Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

HITUNG ERITROSIT (RED BLOOD CELL/RBC)

Oleh :
Kadek Rina Ari Natasia
P07134018099
Semester III B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
2019/2020
HITUNG ERITROSIT (RED BLOOD CELL/RBC)

I. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah eritrosit
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan cara menghitung jumlah eritrosit
darah probandus.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan cara menghitung jumlah eritrosit
darah probandus.
2. Mahasiswa dapat mengetahui jumlah eritrosit per µl darah
probandus.

II. METODE
Metode Manual/Konvensional (menggunakan bilik hitung)

III. PRINSIP
Darah diencerkan dalam pipet eritrosit dengan larutan isotonis, kemudian
dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume
tertentu, dengan menggunakan faktor konersi jumlah eritrosit per µl darah dapat
diperhitungkan.

IV. DASAR TEORI


Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan
jumlah yang paling banyak dalam tubuh manusia. Fungsi utama
eritrosit adalah mengangkut oksigen dan mengantarkannya ke sel-
sel tubuh. Hitung jumlah eritrosit merupakan salah satu parameter
Hematologi yang ditentukan gunamembantu menegakkan diagnosis,
menunjang diagnosis, membuat diagnosis banding, memantau
perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan menentukan prognosis
(Wirawan, 2011)
Perhitungan eritrosit secara klinis dilakukan dengan
mengencerkan darah dengan larutan tertentu. Jumlah sel darah dalam
volume pengenceran tersebut dihitung dengan menggunakan kamar
hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu, dengan
menggunakan factor konversi, jumlah eritrosit per µl darah dapat
dihitung. Larutan pengencer yang dipakai adalah larutan Hayem yang
berisi natrium sulfat 5 g, natrium klorida 1 g, merkuri klorida 0,5 g dan
aquadest 200 ml (Tim Dosen, 2012).
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit secara manual dengan
alat Hemositometer merupakan metode yang paling umum digunakan
karena lebih murah (Herrera, 2015). Metode ini biasanya digunakan
pada rumah sakit dan laboratorium klinik berskala kecil dengan beban
kerja yang tidak terlalu besar (Ranjan, 2016).Pada metode ini, eritrosit
dihitung dengan bantuan mikroskop. Namun hitung jumlah eritrosit
dengan metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan rumit.
Selain itu akurasi hasil pemeriksaan dipengaruhi oleh faktor subyektif
seperti pengalaman dan keahlian dari teknisi laboratorium, dan faktor
kelelahan dari teknisi terutama jika sampel pemeriksaan dalam jumlah
yang sangat besar. Metode otomatis digunakan sebagai solusi masalah
tersebut karena lebih efektif dan efisien (Pandit, 2015)

V. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
 Pipet thoma eritrosit (skala 0,5 - 101)
 Kamar hitung Improved Neubaeuer
 Cover glass khusus
 Mikroskop Binokuler

b. Bahan / Reagen
Larutan pengencer dapat digunakan salah satu dari larutan
berikut:
a. Larutan hayem
Natrium – sulfat ………………………….2,50 g
Natrium – chlorida ………………….........0,50 g
Merkuri – chlorida ……………………….0,25 g
Akuades ………………………………….ad 100ml
Pada keadaan hyperglobulinemia, larutan ini tak dapat
dipergunakan karena akan mengakibatkan presipitas protein,
rouleoux, aglutinasi.
b. Larutan Gower
Natrium – sulfat ………………………….12,5 g
Asam asetat glasial ……………………….33,3 ml
Akuades …………………………………..ad 200 ml
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleoux sel-sel eritrosit
c. Larutan Formal Sitrat.
d. Formalin 40% …………………………….10ml
Larutan sodium sitrat 0,109 M ……………1000 ml
Larutan ini mudah dibuat dan tidak berubah dalam jangka
lama. Bentuk diskoid eritrosit dipertahankan dan tidak
menyebabkan terjadinya aglutinasi.

