Anda di halaman 1dari 12

DIFERENSIAL LEUKOSIT

Nama : Addin Hayu Prasetya


NIM : B1A018150
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Fadhna Alunka Majid

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Darah adalah jaringan berbentuk cair yang mengalir keseluruh tubuh


melalui vena dan arteri yang bertanggung jawab pada sirkulasi oksigen dan nutrisi
diseluruh tubuh. Darah terdiri dari dua komponen penyusun, yaitu plasma darah
dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang
berwarna kekuning-kuningan dengan jumlah sekitar 60 % dari volume darah,
sedangkan sel darah adalah komponen seluler dari darah termasuk sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah. Sel darah
putih atau leukosit adalah sel yang terdapat dalam darah yang fungsinya berbeda
dengan eritrosit (Effendi, 2003).
Sel darah manusia terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (keping-keping darah). Eritrosit berwarna merah
karena mengandung pigmen pernapasan yang merah disebut hemoglobin.
Bentuk bulat dari sisi double cekung (bikonkaf). Eritrosit berperan mengangkut
oksigen dari paru. Leukosit tidak berpigmen, sehingga tidak berwarna (Yatim,
2007). Sel darah putih (leukosit) adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh dan
bertanggung jawab untuk memerangi infeksi bakteri, virus, dan jamur (Atkins et
al., 2017). Plasma darah dan sebagian leukosit pada pembuluh kapiler dapat
ke luar pembuluh dan berada di celah jaringan, sehingga disebut cairan tubuh
saja (Yatim, 2007).
Leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu,
mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu
bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel
asing, atau mikroorganisme penyusup. Leukosit tidak bisa membelah diri atau
bereproduksi dengan cara mereka sendiri melainkan mereka adalah produk dari
sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit
turunannya yaitu sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk
makrofaga, neutrofil, dan sel dendriti (Hoffbrand, 2005).

B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis leukosit


beserta bentuknya.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metanol absolut, alkohol
70%, air, giemza 7%, tisu, dan darah manusia.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, object glass,
beaker glass, pipet tetes, dan lancet.
B. Cara Kerja

Cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah :


1. Sampel darah diambil dengan menggunakan lancet dan diteteskan pada ujung
gelas objek I kemudian diambil gelas objek II. Bagian tepinya disentuhkan di
ujung tetesan darah membentuk sudut 45o, lalu ditarik kearah depan
(diapuskan).
2. Sampel darah difiksasi dengan methanol absolut selama 5 menit dengan cara
memasukkan gelas objek ke dalam beker gelas yang telah diisi dengan
methanol absolut sampai semua apusan darah terendam dalam methanol
(posisi berdiri).
3. Sampel dikeringkan dalam suhu kamar. Setelah kering direndam dengan
larutan Giemza 7% selama 20 menit.
4. Sampel dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan dalam suhu kamar.
5. Sampel diamati dibawah mikroskop.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengamatan Diferensial Leukosit


Kelompo
Neutrofil Eosinofil Basofil Monosit Limfosit
k
1 - - - - -
2 - Ada - Ada Ada
3 Ada - - - Ada
4 Ada - - - Ada
5 Ada - - Ada -

