Oleh:
Kelompok A5
Asisten:
Andika Sapto
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan oleh dokter untuk membantu menegakkan diagnosis. Salah satu
pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan adalah pemeriksaan darah.
Darah mempunyai peran penting dalam tubuh manusia. Hasil pemeriksaan
darah secara tidak langsung dapat memantau keadaan dalam tubuh.
Pemeriksaan darah atau pemeriksaan hematologi secara umum dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pemeriksaan hematologi rutin dan hematologi
lengkap.
Jenis-Jenis Leukosit
2. Eosinofil
3. Basofil
5. Limfosit
C. Kelainan Trombosit
Trombosit adalah sel darah tak berinti berasal dari sitoplasma
megakariosit.Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis dengan
pembentukan sumbat hemostatik untuk menutup luka. Sumbat hemostatic
dibentuk melalui tahapan adhesi trombosit, reaksi pelepasan dan agregasi
trombosit dan aktivitas procoagulan (A.V Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H.
Moss, 2016).
Kelainan trombosit baik dari segi kualitas maupun kuantitas akan
menimbulkan gangguan baik perdarahan maupun trombosis, oleh karena itu
selain jumlah, penilaian fungsi trombosit juga penting. Fungsi trombosit yang
sering diperiksa adalah fungsi agregasi. (Wirawan R, 2000).
Sediaan apus darah tepi adalah pemeriksaan yang dapat dikerjakan oleh
setiap laboratorium, mudah dan murah. Pada sediaan apus terlihat
kelompok-kelompok trombosit yang berada terutama di pinggir dan ujung
sediaan seperti halnya sel besar (Gandasoebbrata, 2013).
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti
dari sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar
dalam sirkulasi darah selama 10 hari. Gambaran mikroskopik dengan
pewarnaan Wright-Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti,
bulat dengan sitoplasma berwarna biru-keabu-abuan pucat yang berisi
granula merah-ungu yang tersebar merata (Gandasoebbrata, 2013).
Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah
mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah
maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada faktor
pembekuan darah< atau trombosit. Dalam keadaan normal, darah terdapat di
dalam pembuluh darah (arteri, kapilerdan vena). Jika terjadi perdarahan, darah
keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh.
Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara.
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh
darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam
plasma).
Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan ataupun pembekuan
yang berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal (A.V Hoffbrand, J.E.
Pettit, P.A.H. Moss, 2016).
BAB III
METODE
A. Pemeriksaan Kelainan Eritrosit
Alat dan Bahan :
Tissue Xylol
Preparat Darah Tepi : Anemia,
Thalassemia
Cara Kerja:
- Morfologi eritrosit
Cara Kerja:
Tissue Xylol
Preparat Trombositosis
Cara Kerja:
- Morfologi trombosit
2. Kelainan Leukosit
Aspek yang Diamati Hasil Pengamatan
3. Kelainan Trombosit
Aspek yang Diamati Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
1. Kelainan Eritrosit
Eritrosit merupakan salah satu komponen sel yang terdapat dalam
darah, fungsi utamanya adalah sebagai pengangkut hemoglobin yang akan
membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan. Eritrosit merupakan suatu sel
yang kompleks, yang membranya terdiri dari lipid dan protein, sedangkan
bagian dalam sel terdapat molekul hemoglobin yang berfungsi membawa
oksigen menuju jaringan dan karbon diaoksida menuju paru-paru (Guyton,
2014). Eritrosit berbentuk bikonkaf serta memiliki diameter sekitar 7,5 μm,
dan tebal 2 μm namun dapat berubah bentuk sesuai diameter kapiler yang
akan dilaluinya, selain itu setiap sel eritrosit memiliki 29 pg hemoglobin
(Sherwood, 2014)
2. Kelainan Leukosit
a. Acute Myeloid Leukemia (AML)
Penampakan apusan darah penderita AML ditandai dengan peningkatan
jumlah leukosit (leukositosis) di seluruh lapang pandang dan bersifat
monoton pada perbesaran lemah. AML merupakan leukemia yang terjadi
pada seri myeloid, meliputi neutrofil, eosinofil, monosit, basofil,
megakariosit dan sebagainya. Patogenesis utama AML adalah adanya
blokade maturitas yang menyebabkan proses diferensiasi sel-sel myeloid
terhenti pada sel-sel muda (blast) akibat terjadinya akumulasi blast di
sumsum tulang (Margaret et all, 2012)
b. Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Penampakan CML tidak jauh berbeda dengan AML pada perbesaran
rendah, dapat diamati adanya peningatan jumlah sel leukosit secara
signifikan pada seluruh lapang pandang. CML berasal dari sel-sel
mieloid tahap awal, yang akan membentuk sel darah putih, sel darah
merah, dan trombosit, sel-sel darah putih sangat bervariasi. Leukemia
mieloid kronik ditandai dengan terdeteksinya kromosom Philadelphia
(Lawrenti, 2017)
c. Acute Lymphoid Leukemia (ALL)
Penampakan didominasi oleh sel blas limfoid (limfoblas). Pada
perbesaran rendah dapat diamati adanya peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis), namun tidak separah AML dan CML. Sel limfoblas yang
diidentifikasi pada perbesaran tinggi memiliki karakteristik sel basofilik
besar dan sioplasma yang tidak terlihat.
