mekanisme kontraksi.
c) Zona organel untuk pengeluaran isi trombosit.
d) Zona membran yang keluar dari isi granula ketika pelepasan.

Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran


yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel.
Keping darah dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang
pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000
butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis,
sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
hanya mampu bertahan 8 hari.Meskipun demikian trombosit mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses pembekuan darah.

2. Kadar hemoglobin
a. Kadar Hb normal bervariasisepertiumur, jeniskelamin, geografi
b. Daerah tinggi: O2 sedikt
c. Daerah rendahatausebaliknya
d. Harga normal kadarHb (Dacie): laki-lakidewasa (13-18 mg/dl),
wanitadewasa (11,5-16,5 mg/dl
e. PemeriksaanHbbergunauntuk parameter penentu anemia (diagnosis, derajat),
monitoring terapi anemia
f. PenurunankadarHbfisiologis (kehamilan)
g. PenurunankadarHbpatologis: thalassemia, hemoglobinopati, anemia,
pendarahanakut/kronis, anemia sideroblastik, infeksikrons, leukemia
h. KenaikankadarHb: dehidrasi, polisitemia

B. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Dangue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anakdan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, pendarahan, nyeri otot dans endi. Dangue adalah suatu infeksi arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut dutularkan oleh nyamuk Aedes Aegyptiatau
AedesAebopietus (Kartika, 2013)
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) ataudemamberdarahdangue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini dapat
menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kamatian terutama pada anak,
serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (Rekawati S.,
Nursalam, 2013).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam di
seluruh dunia mencapai 16 - 33 jutadengan 500 – 600 ribu kematian tiap
tahunnya (Moelek, 2014)
2. Etiolog
Virus dangue di bawa oleh nyamuk Aedes aegypti masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk tersebut (Rekawati S., Nursalam, 2013)
Penyebab penyakit demam berdarah dengue (DHF) atau Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) adalah virus dengue hingga saat ini telah diisolasi
smpat serotipe virus dengue hingga saat ini telah diisolasi empat serotipe virus
dengue di indonesia yang termasuk dalam group B arthropod borne viruses
(Arbroviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan
DEN-3 yang dominan, sedang diindonesia terutama DEN-3, tetapi akhir-akhir
ini ada kcendrungan dominasi untuk DEN-2. Infeksi oleh salah satu serotipe
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang lainnya, virus
dengue ini ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegepti, nyamuk Aedes
Albopictus, Aedes polynesinensis, dan beberapa sepsis lain kurang berperan.
Jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh indonesia, kecuali ketinggian lebih
dari 1000 m

3. Patofisiologi

Virus dengue yang pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia


melaluigigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala
DF.Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala,
mual,nyeri otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorok, timbulnya ruam
dankelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjer getah
bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang
mendaparkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Hal ini disebut
the secondary heterologous infection atau the sequential infection ofhypothesis.
Re-infeksi akan menyebabkan suatu rekasi anamnetik antibody,sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi(Wijaya& Putri,2016).

Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida


yangberdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
yangmenyebabkan peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler
sehingga cairan dari intravaskuler keluar ke ekstra vaskuler atau terjadinya
perembesaran plasma akibat pembesaran plasma terjadi pengurangan volume
plasma yang menyebabkan hipovolemia, penurunan tekanandarah,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusidanrenjatan (Ngastiyah, 2014).

Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya


saatrenjatan. Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat
berkurang sampai 30% atau lebih. Bila renjatan hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera diatasi maka akan terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik danberakhir dengan
kematian(Ngastiyah,2014).

4. Manifestasi Klinik

Penyakit DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas
disertai gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut
menyerupai influenza biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk
perdarahan yang beraneka ragamdimulai dari yang paling ringan berupa
perdarahan dibawah kulit (petekia atau ekimosis), perdarahan gusi, epistaksis,
sampai perdarahan yang hebat berupa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, dan juga hematuriamassif (Ngastiyah, 2014)
Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat
demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda – tanda
anakmenjadi makin lemah, ujung – ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin,dan lembap. Denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun
dengan tekanan sistolik 80mmHg atau kurang(Ngastiyah,2014)

Gejala klinis untuk diagnosis DBD, sebagai berikut:

1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari tanpa
sebabjelas

2) Manifestasi perdarahan, paling tidak terdapat uji torniket positif dana dan
salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya petekia, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, melena atau hematemesis

3) Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)

4) Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun
(menjadi 20mmHg atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang) disertai kulityang teraba dingin
dan lembab terutama pada ujung hidung,jari dan kaki, pasien menjadi
gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.

