Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN DARAH 1


BLOK 3.1

NAMA : LALU INDRA ALFIAN


NPM : 119170089
KELOMPOK : 2

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


FAKULTAS KEDOKTERAN
CIREBON
2020
1. Pemeriksaan Hb?
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan Hb metode sahli?
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
2. Pemeriksaan Hematokrit
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan hematokrit?
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
3. Pemeriksaan jumlah eritrosit
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan jumlah eritrosit?
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
4. Pemeriksaan jumlah trombosit
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan jumlah trombosit ?
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
5. Pemeriksaan LED
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan LED?
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
Jawaban
1. Pemeriksaan Hb
a. Cara pemeriksaan Hb dengan metode sahli
Prinsip pemeriksaan metode sahli :
Mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb menjadi asam hematin
setelah penambahan HCl 0,1 N (tidak semua Hb terukur).
Alat pemeriksaan :
1. Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 bawah sampai 22 atas
2. Tabung standar Hb
3. Pipet Hb pipet karet 12,5 terdapat angka 20 cm
4. Pipet HCL
5. Botol tempat aquades dan HCL 0,1 N
6. Batang pengaduk dari kaca
Bahan pemeriksaan :
1. Darah Kapiler dan Darah Vena
Cara pemeriksaan :
1. Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2.
2. Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 cmm jangan sampai ada gelembung udara
yang ikut dihisap.
3. Hapus darah yang ada pada ujung pipet.
4. Tuang darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan HCl bila masih ada darah dalam
pipet.
5. Biarkan 1 menit.
6. Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk.
7. Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart.
8. Bila sudah dsama warnanya penambahan aquadest dihentikan, baca kadar Hb pada skala
yang ada di tabung pengencer.
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
Nilai Hb normal :
Pria : 13 - 18 g/dL
Wanita: 12 - 16 g/dL
− Kadar Hb kurang dari normal merupakan tanda dari anemia
− Jika Hb < 5 g/dl dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian
− Hb < 7 g/dl tanda indikasi transfusi
− Pada bayi baru lahir, kadar Hb lebih tinggi pada orang dewasa berkisar 13,6 – 19,6 g/dl
− Kemudian kadar Hb menurun pada umur 3 tahun dicapai kadar rendah yaitu 9,5 – 12,5
g/dl
− Setelah itu secara bertahap naik dan pubertas kadarnya 11,5 – 14,8 g/dl
− Nilai normal pada dewasa. Wanita 12 – 16 dan pria 13 – 18 g/dl
− Pada wanita hamil terjadi hemodilusi untuk batas terendah rujukan 10 g/dl

Implikasi klinis :
− Hb > 20 terjadi hemokosentrasi penutupan darah kapiler
− Lebih tinggi dari nilai normal disebut Polisitemia ada tiga macam yaitu
● Polisitemia vera.
● Polisitemia sekunder akibat kurangnya saturasi oksigen misalnya kelainan gagal
jantung bawaan, penyakit paru, atau peningkatan kadar eritropoietin misal tumor
hati dan ginjal yang menghasilkan eritropoietin berlebihan.
● Polisemia relative merupakan suatu keadaan akibat kehilangan plasma misalnya
pada luka bakar.
− Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada orang yang hidup di daerah dataran tinggi.
− Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat
besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan.

2. Pemeriksaan Hematokrit
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan hematokrit?
Metode mikro
Bahan pemeriksaan: Darah Vena dengan antikoagulan EDTA atau heparin.
Cara mikro :
1. Isilah tabung kapiler dengan darah yang langsung mengalir sampai kira-kira dua pertiga
tabung
2. Salah satu ujung kapiler disumbat dengan creatoseal
3. Letakkan tabung dalam lekukan radier sentrifus mikrohematokrit dengan ujung tertutup
creatoseal jauh dari pusat sentrifus
4. Sentrifus dengan kecepatan antara 11.000 – 15.000 rpm selama 5 menit
5. Keluarkan tabung, kemudian baca dengan reading device
6. Bila nilai hematrokit melebihi 50%, pemusingan ditambah 5 menit lagi
Metode makro
Bahan pemeriksaan : 2 ml darah vena dengan antikoagulan EDTA
Alat-alat :
1. Tabung Wintrobe
2. Pipet Pasteur
3. Sentrifus
Cara kerja :
1. Darah dicampur dengan antikoagulan sampai homogen
2. Dengan menggunakan pipet pasteurdarah dimasukkan ke dalam tabung wintrobe hingga
mencapai garis tanda 100, dimulai dari dasar tabung dan hindrai terjadinya gelembung
udara di dalam tabung
3. Tabung yang telah berisi darah diputar selama 0 menit dengan kecepatan 3000 rpm
4. Nilai hematocrit adalah tinggi kolom eritrosit yang dinyatakan dalam %

b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan


kelainan/penyakit?
Nilai Normal :

Pria : 40% - 50 %
Wanita : 35% - 45%
− Nilai normal Hct adalah sekitar 3 kali nilai hemoglobin.
− Satu unit darah akan meningkatkan Hct 2% - 4%.
− Nilai Hct biasanya sebanding dengan jumlah sel darah merah pada ukuran eritrosit
normal, kecuali pada kasus anemia makrositik atau mikrositik.
− Penurunan nilai Hct merupakan indikator anemia (karena berbagai sebab), reaksi
hemolitik, leukemia, sirosis, kehilangan banyak darah dan hipertiroid. Penurunan Hct
sebesar 30% menunjukkan pasien mengalami anemia sedang hingga parah.
− Peningkatan hematocrit disebut polisitemia. Peningkatan nilai Hct dapat terjadi pada
eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik, polisitemia dan syok.
− Pada pasien anemia karena kekurangan besi (ukuran sel darah merah lebih kecil), nilai
Hct akan terukur lebih rendah karena sel mikrositik terkumpul pada volume yang lebih
kecil, walaupun jumlah sel darah merah terlihat normal.
− Pada keadaan hidremia seperti hamil hematocrit menurun secara fisiologis, pada keadaan
hemokosentrasi seperti syok hipovolemik setelah pendarahan, dehidrasi hematocrit akan
meningkat.

3. Pemeriksaan jumlah eritrosit


a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan jumlah eritrosit?
Prinsip Pemeriksaan :
Darah diencerkan dengan larutan pengencer isotonis agar mencegah hemolisis eritrosit dan
memudahkan menghitung eritrosit.

Alat Pemeriksaan :
1. Pipet eritrosit atau clinipet 20 μl, pipet volumetrik 4ml
2. Tabung ukuran 75 x 10mm
3. KH Improved Neubauer dan kaca penutup
4. PipetPasteur
5. Mikroskop

