Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara menghitung eritrosit dan mengetahui
jumlah eritrosit dalam darah dengan menggunakan larutan hayem. Pada praktikum menghitung
jumlah eritrosit ini digunakan metode Red Blood Cell Count dengan menggunakan kamar hitung, pipet
eritrosit, dan mikroskop. Prinsip dari hitung eritrosit ini adalah Pengenceran darah dengan larutan
HAYEM yang menyebabkan lisis sel leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah
sel eritrosit, dimana Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung pada 5 bidang sedang di tengah
pada kamar hitung Improved Neubauer.
Hal pertama yang dilakukan saat praktikum yaitu pengambilan sampel darah. Darah yang
diambil yaitu darah vena fosa mediana cubity, degan menggunakan antikoagulan EDTA. Larutan
EDTA berfungsi sebagai anti koagulan yang mencegah penggumpalan darah dengan cara
mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan thrombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. EDTA memiliki keunggulan
dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga
ideal untuk pengujian hematologi dalam praktikum ini dalam menghitung jumlah eritrosit.
Penggunaan EDTA harus tepat , bila jumlah EDTA kurang darah dapat mengalami koagulasi.
Sebaliknya bila EDTA kelebihan , eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan
mengalami disintegrasi.
Selanjutnya dilakukan pengenceran pada darah, darah dihisap dengan pipet thoma hingga
tanda 0,5 dan selanjutnya dilanjutkan dengan memipet larutan pengencer yaitu untuk eritrosit
digunakan larutan hayem, dipipet sampai tanda 101 dan dikocok pipet pengencer dengan
membentuk angka delapan.
Larutan hayem adalah larutan isotonis yang digunakan sebagai pengencer darah dalam
penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah dicampur dengan larutan hayem maka sel
darah putih akan hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan hayem
terdiri dari Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorida 0.5 g, Merkuri klorida 0.25 g, aquadest 100 ml.
Larutan natrium klorida bersifat isotonis pada eritrosit. Kandungan lain adalah formalin 40%
yang berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk diskoid eritrosit. Kandungan
larutan hayem ini mengakibatkan larutan hayem dikenal sebagai larutan formasitrat. Pada
keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan
precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan hayem yang memiliki fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi
pembekuan, bentuk-bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan trombosit
lenyap, mempertahankan bentuk discoid eritrosit dan tidak menyebabkan aglutinasi.
Setelah darah dicampurkan dengan larutan hayem dalam pipet , 3-4 tetes dalam pipet
dibuang atau diteteskan pada tissue , hal ini dilakukan agar dalam hemocytometer benar-benar
mengandung sel darah merah bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem
dimasukkan
ke
dalam
hemocytometer
dan
dibiarkan
beberapa
menit
agar
sel
pada sampel darah Dwi Sri (Perempuan/18th) yaitu jumlah sel darah
ditemukan sebanyak 413, dimana ruang pertama berjumlah 87 sel, ruang kedua berjumlah 95 sel,
ruang ketiga berjumlah 69 sel , ruang keempat berjumlah 94 dan ruang kelima berjumlah 68.
Jadi, sesuai dengan perhitungan yang dilakukan maka didapat total sel darah merah yaitu 4,1 x
106 ul. Hasil tersebut berada di bawah batas normal jumlah eritrosit pada perempuan dewasa
yaitu (4,2-5,4)x106 ul.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit pada seseorang, yaitu :
1. nutrisi, bila seseorang mendapatkan nutrisi banyak maka orang tersebut akan
memiliki sel darah yang banyak dibandingkan dengan orang yang kekurangan nutrisi.
2. usia/umur, jumlah eritrosit pada bayi yang baru lahir yaitu 6,83 juta/ml. ketika bayi
tersebut tumbuh eritrositnya berkurang menjadi sampai 4 juta/ml, kemudian naik lagi
pada orang dewasa sehat sekitar 4,5juta/ml.
3. faktor lingkungan, di daerah dataran tinggi orang akan lebih banyak memiliki sel
darah. Hal ini dikarenakan di dataran tinggi seseorang membutuhkan oksigen lebih
banyak sehingga tubuh akan meningkatkan produksi eritrosit lebih banyak agar
hemoglobin dapat lebih banyak mengikat oksigen. Hemoglobin merupakan protein
yang mengandung senyawa hemin yang mengandung besi yang memiliki daya ikat
terhadap oksigen dan karbondioksida.
4. aktivitas, orang yang memiliki banyak aktivitas akan membutuhkan nutrisi yang
banyak sehingga jumlah sel darahnya juga akan banyak.
5. jenis kelamin, perempuan memiliki jumlah sel darah (eritrosit) lebih sedikit daripada
laki-laki,hal ini disebabkan berkurangnya eritrosit pada perempuan ketika menstruasi.
Pada cara ini tekniknya agak rumit, waktu yang diperlukan lebih lama, dan kesalahan
yang dicapai 10 %. Factor- factor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium seperti pada
pengambilan sampel darah di daerah tangan yang terpasang jalur intravena menyebabkan hitung
eritrosit rendah, pengenceran yang tidak tepat, larutan pengencer tercemar darah / lainnya, alat
yang digunakan seperti pipet, cover glass yang digunakan kotor/ basah, serta penghitungan
mikroskopik yang kurang tepat.
http://risaluvita.wordpress.com/2012/09/29/laporan-praktikum-patologi-klinik-eritrosit/
http://,ayurahmaputri.blogspot.com/2013/04/praktikum-patologi-klinik-hitung.html