5. Komplikasi

Komplikasi pada DHF, yaitu:

1) Dehidrasi sedang sampai berat

2) Nutrisi kurang dari kebutuhan

3) Kejang karena demam terlalu tinggi yaitu terus-menerus

Selain itu, komplikasi dari pemberian cairan yang berlebihan akan


menyebabkan gagal nafas, gangguan pada elektrolit, gula darah menurun,
kadar natrium dan kalsium juga menurun, serta dapat mengakibatkan gula
darah di atas normal atau mengalami peningkatan (Jannah, 2019).
6. Pemeriksaan Penunjan

a) Darah

1) Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua atau


ketiga

2) Pada demam berdarah terdapat trombositpenia dan hemokonsentrasi

3) Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia,


SGPT, SGOT, Ureum dan Ph darah mungkin meningkat.

b) Urine

Mungkin di temukan albuminuria ringan. (Kartika, 2013)


7. Penatalaksanaan Medik
a) DHF tanparenjatan
Rasa haus dan dehidrasi timbul karena demam tinggi, anoreksia dan muntah,
klien harus banyak minum kurang lebih 1,5 liter/24 jam, dapat berupa air
the, sirup atau oralit. Panas dapat diberi kompreses atau alcohol 70%.
Pemberian infus dilaksanakan pada klien apabila :
1) Muntah, sulit makan per oral, muntah mengancam pada terjadinya
dehidrasi dan asidosis
2) Nilai hematokrit
b) DHF dengan renjatan
Prinsif :mengatasi renjatan dengan penggantian volume cairan yaitu cairan
RL Pengobatan bersifat simtomatis dan supportif.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama yang paling penting dalam proses
keperawatan. Jika langkah ini tidak ditangani lebih baik, perawat akan kehilangan
control atas langkah-langkah berikutnya dari proses keperawatan (Hermand, 2015).
a. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Panas
 Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit
kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan
nafsu makan,perdarahan spontan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
 Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan
adanya penyakit herediter (keturunan).
c. Aktivitas
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
b. Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah
normal/sedikit di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem
(syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan
elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari
dan kaki
c. Integritas ego
Tanda : gelisah
d. Eliminasi
Gejala : diare
e. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat
badan akhir-akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi)
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka,
inflamasi rongga mulut
f. Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah
kotor
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi
h. Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis
sampai perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan
lambung, melena, hematuria
d. Pemeriksaan fisik
a. System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi,
auskultasi
b. System cardivaskular
- Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif,
trombositipeni.
- Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia),
penurunan tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari.
- Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
c. System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien
gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi
DSS
d. System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah
e. System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan
pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali)
disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah
darah (hematemesis), berak darah (melena).
f. System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam
makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi
bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade
III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
- Ig.G dengue positif
- Trombositopenia
- Hemoglobin meningkat
- Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
- Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
 Hipoproteinemia
 hiponatremia dan
 hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia,
peningkatan limposit, monosit dan basofil
- SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
- Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
- Waktu pendarahan memanjang
- Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis
metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah
f. Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan
cara haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan
komplemen pada pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan
yaitu pada masa akut atau demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah
awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5
ml. Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di
jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi
Hipertermi adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
(SDKI, 2016). Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang
biasanya terjadi karena infeksi, kondisi dimana otak mematok suhu di atas
setting normal yaitu di atas 38°C (Kurnia, 2019).
2. Etiologi Hipertermi
Menurut SDKI (2016), penyebab hipertermia adalah:
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolism
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan incubator
3. Diagnosa keperawatan Dengue Hemoragic Fever adalah Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi virus
4. Data mayor
a. Subyektif : (tidak tersdia)
b. Objektif : suhu tubuh diatas normal
Data minor
a. Subyektif : (tidak tersdia)
b. Objektif :
- Kulit merah
- Kejang
- Takikardi
- Takipnea
- Kulit terasa hangat