Gambar 3.1 Limfosit Gambar 3.2 Eosinofil


Perbesaran 400 X Perbesaran 400 X

Gambar 3.3 Monosit Gambar 3.4 Neutrofil


Perbesaran 400 X Perbesaran 400 X

Gambar 3.5 Basofil


Perbesaran 400 X
B. Pembahasan
Hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa pada sampel darah
terdapat sel diferensial leukosit yaitu sel leukosit, eosinofil, dan sel monosit.
Parameter morfologi leukosit pada awalnya digunakan oleh teknisi servis untuk
memverifikasi pengaturan optimal untuk masing-masing dari empat sub-populasi
WBC (White blood cell) utama, yaitu neutrofil, limfosit, monosit, dan eosinofil
(Xu, 2015). Monosit merupakan garis pertahanan kedua terhadap infeksi,
sedangkan penurunan monosit dibawah kisaran normal dapat disebabkan oleh
stress (Jannah et al., 2017). Hal tersebut telah menunjukkan diagnostik yang lebih
baik terhadap kesehatan seseorang dibanding parameter konvensional yang
digunakan sebagai indikator untuk infeksi akut (Xu, 2015). Leukosit berhubungan
erat dengan sistem pertahanan tubuh. Neutrofil bertanggung jawab terhadap
respon imun bawaan, sedangkan limfosit memegang peranan penting dalan respon
imun adaptif. Monosit, eosinofil, dan basofil dalam kondisi normal jumlahnya
sangat sedikit akan meningkat oleh kondisi patologis (Fitria & Sarto, 2014).
Pengamatan diferensial leukosit dilakukan dengan cara gelas objek
disiapkan sebanyak dua buah untuk satu sampel darah. Sampel darah diteteskan
pada gelas objek pertama dengan posisi mendatar. Gelas objek kedua ditempatkan
pada bagian depan dengan membentuk sudut 45° lalu digeserkan sehingga darah
menyebar sepanjang garis kontak antara kedua gelas objek. Setelah darah
menyebar dengan hati-hati tanpa mengangkat gelas objek pertama, gelas objek
kedua didorong kearah depan dengan cepat sehingga terbentuk usapan darah tipis
di atas gelas objek pertama. Ulasan darah tersebut dikeringkan di udara kemudian
difiksasi dalam larutan methanol absolut selama 5 menit lalu dimasukkan dalam
pewarna Giemza selama 20 menit, selanjutnya dibilas dengan air mengalir dan
dikeringkan di udara dan diteteskan minyak imersi untuk selanjutnya dihitung dan
diamati di bawah mikroskop (Nossafadli et al., 2014).
Pembentukan sel darah putih dimulai dari diferensiasi dini dari sel
stem hemopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe sel, selain sel-sel
tersebut untuk membentuk eritrosit dan membentuk leukosit. Pembentukan
leukosit terdapat dua tipe yaitu mielositik dan limfositik. Pembentukan
leukosit tipe mielositik dimulai dengan sel muda yang berupa mieloblas
sedangkan pembentukan leukosit tipe limfositik dimulai dengan sel muda yang
berupa limfoblas. Leukosit yang dibentuk di dalam sumsum tulang terutama
granulosit, disimpan dalam sumsum sampai sel-sel tersebut diperlukan dalam
sirkulasi, bila kebutuhannya meningkat, beberapa faktor seperti sitokin-sitokin
akan dilepaskan, dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam
seluruh darah kira-kira tiga kali jumlah yang disimpan dalam sumsum.
Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit selama enam hari. Limfosit
sebagian besar akan disimpan dalam berbagai area limfoid kecuali pada sedikit
limfosit yang secara temporer diangkut dalam darah (Mohammad, 2001).
Jumlah normal leukosit adalah 5.000-10.000 sel/ µl (Hendrik, 2006). Infeksi
atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit.
Leukosit memiliki kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan
masuk ke dalam jaringan yang disebut diapedesis, (Sloane, 2004). Mampu
bergerak amuboid, yaitu leukosit dapat bergerak sendiri seperti amuba. Beberapa
sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dalam satu menit (D’Hiru, 2013).
Leukosit juga memiliki sifat kemotaksis, yaitu jika ada pelepasan zat kimia oleh
jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis
positif) atau bergerak menjauhi (kemotaksis negatif) (Sloane, 2004). Leukosit
mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral terhadap zat-zat
asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses
diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Jumlah leukosit per
mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 5000-9000/mm3, waktu lahir
15000-25000/mm3, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4
tahun sesuai jumlah normal (Effendi, 2003).
Berdasarkan ada atau tidaknya granul dalam sitoplasma hasil pewarnaan,
leukosit dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu granulosit dan agranulosit
(Colville & Bassert, 2008).  Leukosit granulosit memiliki butir khas dan jelas