VI. CARA KERJA


a. Membuat pengenceran
1. Cara pipet :
Tindakan – tindakan sama seperti cara mengisi pipet
leukosit, darah diisap sampai garis tanda 0.5 dan larutan
pengencer sampai garis tanda 101 (Pengencer 1 : 200).
Homogenkan selama 3 menit.
2. Mengisi Kamar Hitung
Larutan pengencer sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam
tabung ukuran 75 x 10 mm. Dibuat pengencer darah 1 :
200 dengan menambahkan 20 µl darah EDTA / darah
kapiler ke dalam tabung yang telah berisi larutan
pengencer. Tindakan selanjutnya sama seperti yang telah
diterangkan pada hitung lekosit.
b. Mengisi Kamar Hitung
Prosedur sama dengan lekosit, tetapi untuk eritrosit
Kamar Hitung dibiarkan selama 2 menit agar eritrosit
mengendap, tetapi tidak lebih lama dari 2 menit sebab
mengeringnya larutan pada tepi kamar hitung akan
menimbulkan arus yang dapat menyebabkan pergerakan
eritrosit yang telah mengendap. Bila penghitungan jumlah sel
di dalam kamar hitung ditunda, sebaiknya kamar hitung
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi kapas atau
kertas saring basah.
c. Menghitung Jumlah Sel
1. Lensa kondensor diturunkan atau diafragma dikecilkan.
Meja mikroskop harus dalam sikap rata air.
2. Focus diatur terlebih dahulu dengan memakai lensa
obyektif kecil (10%), kemudian lensa itu diganti atau
digeser dengan lensa obyektif besar (40%), sampai garis
bagi dalam bidang besar tengah jelas tampak.
3. Semua eritrosit dihitung yang terdapat dalam 5 bidang
yang tersusun dari 16 bidang kecil, umpamanya pada
keempat sudut bidang besar ditambah yang ditengah –
tengah. Cara menghitung sama seperti untuk menghitung
jumlah leukosit, yaitu mulai dari kiri ke kanan kemudian
dari kanan ke kiri dan seterusnya.
4. Kepastian untuk menghitung atau tidaknya eritrosit yang
menyinggung garis batas sama seperti untuk leukosit.

VII. NILAI RUJUKAN


Pria : 4,6 – 6,2 x 106 sel/mm3 atau SI unit: 4,4 – 5,6 x 1012 sel/L
Wanita : 4,2 – 5,4 x 106 sel/mm3 atau SI unit: 3,5 – 5,0 x 1012 sel/L
VIII. HASIL PENGAMATAN
a. Nama Probandus : Nanik Mursiyah
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Hasil Pengamatan
 Kotak atas = 346 x 10.000
= 3,46 x 106 sel/mm3