C. Intervensi keperawatan
1. Pengertian Intervensi
Menurut SIKI (2018) Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk
terapi yag dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan
kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
2. Intervensi yang direncanakan pada diagnose hipertermi adalah manajemen
hipertermi dengan pemberian jus sari kurma
3. Outcome yang akan dicapai
a. Termoregulasi
b. Perfusi perifer
c. Status cairan
d. Status kenyamanan
e. Status neurologis
f. Status nutrisi
g. Termoregulasi neonatus
4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
Alat dan bahan yang digunakan (Simorangkir, 2022)
- Madu sebanyak 8 buah atau sekitar 100 gr
- Air sebanyak 200cc
- Blender
Campurkan kedua bahan tersebut kemudian di blender hingga halus

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Studi et al., 2019)
Pemberian jus kurma diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari dan dilakukan
selama 6 hari (Trisya, 2022).

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau perlu pendekatan lain.(Studi et al., 2019)
Jenis penelitian ini adalah eksperiment dengan pendekatan Quasi experiment,
menggunakan rancangan pretest-posttest control group design. Uji hipotesis yang
digunakan adalah analisis bivariat menggunakan T-test. Pemeriksaan kadar
trombosit dapat dilakukan dengan cara pengambilan sampel darah kemudian di
periksa di laboratorium yang menggunakan analyzer untuk menghitung jumlah
kadar trombosit agar mendapat hasil pemeriksaan laboaratorium yang cepat dan
akurat. (Simorangkir, 2022)

F. Pengaruh jus buah kurma untuk menurunkan hipertermi


Buah kurma adalah bahan alami dengan kandungan gula dan isoflavon yang
tinggi, kandungan senyawa flavonoid glukoside pada buah kurma, buah kurma
dapat meningkatkan agregasi trombosit selain itu juga dapat menghambat aktivitas
enzim hialuronidase dalam proses penguraian asam hialuronat, yang merupakan
bahan dasar (matriks) dari sumsum tulang. Kurma mengandung mineral yang tinggi
yang baik untuk di berikan pada pasien DBD (Simorangkir, 2022).

Tujuan : penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh jus buah kurma untuk
menurunkan demam melalui peningkatan jumlah trombosit.

Hasil penelitian: ada perbedaan yang signifikan hasil antara kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol pada hari ke-3. Nilai t kelompok perlakuan lebih besar
yaitu 16.089 dari pada nilai t kelompok kontrol yaitu 10.373, hal ini menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan mengalami kenaikan kadar trombosit lebih tinggi dari
pada kadar trombosit pada kelompok kontrol. (Simorangkir, 2022)

Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan trombosit penderita DBD yang


diberikan perlakuan (jus kurma selama 3 hari) di RSUD Genteng Banyuwangi pada
tahun 2015 rata-rata sebanyak 54.000/µL. Peningkatan trombosit penderita DBD
tanpa perlakuan rata-rata sebanyak 36.000 / ul. Ada perbedaan rata-rata peningkatan
trombosit antara pasien DBD yang diberikan jus kurma dengan yang tidak. Hal ini
ditunjukkan dari nilai U < Uot. Perbedaan peningkatan trombosit darah antara dua
kelompok penelitian mencapai 50%. (Heny Nurma Yunita, 2015)

Pemberian tindakan keperawatan meminum sari kurma mampu meningkatkan


nilai trombosit An.A. Dan An.A mampu melakukan terapi dengan meminum sari
kurma secara mandiri.(Trisya, 2022)
DAFTAR PUSTAKA

Heny Nurma Yunita, J. D. P. (2015). 54 Healthy Vol. 4 No. 1 Tahun 2015. 4(1), 54–63.

Kurnia, D. A. (2019). Efektifitas kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh pada an.d
dengan hipertermia. 5, 122–127. https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.112

Simorangkir, A. R. (2022). Konsumsi Jus Kurma terhadap Peningkatan Kadar Trombosit pada
Pasien Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kota Jambi. 11(1), 42–48.
https://doi.org/10.36565/jab.v11i1.437

Studi, P., Tiga, D., Vokasi, F., & Indonesia, U. K. (2019). Modul dokumentasi keperawatan.

Trisya, Y. F. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.A DENGAN DBD


TERHADAP PENERAPAN SARI KURMA DI RUANG ANYELIR RUMAH SAKIT
EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM TAHUN 2021. 3(1), 4471–4478.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai