Disusun Oleh :
Ria Fitri Marchita
14901.10.23050
Lumajang,
Mahasiswa
(.............................)
(..................................) (.....................................)
Kepala Ruangan
(...............................)
I. Anatomi Fisiologi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah
dan sel darah. Jumlah darah dalam tubuh sebanyak 1/12 berat badan tubuh atau
sebanyak 5 liter. Dimana komposisi plasma darah sebanyak 55% dan sel darah
sebanyak 45%. Plasma darah terdiri dari 91,0 % air, 8,0% protein, 0,9% mineral
dan sisanya diisi dengan bahan organik seperti glukosa, lemak, urea, asam
urat,kreatinin, kolesterol dan asam amino (Pearce, 2010).
Darah merupakan sejenis jaringan ikat yang sel-selnya tertahan dan dibawa
matriks cairan.Darah terdiri dari dua komponen utama yaitu plasma darah dan sel
darah. Plasma darah merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas
air, elektrolit, dan protein darah. Sedangkan sel darah terdiri atas sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) (Sloane, 2004).
X. Komplikasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Khadijah dan Utama, 2017)
ditemukan 24 kasus DBD, seluruh pasien mengeluh mengalami demam, 14
orang (58,33 %) mengeluh muntah, 13 orang (54,17%) mengeluh nyeri
perut, 10 orang (41,67%) mengeluh mual, dan 9 orang (37,5%) mengeluh
nafsu makan dan minum menurun. Serupa dengan keluhan nafsu makan
dan minum berkurang, sebanyak 9 orang (37,5%) mengeluh nyeri kepala.
9 orang (37,5%) positif dalam uji tourniquet, 6 orang (25%) ditemukan
terdapat ptekie dan 5 orang (20,83%) mengeluh batuk. Masing-masing
sebanyak 3 orang (12,5%), ada yang mengeluh mengalami nyeri sendi,
mencret, lemas, perut kembung, gatal, terdapat bintik kemerahan ataupun BAB
berwarna kehitaman. Sedangkan sebanyak 2 orang (8,33%) mengeluh nyeri
di belakang mata, dengan jumlah yang sama ada yang mengeluh sesak
napas, pilek ataupun episktaksis. Selanjutnya masing-masing sebanyak 1
orang (4,16%) mengeluhkan muncul ruam pada tubuh setelah panas turun,
bernafas dengan cepat,meriang,dehidrasi, nadi lemah, bibir berdarah, rewel,
BAB tidak lancer dan keras,keringat dingin, nyeri seluruh badan ataupun kulit
teraba dingin.
Derajat keparahan penyakit (disease severity) DBD diklasifikasikan secara
arbiter sebagai kasus non shock dan kasus shock. Kasus non shock mencakup DBD
derajat I dan II, sedangkan kasus shock mencakup DBD derajat III dan IV yang
disebut dengan DSS. Manifestasi patologis sistem organ merupakan dampak dari
infeksi virus dengue pada DBD derajat III dan IV, yang dapat muncul dalam bentuk
komplikasi seperti ensefalopati dengue, kelainan hati, komplikasi iatrogenik, gagal
ginjal akut, dan edema paru (Leovani dkk., 2013).
B. Diagnosa
1. Hipertermia b.d respon peradangan dari reaksi antibody terhadap re-infection
oleh virus dengue
2. Nyeri akut b.d iritasi terhadap ujung-ujung saraf oleh asam laktat karena
penimbunan asam laktat di jaringan
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan dan energi berkurang akibat metabolism
anaerob karena suplai O2 ke jaringan tidak adekuat
4. Risiko defisit nutrisi b.d intake nutrisi kurang karena anoreksia serta mual
dan muntah
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit b.d mual dan muntah karena stimulasi
medulla vomiting akibat dari respon peradangan
C. Perencanaan/Nursing Care Plan
No. Diagnosis SLKI SIKI
Keperawatan
1. (D.0130) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Hipertermia (1.15506)
Hipertermia jam diharapkan termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
Termoregulasi (L.14134) Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
Skor saat Skor yang penggunaan inkubator)
Indikator ini ingin dicapai 2. Monitor suhu tubuh
Menggigil 1 5 3. Monitor kadar elektrolit
Kulit merah 1 5 Terapeutik
Suhu tubuh 1 5 4. Sediakan lingkungan yang dingin
Kadar glukosa darah 1 5 5. Longgarkan atau lepaskan pakaian
Tekanan darah 1 5 6. Berikan cairan oral
7. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Keterangan skor: Selimut hipotermia atau kompres dingin
1. Meningkat pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
2. Cukup meningkat Edukasi
3. Sedang 8. Anjurkan tirah baring
4. Cukup menurun Kolaborasi
5. Menurun 9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
1. Memburuk
2. Cukup memburuk
3. Sedang
4. Cukup membaik
5. Membaik
2. (D.0077) Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nyeri (1.08238)
jam diharapkan nyeri dengan kriteria hasil: Observasi
Tingkat Nyeri (L.08066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Skor saat Skor yang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Indikator ini ingin 2. Identifikasi skala nyeri
dicapai 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gelisah 1 5 4. Identifikasi faktor yang memperberat
Kesulitan tidur 1 5 dan memperingan nyeri
Muntah 1 5 Terapeutik
Mual 1 5 5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Keterangan skor: 6. Kontrol lingkungan yang memperberat
1. Menurun rasa nyeri
2. Cukup menurun 7. Fasilitasi istirahat dan
3. Sedang tidur Edukasi