dalam sitoplasma, diantaranya ada neutrofil, eusinofil, dan basofil. Agranulosit
tidak memiliki butir khas dalam sitoplasma, diantaranya yaitu monosit dan
limfosit (Junqueira & Caneiro, 2005).
Eosinofil adalah sel darah putih berjumlah 7% dari dalam sel darah putih
dan mengalami peningkatan terkait dengan adanya asma, alergi, dan demam.
Eosinofil memiliki diameter 10 hingga 12 mikrometer. Eosinofil merupakan
kelompok dari granulosit yang bertugas dalam melawan parasit yang memiliki
jangka waktu 8 hingga 12 hari. Eosinofil memiliki sejumlah zat kimiawi seperti
ribonuklease, histamin, lipase, eosinofil peroksidase, dan deoksribonuklease, serta
beberapa macam asam amino. Fungsi dari eosinofil ini, yaitu mencegah alergi,
menghancurkan antigen antibodi, berfungsi dalam menghancurkan parasit-parasit
besar dan berperan dalam respon alergi (Tjokronegoro & Hendra, 1996 ).
Neutrofil disebut juga sebagai polimorfonuklear (PMN) karena inti
memiliki berbagai jenis bentuk dan bersegmen (Tizard, 2000). Neutrofil berupa
sel bundar dengan diameter 12 µm, memiliki sitoplasma yang bergranula halus,
dan ditengah terdapat nukleus bersegmen.  Neutrofil matang atau dewasa yang
berada dalam peredaran darah perifer memiliki bentuk inti yang terdiri dari dua
sampai lima segmen, sedangkan neutrofil yang belum matang (neutrofil band)
akan memiliki bentuk inti seperti ladam kuda (Colville & Bassert, 2008).
Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama (first line of defense)
(Junqueira & Caneiro, 2005). Neutrofil bersama dengan makrofag memiliki
kemampuan fagositosis untuk menelan organisme patogen dan sel debris (Lee et
al., 2003). Neutrofil merupakan sistem imun bawaan, dapat memfagositosis dan
membunuh bakteri. Organisme patogen akan dikejar neutrofil dengan gerakan
kemotaksis (Weiner, 1999). Kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri
berasal dari enzim yang terkandung dalam granul yangdapat menghancurkan
bakteri maupun virus yang sedang difagosit. Granul neutrofil tersebut sering
disebut dengan lisosom (Colville & Bassert, 2008).
Neutrofil disebut juga sebagai polimorfonuklear (PMN) karena inti
memiliki berbagai jenis bentuk dan bersegmen (Tizard, 2000). Neutrofil berupa
sel bundar dengan diameter 12 µm, memiliki sitoplasma yang bergranula halus,
dan ditengah terdapat nukleus bersegmen.  Neutrofil matang atau dewasa yang
berada dalam peredaran darah perifer memiliki bentuk inti yang terdiri dari dua
sampai lima segmen, sedangkan neutrofil yang belum matang (neutrofil band)
akan memiliki bentuk inti seperti ladam kuda (Colville & Bassert, 2008).
Neutrofil dikenal sebagai garis pertahanan pertama (first line of defense)
(Junqueira & Caneiro, 2005). Neutrofil bersama dengan makrofag memiliki
kemampuan fagositosis untuk menelan organisme patogen dan sel debris (Lee et
al., 2003). Neutrofil merupakan sistem imun bawaan, dapat memfagositosis, dan
membunuh bakteri. Organisme patogen akan dikejar neutrofil dengan gerakan
kemotaksis (Weiner, 1999). Kemampuan neutrofil untuk membunuh bakteri
berasal dari enzim yang terkandung dalam granul yangdapat menghancurkan
bakteri maupun virus yang sedang difagosit. Granul neutrofil tersebut sering
disebut dengan lisosom (Colville & Bassert, 2008).
Monosit adalah sel darah putih yang berjumlah 1-3% dalam tubuh kita yang
merupakan baris kedua pertahanan tubuh kita terhadap infeksi bakteri dan benda
asing. Monosit adalah bagian dari kelompok sistem kekebalan tubuh kita yang
tidak mempunyai butiran halus dalam sel (granula). Melawan infeksi bakteri dan
benda asing, monosit dapat melawan walaupun ukuran bakteri dan benda asing
lebih besar dengan memakannya. Monosit beredar dalam darah sekitar 300-500
mikroliter darah yang diproduksi didalam sumsum tulang manusia dan menyerbar
keseluruh tubuh dalam 3 hari dengan masuk ke jaringan tubuh tertentu yang
mengalami pematangan menjadi makrofag yang berfungsi sebagai kekebalan
tubuh. Peningkatan jumlah monosit disebut dengan monositosis yang dapat
dijumpai pada penyakit seperti parotitis, herpes zoster, mononucleosis, infeksiosa,
toksoplasmosis, hemolitik, arthrithis, dan masih banyak lagi. Fungsi dari monosit
ini yaitu menghancurkan sel-sel asing, mengangkat jaringan yang telah mati,
membunuh sel-sel kanker, pembersih dari fagositosis yang dilakukan neutrofil,
meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungi tubuh, menunjukkan
perubahan dalam kesehatan pasien dengan banyak sedikitnya monosit dalam
tubuh (Tjokronegoro & Hendra, 1996 ).