Bahan/ Reagens :
Larutan pengencer dapat digunakan salah satu dari larutan berikut :
a. Larutan hayem
Natrium –Sulfat ………………2,50 g
Natrium –Chloride ………………0,50 g
Merkuri –Chloride ………………0,25 g
Akuades ……………ad 100ml
Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena akan
mengakibatkan presipitasi protein, rouleoux, aglutinasi.
b. Larutan Gower
Natrium –Sulfat ………………….12,5 g
Asam asetat glasial ………………...33,3 ml
Akuades ………………ad 200 ml
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleoux sel-sel erirositc.
c. Larutan Formal Sitrat
d. Formalin40% ……………………10ml
Larutan sodium sitrat 0,109 M 1000 ml
Larutan ini mudah dibuat dan tidak berubah dalam jangka lama. Bentuk diskoid eritrosit
tetap dipertahankan dan tidak menyebabkan terjadinya aglutinasi
Cara pemeriksaan:
− Membuat pengenceran.
1. Cara pipet
Dengan pipet eritrosit, pipetlah darah sampai tanda 0,5 serta encerkan dengan larutan
pengencer sampai tanda 101 ( pengencer 1 : 200 ). Homogenkan selama 3 menit.
2. Cara tabung
Larutan pengencer sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam tabung ukuran 75 x 10 mm.
Dibuat pengencer darah 1 : 200 dengan menambahkan 20 μl darah EDTA / darah kapiler
ke dalam tabung yang telah berisi larutan pengencer.
− Mengisi Kamar Hitung ( KH).
Prosedur sama dengan leukosit, tetapi untuk eritrosit KH dibiarkan selama 2 menit agar
eritrosit mengendap, tetapi tidak lebih lama dari 2 menit sebab mengeringnya larutan pada tepi
kamar hitung akan menimbulkan arus yang dapat menyebabkan pergerakan eritrosit yang telah
mengendap. Bila penghitungan jumlah sel di dalam kamar hitung ditunda, sebaiknya kamar
hitung dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi kapas atau kertas saring basah.
− Menghitung Jumlah Eritrosit.
Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 200 eritrosit. Untuk hitung eritrosit, dihitung
semua eritrosit yang ada pada kelima bidang sedang yaitu A, B, C, D, dan E pada gambar, luas
masing-masing bidang adalah 1/5 x 1/5 mm2 atau 0,2 x 0,2 mm2 Volumenya (0,2 x 0,2 x 0,1)x 5
= 0,02 mmk atau 0,02 μl.
Perhitungan.:
jumla h eritrosit yang di hitung
jumla h eritrosit= x faktor
pengenceran Volume yang di hitung ( ml )
Bila jumlah eritrosit yang dihitung dalam bidang sebesar A, B, C, D, E adalah N, maka:
N x 200
jumla h eritrosit= x 10.000 N
5(0,2 x 0,2 x 0,1)
Nilai rujukan hitung jumlah eritrosit
Laki-laki : 4.5 – 6.0 juta/µl
Perempuan : 4.0 – 5.5 juta/µl
b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan
kelainan/penyakit?
Nilai Normal :
Laki-laki : 4.5 – 6.0 juta/µl
Perempuan : 4.0 – 5.5 juta/µl
− Penurunan jumlah eritrosit :
● Anemia : penurunan Hb, Ht, dan jumlah eritrosit
● Keganasan : limfoma, multiple myeloma, leukemia, sle.
− Peningkatan jumlah eritrosit (eritrositosis)
● Primer : Polisitemia vera
● Sekunder : penyakit paru, perokok, Hb pathy, dan penyakit ginjal
● Relatif : Dehidrasi
− Secara umum nilai Hb dan Hct digunakan untuk memantau derajat anemia, serta respon
terhadap terapi anemia
− Jumlah sel darah merah menurun pada pasien anemia leukemia, penurunan fungsi ginjal,
talasemin, hemolisis dan lupus eritematosu). Misalnya: sitostatika, antiretroviral.
− Sel darah merah meningkat pada polisitemia vera, polisitemia sekunder, diare/dehidrasi,
olahraga berat, luka bakar, orang yang tinggal di dataran tinggi.
4. Pemeriksaan jumlah trombosit
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan jumlah trombosit ?
Prinsip pemeriksaan:
Darah diencerkan dengan larutan pengencer (ammonium oksalat 1 %) sehingga semua eritrosit
dihemolisis.
Jika menggunakan Rees ecker trombosit akan tercat biru muda, karena larutan pengencer
mengandung brilliart cresyl blue. Trombosit dihitung dengan KH dibawah mikroskop. Hasilnya
diperiksa ulang dengan sediaan apus yang diwarnai dengan MGG.

Alat Pemeriksaan :
1. Pipet eritrosit atau clinipet 20 ml dengan pipet volumetrik 2ml
2. Tabung ukuran 75 x 10m-Kamar hitung improved Neubauer dan kaca penutup
3. Pipetpasteur
4. Cawan petri + kertas saring (kapas)basah
5. Mikroskop

Reagen :
Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan berikut
1. Larutan ecker
Natrium- Sitrat ……………………. 3,8 g atau (3,8 g)
Brilliant cresyl blue ……………………. 0,1 g atau (30 mg)
Farmaldehid 40% ……………………. 0,2 ml atau (2 ml)
Akuades ……………………. 100 ml atau (ad 100 ml)
Saringlah sebelum digunakan.
2. Ammonium Oksalat 1% (4ºC)
3. Simpan dalam lemari es dan saringlah sebelum digunakan.

Cara pemeriksaan :
Cara Langsung
A. Membuat Pengenceran
1. Cara pipet
Dengan pipet eritrosit darah diisap sampai tanda 1 dan encerkan dengan larutan
pengencer sampai tanda 101 ( pengenceran 1 : 100). Mulai saat ini trombosit harus
dihitung dalam waktu 30 menit agar tidak terjadi disintegrasi sel-sel trombosit.
Homogenkan selama 3-5 menit jika menggunakan Rees Ecker dan selama 10-15 menit
jika menggunakan ammonium oksalat 1% (dapat digunakan rotator).
2. Cara Tabung
Dibuat pengenceran 1 : 100 dengan memasukkan darah 20 μl ke dalam larutan pengencer
sebanyak 1.98 ml dalam tabung suspensi di campur selama 10-15 menit, dapat
menggunakan rotator dengan menutup tabung memakai parafilm terlebih dahulu.
B. Mengisi Kamar Hitung ( KH)
Perlakuan sama seperti pada lekosit (B 1, 2, 3).
Untuk hitung trombosit, KH yang telah diisi dimasukkan ke dalam cawan petri tertutup
yang telah terisi kapas atau kertas saring basah dan dibiarkan selama 15-20 menit agar
trombosit dalam KH mengendap dan tidak terjadi penguapan.
C. Menghitung Jumlah Trombosit
Untuk hitung trombosit, dihitung semua trombosit yang ada pada bidang besar di tengah
kamar hitung. Luas bidang yang dihitung adalah 1 x 1 mm , sehingga volumenya 1 x 1 x
0,1 = 0,1 mmk atau μl. Dengan perbesaran objektif 10 kali dan okuler 40 kali. Trombosit
tampak refraktil dan mengkilat berwarna biru muda atau bila lebih kecil dari eritrosit
serta berbentuk bulat, lonjong atau koma, tersebar atau bergerombol bila menggunakan
larutan Rees Ecker. Bila menggunakan larutan ammonium oksalat, trombosit tampak
bulat, bulat telur dan berwarna lila terang. Bila fokus dinaikkan –diturunkan tampak
perubahan yang bagus, mudah dibedakan dengan kotoran Karena sifat refraktilnya.
D. Perhitungan
jumla htrombosit yang di hitung
jumla h trombosit= x faktor
pengenceran volume yang di h itung
Bila jumlah trombosit dalam bidang besar di tengah adalah N maka :
N
jumla h trombo s it= x 100
0,1 l

= 1000 N/µl atau N x 109/ L


Cara Tak Langsung
Yaitu jumlah trombosit pada sediaan apus dibandingkan dengan 1000 eritrosit kemudian jumlah
mutlaknya dapat diperhitungkan dari jumlah mutlak eritrosit. Cara ini lebih mudah dari cara lain:
A. Penghitungan jumlah trombosit berdasar pada perhitungan :

jumla h eritrosit
juml a h trombosit= xN ………. ( /l)
1000
Dilakukan hitung eritrosit
Dibuat sediaan darah apus, diwarnai MGG, wright Giemsa, dihitung jumlah
trombosit dalam 1.000 eritrosit.

B. Jumlah trombosit = jumlah trombosit pada 40 LPB x 1.000 ( /µl)


Jumlah trombosit = jumlah trombosit pada 10 LPB x 2

b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan


kelainan/penyakit?
Nilai normal : Nilai normal 150.000 – 400.000 /µl

− Peningkatan jumlah trombosit dari nilai normal: trombositosis


− Trombositosis ditemukan pada :
● Primer : trombositosis esensial ; keganasan hematologi
● Reaktif : jumlah trombosit < 1.000.000/ul. Seperti anemia defisiensi besi, anemia
hemolitik, dan acute blood loss
− Trombositosis biasanya berhubungan dengan kanker, splenektomi, polisitemia vera,
trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoid.
− Trombositopenia merupakan berkuranganya trombosit dari nilai normal yang
mengakibatkan sulit pembekuan darah. berhubungan dengan idiopatik trombositopenia
purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma
dan multipledysplasia syndrome.
− Trombositopenia akibat gangguan produksi, peningkatan pemecahan, peningkatan
pemakaian, dan sekuestrasi di limpa.
− Penurunan trombosit di bawah 20.000 berkaitan dengan perdarahan spontan dalam
jangka waktu yang lama, peningkatan waktu perdarahan petekia/ekimosis.
− Nilai < 20.000/ul pada perdarahan spontan, pemanjangan masa pendarahan, ecchymosis.