4. Cukup meningkat 8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
5. Meningkat nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetic, jika
perlu
3. (D.0056) Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Energi (1.05178)
aktivitas jam diharapkan toleransi aktivitas sesuai dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Toleransi Aktivitas (L.05047) mengakibatkan kelelahan
Skor saat Skor yang 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Indikator ini ingin dicapai 3. Monitor pola dan jam tidur
Frekuensi nadi 1 5 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
Kemudahan dalam 1 5 selama melakukan intervensi
melakukan aktivitas Terapeutik
seari-hari 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Kekuatan tubuh 1 5 stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
bagian atas 6. Lakukan latihan rentang gerak pasif
Kekuatan tubuh 1 5 dan/atau aktif
bagian bawah 7. Berikan aktivitas distraksi yang
Keterangan skor: menenangkan
1. Menurun Edukasi
2. Cukup menurun 8. Anjurkan tirah baring
3. Sedang 9. Anjurkan melakukan aktifitas secara
4. Cukup meningkat bertahap
5. Meningkat Kolaborasi
10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4. (D.0032) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Manajemen Nutrisi (1.03119)
defisit nutrisi jam diharapkan status nutrisi sesuai dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
Status Nutrisi (L.03030) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Skor saat Skor yang makanan
Indikator ini ingin dicapai 3. Identifikasi makanan yang disukai
Porsi makanan yang 1 5 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
dihabiskan nutrient
Kekuatan otot 1 5 5. Monitor asupan makanan
pengunyah 6. Monitor berat badan
Kekuatan otot 1 5 7. Monitor hasil pemeriksaan
Menelan laboratorium Terapeutik
8. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
Keterangan skor: jika perlu
1. Menurun 9. Sajikan makanan secara menarik dan
2. Cukup menurun suhu yang sesuai
3. Sedang 10. Berikan makanan tinggi serat untuk
4. Cukup meningkat mencegah konstipasi
5. Meningkat 11. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
12. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu
14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
5. (D.0037) Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 Pemantauan Cairan (1.03121)
ketidakseimbangan jam diharapkan keseimbangan cairan sesuai dengan Observasi
elektrolit kriteria hasil: 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Keseimbangan Cairan (L.03020) 2. Monitor frekuensi napas
Skor saat Skor 3. Monitor tekanan darah
Indikator ini yang 4. Monitor berat badan
ingin 5. Monitor elastisitas atau turgor kulit
dicapai 6. Monitor jumlah, warna dan berat jenis
Asupan cairan 1 5 urin
Haluaran urin 1 5 7. Monitor intake dan output
Kelembaban 1 5 cairan Terapeutik
membrane mukosa 8. Atur interval waktu pemantauan sesuai
Asupan makanan 1 5 dengan kondisi pasien
9. Dokumentasikan hasil pemantauan
Keterangan skor: Edukasi
1. Menurun 10. Jelaskan tujuan dan prosedur
2. Cukup menurun pemantauan
3. Sedang 11. Informasikan hasil pemantauan, jika
4. Cukup meningkat perlu
5. Meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Candra, A., S. Pengajar, B. Ilmu, G. Fakultas, dan K. Universitas. 2019. Asupan gizi
dan penyakit demam berdarah/ dengue hemoragic fever (dhf). Asupan Gizi Dan
Penyakit Demam Berdarah/ Dengue Hemoragic Fever (Dhf). 7(2):23–31.
Dania, I. A. 2016. Gambaran penyakit dan vektor demam berdarah dengue (dbd).
Jurnal Warta. 48(April):1829–7463.
Jayawinata, M., M. Rusli, dan S. Yotopranoto. 2017. Hubungan perubahan jumlah
leukosit dengan derajat klinik penderita rawat inap dbd dewasa. JUXTA: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga. 9(1):14–19.
Khadijah, A. N. dan I. M. G. D. L. U. Utama. 2017. Gambaran gejala klinis demam
berdarah dengue pada anak di rsup sanglah, denpasar selama bulan januari-
desember 2013. E-Jurnal Medika. 6(11):92–97.
Leovani, V., L. P. Sembiring, dan Wiranto. 2013. Gambaran klinis dan komplikasi
pasien demam berdarah dengue derajat iii dan iv di bagian penyakit dalam rsud
arifin achmad provinsi riau periode 1 januari 2012–31 desember 2013. Journal
of Chemical Information and Modeling. 53(9):1689–1699.
Lestari, Titik, 2016. Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Mayo Clinic. 2020. Dengue Fever. https://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/dengue-fever/symptoms-causes/syc-20353078 [Diakses pada 10
Februari 2021].
Nisa, W. D., H. Notoatmojo, dan A. Rohmani. 2013. Karakteristik demam berdarah
dengue pada anak di rumah sakit roemani semarang. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 1(2):93–98.
Srinivas, V. dan V. R. Srinivas. 2015. Dengue fever: a review article. Journal of
Evolution of Medical and Dental Sciences. 4(29):5048–5058.
Wanti, R. Yudhastuti, H. B. Notobroto, S. Subekti, O. Sila, R. H. Kristina, dan F.
Dwirahmadi. 2019. Dengue hemorrhagic fever and house conditions in kupang
city, east nusa tenggara province. Kesmas. 13(4):177–182.