IX. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum hitung jumlah eritrosit
(RBC) menggunakan metode, manual improved neubauer. Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui cara menghitung eritrosit dan
mengetahui jumlah eritrosit dalam darah dengan menggunakan larutan
EDTA dan Hayem.
Pada praktikum menghitung jumlah eritrosit ini digunakan metode
Red Blood Cell Count dengan menggunakan kamar hitung, pipet
eritrosit, dan mikroskop. Prinsip dari hitung eritrosit ini adalah
Pengenceran darah dengan larutan HAYEM yang menyebabkan lisis
sel leukosit dan trombosit sehingga memudahkan perhitungan jumlah
sel eritrosit, dimana Darah diencerkan 200X dan sel eritrosit dihitung
pada 5 bidang sedang di tengah pada kamar hitung Improved Neubauer.
Hal pertama yang dilakukan saat praktikum yaitu pengambilan
sampel darah. Darah yang diambil yaitu darah vena fosa mediana
cubity, degan menggunakan antikoagulan EDTA. Larutan EDTA
berfungsi sebagai anti koagulan yang mencegah penggumpalan darah
dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan
thrombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan. EDTA memiliki keunggulan dibanding
dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah,
sehingga ideal untuk pengujian hematologi dalam praktikum ini dalam
menghitung jumlah eritrosit. Penggunaan EDTA harus tepat , bila
jumlah EDTA kurang darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya
bila EDTA kelebihan , eritrosit mengalami krenasi, trombosit
membesar dan mengalami disintegrasi.
Selanjutnya dilakukan pengenceran pada darah, darah dihisap
dengan pipet thoma hingga tanda 0,5 dan selanjutnya dilanjutkan
dengan memipet larutan pengencer yaitu untuk eritrosit digunakan
larutan hayem, dipipet sampai tanda 101 dan dikocok pipet pengencer
dengan membentuk angka delapan
Larutan hayem adalah larutan isotonis yang digunakan sebagai
pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel
darah dicampur dengan larutan hayem maka sel darah putih akan
hancur, sehingga yang tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan
hayem terdiri dari Natrium sulfat 2.50 g, Natrium klorida 0.50 g,
Merkuri klorida 0.25 g, aquadest 100 ml. Larutan natrium klorida
bersifat isotonis pada eritrosit. Kandungan lain adalah formalin 40%
yang berfungsi untuk mengawetkan/mempertahankan bentuk diskoid
eritrosit. Kandungan larutan hayem ini mengakibatkan larutan hayem
dikenal sebagai larutan formasitrat. Larutan hayem yang memiliki
fungsi antara lain mengencerkan darah, merintangi pembekuan, bentuk
bentuk eritrosit terlihat jelas, sedangkan bayangan leukosit dan
trombosit lenyap, mempertahankan bentuk diskoid eritrosit dan tidak
menyebabkan aglutinasi, ( Syaifuddin,1997 ).
Setelah darah dicampurkan dengan larutan hayem dalam pipet, 3-4
tetes dalam pipet dibuang atau di teteskan pada tissu hal ini dilakukan
agar dalam hemaecitometer benar benar mengandung sel darah merah
bukan larutan hayem saja. Campuran darah dan hayem dimasukkan
kedalam hemacytometer yang sudah diinkubasi selama 2 menit, untuk
diamati dan dihitung jumlah eritrositnya.
Hemocytometer diperlukan karena menghitung jumlah eritrosit yang
terkandung dalam darah bukan suatu hal yang mudah. Hal ini
disebabkan sel-sel darah merah yang terkandung dalam darah
berukuran sangat kecil sehingga dibutuhkan hemocytometer dengan
bantuan mikroskop. Kedalaman kamar hitung 0,1 mm, jadi dikali 10.
Sel darah merah dihitung pada 5 bujur sangkar yang masing-masing
berukuran 1/25 mm², jadi untuk menghitung jumlah sel darah dalam 1
mm² maka harus dikali 5. Faktor pengalinya 200 x 10 x 5 = 10.000.
Apabila jumlah sel darah merah yang terhitung E maka total sel darah
merah per mm³ = E x 10000. Dalam proses penghitungan sel-sel darah
merah dibutuhkan juga ketelitian dan konsisten dalam cara menghitung.
Penghitungan sel-sel darah merah dihitung di dalam kamar hitung yang
berskala atau berukuran kecil dengan jumlah 80 buah.
Dari praktikum yang saya lakukan, yaitu hitung jumlah eritrosit
(RBC) menggunakan metode manual pada kotak atas mendapatkan
hasil 3,46 x 106 sel/mm3 dan kotak bawah mendapatkan hasil 3,61 x 106
dengan pasien atas nama Nanik Mursiyah, umur 63 tahun, jenis kelamin
perempuan. Nilai eritrosit yang normal untuk pria dan wanita. Untuk
pria nilai eritrosit yang normal berkisar 4,6 – 6,2 x 106 sel/mm3 atau SI
unit: 4,4 – 5,6 x 1012 sel/L. Bagi wanita berkisar 4,2 – 5,4 x 106 sel/mm3
atau SI unit: 3,5 – 5,0 x 1012 sel/L. Maka dari itu nilai eritrosit (RBC)
probandus dibawah normal.
Kekurangan menggunakan metode manual, pengambilan sampel,
pengenceran dan pemipetan yang kurang tepat dapat menyebabkan
darah dan larutan pengenceran tidak homogen sehingga hitung jumlah
eritrosit tidak menjadi representatif dan hasil yang didapatkan tidak
akurat. Kesalahan lain yang dapat terjadi adalah berkaitan dengan
kamar hitung dan teknik menghitung sel eritrosit. Hitung jumlah sel
harus sesuai dengan aturan agar eritrosit tidak terhitung berulang
(Kiswari,2014). Pada metode manual, ketelitian hasil hitung jumlah
eritrosit sangat tergantung pada keahlian dan pengalaman dari teknis
laboratorium (Pandit, 2015; Ranjan, 2016).
X. SIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah saya lakukan pada tanggal 5
september 2019 yang berjudul hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit
menggunakan kamar hitung (Improved Neubauer) pada pasien atas
nama Nanik Mursiyah, umur 63 tahun, jenis kelamin perempuan, maka
dapat disimpulkan :
1. Hasil hitung jumlah eritrosit (RBC) menggunakan metode
manual Improved Neubauer pengamatan pada kotak atas
mendapatkan hasil 3,46 x 106 sel/mm3. Berdasarkan nilai
normal jumlah eritrosit wanita 4,2 – 5,4 x 106 sel/mm3 atau
SI unit: 3,5 – 5,0 x 1012 sel/L. Maka nilai eritrosit pasien
dibawah normal.
2. Hasil hitung jumlah eritrosit (RBC) menggunakan metode
manual Improved Neubauer pengamatan pada kotak kotak
bawah mendapatkan hasil 3,61 x 106 / µL. Berdasarkan nilai
normal jumlah eritrosit wanita 4,2 – 5,4 x 106 sel/mm3 atau
SI unit: 3,5 – 5,0 x 1012 sel/L. Maka nilai eritrosit pasien
dibawah normal.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, R. (2011). Pemeriksaan Laboratori-um Hematologi. Jakarta:


Badan Pen-erbit FKUI.

Pandit A, Kolhar S, & Patil P. (2015). Survey on Automatic RBC


Detection and Counting. International Journal of Ad-
vancedResearch in Electrical, Electron-ics and Instrumentation
Engineering, 4(1), 128–131.

Tim Dosen. 2012.Penentuan Praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia.


Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Jakarta :

Anda mungkin juga menyukai