5. Pemeriksaan LED
a. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan LED?
Laju Endap Darah mengukur kecepatan pengendapan sel darah di dalam plasma. Satuannya
adalah mm/jam. Cara pemeriksaan yang dianjurkan oleh International Committee for
Standardization in Hematology (ICSH) adalah Cara Westergren.
Bahan pemeriksaan :
1. Darah vena
Alat- alat :
1. Pipet westegren
2. Rak untuk pipet westergren
Reagen :
1. Antikoagulan Natrium Sitrat 1,109 M atau 3,8%
Cara kerja :
1. Campur 1,6 ml darah vena dengan 0,4 ml Natrium Sitrat 1,109 M sehingga didapat
perbandingan darah : antikoagulan = 4:1
2. Isi pipet Westergren dengan campuran darah-antikoagulan sampai tanda 0. Pipet harus
bersih dan kering
3. Letakkan pipet pad arak. Perhatikan supaya posisinya betul-betul tegak lurus. Jauhkan
dari getaran dan cahaya matahri langsung. Diamkan pada suhu kamr selama 1 jam
4. Setelah tepat 1 jam, baca hasilnya (batas plasma dan sel darah merah).

b. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan tersebut dan hubungannya dengan


kelainan/penyakit?
Nilai normal:
Pada cara wintrobe nilai normal untuk wanita 0 – 20 mm/jam dan untuk pria 0- 10 mm/jam
Pada cara westergreen nilai normal untuk wanita 0 – 15 mm/jam dan untuk pria 0 – 10 mm/jam.
Factor yang dapat mempengaruhi LED:
1. Faktor plasma ( peingkatan fibrinogen, albumin meningkat LED akan lambat, dan
kolesterol tinggi mempercepat LED)
2. Faktor eritrosit ( luas permukaan eritrosit mempercepat LED, dan perubahan bentuk
eritrosit jadi irregular memperlambat LED),
3. Faktor teknik ( Getaran, cahaya, dan kemiringan tabung di laboratorium).

Makna klinis pemeriksaan LED :

− LED mencermikan perubahan protein plasma pada infeksi akut maupun kronis, proses
degenerasi dan penyakit limfoproliferatif.
− LED cepat merupakan respon yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan
merupakan tanda adanya penyakit
− LED cepat menunjunkan suatu lesi yang aktif
− Peningkatan LED dibandingkan sebelumnya menunjukan proses yang meluas
− LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukan suatu perbaikan.

− Nilai meningkat terjadi pada: kondisi infeksi akut dan kronis, misalnya tuberkulosis,
arthritis reumatoid, infark miokard akut, kanker, penyakit Hodkin’s, gout, Systemic
Lupus Erythematosus (SLE), penyakit tiroid, luka bakar, kehamilan trimester II dan III.
− Peningkatan nilai LED > 50mm/ jam harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan
pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam serum dan
protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor.
− Sedangkan peningkatan nilai LED >100mm/jam selalu dihubungkan dengan kondisi
serius, misalnya: infeksi, malignansi, paraproteinemia, primary macroglobulinaemia,
hiperfi brinogenaemia, necrotizing vaskulitis, polymyalgia rheumatic.
− Nilai menurun terjadi pada: polisitemia, gagal jantung kongesti, anemia sel sabit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusumawati E, Lusiana N, et all. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Remaja Menggunakan Metode Sahli dan Digital (Easy Touch gchb). Fakultas Psikologi
dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 2018
2. Meilanie A. Perbedaan nilai hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis
pada pasien demam berdarah dengue dengan hemokonsentrasi. Journal of Vocational
Health Studies. 2019
3. Kementrian kesehatan republic Indonesia. Pedoman interpretasi data klinik. 2011

Anda mungkin juga menyukai