d. Chronic Lymphoid Leukemia (CLL) pada preparat didominasi oleh sel
limfoblas bergeser menjadi sel limfosit. Pada perbesaran tinggi, dapat
diidentifikasi sel limfosit dengan ciri sel lebih kecil dari limfoblas
sedangkan sitoplasmanya lebih luas. Pada preparat ini juga ditemukan
adanya sel smudge di antara sel-sel limfosit matur lainnya
3. Kelainan Trombosit
Trombosit atau keping darah adalah fragmen sitoplasma dari
megakariosit yang tidak memiliki inti yang terbentuk dari sum-sum tulang.
Trombosit memilikki ukuran 2-4 μm, berbentuk cakram bikonvekes dengan
volume 5-8 fl. Fungsi trombosit berperan dalam pembentukan sumbat
vaskular yang dapat terjadi secara spontan pada pembuluh darah yang
mengalami kebocoran (Sherwood, 2014). Terdapat 2 macam kelainan
trombosit yaitu trombositosis dan trombositopenia, trombositosis adalah
keadaan dimana didapatkan jumlah trombosit dalam darah tepi memiliki
nilai diatas nilai rujukan ( >400.000/ μl) serta dapat bersifat primer
(trombositosis esensial) atau sekunder Trombositopenia adalah keadaan
dimana didapatkan jumlah trombosit dalam darah tepi memiliki nilai
rujukan (<150.000/ μl) hal ini dapat terjadi karena produksi trombosit
berkurang, kelainan distribusi atau destruksi yang meningkat (Kosasih,
2008 ).
BAB V
APLIKASI KLINIS
A. Anemia Aplastik
1. Pada praktikum yang telah dilakukan, kami telah mengamati kelainan yang
terdapat pada eritrosit, leukosit, dan trombosit.
2. Pada pengamatan kelainan eritrosit ditinjau dari 5 aspek meliputi ukuran,
warna, bentuk, adanya baenda inklusi, dan susunan atau konfigurasinya.
3. Pada pengamatan preparat thalasemia-anemia ditemukan ukuran
anisositosis, bentuk polikilositosis, serta memiliki warna hiperkromik dan
hipokromik.
4. Pada pengamatan kelainan leukosit kami mengamati kelainan ALL, AML,
CLL, dan CML
5. Pada kelainan trombosit kami hanya mampu mengidentifikasi kelainan
ukuran dengan membandingkan ukuranya dengan eritrosit
DAFTAR PUSTAKA
A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss. 2016. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Chalid Muhammad G. D., et all. 2012. Morfologi Eritrosit Pada Sediaan Apus
Darah Tepi (SADT) Sampel Dengan Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic
Fragility Test (Otoft) Positif
Ganong, W. F., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : EGC ,
280- 81.
Junqueira L.C., J.Carneiro, R.O. Kelley. 2011. Histologi Dasar. Edisi ke-12.
Tambayang J., penerjemah. Terjemahan dari Basic Histology. Jakarta:
EGC
Kosasih A.S. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik. Edisi Kedua,
Karisma Publishing Group. Tangerang
Margaret R., et all. 2012. Acute Myeloid Leukemia. Journal of the National
Comprehensive Cancer Network. Vol 10 (8). Hal 984- 1021
Payandeh, M., Sadeghi, E., Sadeghi,M. 2015 “ Non- Hematological Advers Events
Of Imatinib In Patients Withchronic Myeloid Leukemia In Chronic Phase
(Cml-Cp)”. Kermanshah University Of Medical Sciences, Iran. Journal Of
Pharmaceutical Science Vol. 5 (02)
Setiawan, Andika et all. 2014. Segmentasi Citra Sel Darah Merah Berdasarkan
Morfologi Sel Untuk Mendeteksi Anemia Defisiensi Besi. JURNAL
ITSMART. Vol 3 (1). Hal 2301–7201
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Tahir, Z., Wani, E., Indrabayu, Suyuti A. 2014. Analisa Metode Radial Basis
Function Jaringan Saraf Tiruan untuk Penentu Morfologi Sel Darah Merah
(Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra. FORTEI. Vol. 1 (1) : 1-5.
Yanti, A., Sari, N.P., Setyawati, T.R. 2014. Kondisi Hematologi Pemulung yang
Terpapar Gas Amoniak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Batu
Layang Pontianak. Jurnal Protobiont. Vol. 3 (3) : 31-39.
Widjanarko, A., Sudoyo, A.W., Salonder, H. 2014. “ Ilmu Penyakit Dalam” Jakarta,
Interna Publishing