Limfosit adalah sel darah putih berjumlah 20-25% dalam tubuh yang
merupakan jumlah terbanyak kedua setelah neutrofil. Limfosit dibentuk di dalam
sumsum tulang dan di limfa. Limfosit juga dibagi menjadi dua macam yakni
limfosit kecil dan limfosit besar. Hasil dari produksi limfosit 1 kubik kurang lebih
8000 sel darah putih, jika sel tersebut mengalami peningkatan atau bertambah
banyak maka akan menyebabkan penyakit leukimia atau kanker darah. Limfosit
terbagi atas 6 jenis yakni limfosit B, sel T helper, sel T sitotoksit, sel T memori,
dan sel T supresor. Limfosit B memproduksi antibodi, sel T helper mengaktifkan
dan mengarahkan sistem kekebalan tubuh mikroorganisme, sel T sitotoksit
mengeluarkan bahan kimia dalam menghancurkan patogen, sel T memori sistem
kekebalan tubuh dalam mengetahui patogen tertentu. Sel T supresor untuk
melindungi sel normal tubuh. Pertahanan kekebalan terhadap infeksi virus lebih
tergantung pada sel T dan kurang bergantung pada antibodi. Sel T sitotoksik
penting dalam membunuh sel yang terinfeksi virus. Sejumlah sitokin, termasuk γ-
interferon dan tumor necrosis factor, disekresikan oleh sel T sitotoksik (Xu,
2015). Fungsi dari limfosit ini yaitu menghasilkan antibodi, mengaktifkan sistem
kekebalan tubuh, mengeluarkan bahan kimia dan menghancurkan patogen,
melindungi sel normal tubuh, mengetahui patogen tertentu, berubah menjadi
antibodi (sel plasma), dan melawan kanker (Tjokronegoro & Hendra, 1996 ).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Leukosit granulosit terdiri dari neutrofil, eusinofil, dan basofil. Neutrofil memiliki
granula, terdiri dari 2-5 lobus, dan berfungsi untuk fagositosis bakteri. Eusinofil
juga memiliki granula, terdapat 2 lobus yang dihubungkan dengan benang
kromatin tipis, dan berfungsi memfagositosis cacing parasit. Basofil juga
memiliki granula, terdapat 2 lobus yang dihubungkan dengan benang kromatin
tebal, berperan dalam reaksi alergi dan menyekresikan heparin pada hepar.
Leukosit agranulosit terdiri dari monosit dan limfosit. Monosit berinti seperti
ginjal atau tapal kuda, intinya dihubungkan oleh benang kromatin yang lebih tebal
dari basofil, tidak memiliki granula, dan berfungsi fagositosis. Limfosit tidak
memiliki granula, intinya besar, bulat, hampir memenuhi sel, tidak motil, berperan
dalam membunuh dan memakan bakteri, terdiri atas limfosit B dan limfosit T.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, C. G., Buckley, K., Blades M. W. & Turner, R. F. B., 2017. Raman
Spectroscopy of Blood and Blood Components. Applied Spectroscopy, 71(5),
pp. 767–793.
Colville, T. & Bassert, J. M., 2008. Clinical Anatomy & Physiology for Veterinary
Technician. Missouri: Elsevier.
D’Hiru., 2013. Live Blood Analysis Setetes Darah Anda Dapat Mengungkapkan
Status Kesehatan dan Penyakit yang Mengancam Anda. Jakarta : Gramedia
Effendi, Z., 2003. Peranan leukositsebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh.
Jakarta: EGC.
Fitria, L. & Sarto, M., 2014. Profil Hematologi Tikus (Rattus norvegicus
Berkenhout, 1769) Galur Wistar Jantan dan Betina Umur 4, 6, dan 8 Minggu.
Biogenesis, 2(2), pp. 94-100.
Hendrik, H., 2006. Problem Haid Tinjauan Syariat Islam dan Media.Solo: Tiga
Serangkai.
Hoffbrand, A. V., 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jannah, N. P., Sugiharto & Isroli., 2017. Jumlah Leukosit Dan Differensiasi Leukosit
Ayam Broiler Yang Diberi Minum Air Rebusan Kunyit. Jurnal Ternak
Tropikal. 18(1) .pp 15 -19.
Junqueira, L. C. & Caneiro, J., 2005. Basic Histology Text & Atlas. USA: The Mc
Graw-Hill Companies.
Lee, W. L., Harrison, R. E. & Grinstein, S., 2003. Phagocytosis by meutrophils.
MicrobInfect, 5, pp. 1299-1306.
Mohammad, S., 2001. Biokimia Darah. Jakarta : Widya Medika.

Nossafadli, M., Handarini, R. & Dihansih, E., 2014. Profil Darah Domba Ekor Tipis
yang Diberi Ransum Fermentasi Isi Rumen Sapi. Jurnal Pertanian, 5(2), pp.
95-103.
Sloane, E., 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Diterjemahkan oleh:
James Veldman. Jakarta: EGC
Tizard, I., 2000. Veterinary Immunology An Introduction. 6th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company.
Tjokronegoro, A. & Hendra, U., 1996. Pemeriksaan Hematologi. Sederhana. Jakarta:
FKUI.
Weiner, O. D., 1999. Spatial control of actin polymerization during neutrophil
chemotaxis. NatCell Biol, 1, pp. 75-81.
Xu, D., 2015. Clinical Applications of Leukocyte Morphological Parameters.
International Journal of Pathology and Clinical Research, 1(1), pp. 1-4.
Yatim, W., 2007. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai