Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK 1


BLOK HPK 3.1

DISUSUN OLEH :
Anggi Novita Sari
120170025

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
BAB I. PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1) Pengambilan darah
2) Pemeriksaan kadar Hb: mengukur kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan
Hb menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N
3) Pemeriksaan jumlah leukosit: menghitung sel-sel leukosit di dalam suatu larutan dengan
bilik hitung.
4) Pemeriksaan jumlah eritrosit: darah diencerkan dengan larutan pengencer isotonis agar
mencegah hemolisis eritrosit dan memudahkan menghitung eritrosit.

B. ALAT DAN BAHAN


1) Pengambilan darah
Alat:
 Torniquet
 Spuit 3 cc
 Alkohol swab
 Plester
 Tisu kering

2) Pemeriksaan kadar Hb
Alat:
Hemometer Sahli, yang terdiri dari:
 Tabung pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah) s/d 22
(atas).
 Tabung Standart Hb
 Pipet Hb dengna pipet karet panjang 12,5 terdapat angka 20 cmm.
 Pipet HCl
 Botol tempat aquadest dan HCl 0,1 N.
 Batang pengaduk dari kaca.

Bahan:
 HCl 0,1 N
 Aquadest
 Sampel Darah

3) Pemeriksaan Jumlah leukosit


Alat:
 Hemositometer: Bilik Hitung (Bilik hitung terbaik adalah bilik hitung Neubauer
Improved atau Burker karena mempunyai daerah perhitungan yang luas.)
 Pipet leukosit
 Mikroskopik
Bahan:
 Gentian violet 1 % : 1 ml.
 Asam acetat glacial : 2 ml.
 Aquadest ad : 100 ml
 Sampel Darah

4) Pemeriksaan Jumlah eritrosit


Alat:
 Pipet eritrosit atau clinipet 20μl, pipet volumetrik 4 ml
 Tabung ukuran 75 x 10 mm
 KH Improved Neubauer dan kaca penutup
 Pipet Pasteur
 Mikroskop

Bahan:
 Larutan hayem
o Natrium – sulfat : 2,50 g
o Natrium – chlorida : 0,50 g
o Merkuri – chlorida : 0,25 g
o Akuades ad : 100ml
o (Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tak dapat dipergunakan karena
akan mengakibatkan presipitasi protein, rouleoux, aglutinasi.)
 Larutan Gower
o Natrium – sulfat : 2,5 g
o Asam asetat glasial : 33,3 g
o Akuades ad : 200 ml
o (Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleoux sel-sel erirosit)
 Larutan Formal Sitrat.
 Formalin 40%: 10 ml
o Larutan sodium sitrat 0,109 M: 1000 ml
o (Larutan ini mudah dibuat dan tidak berubah dalam jangka lama.
o Bentuk diskoid eritrosit tetap dipertahankan dan tidak menyebabkan
terjadinya aglutinasi)

C. CARA KERJA DAN NILAI NORMAL


1) Pengambilan darah
Cara Kerja:
1) Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bisa dihisap dengan mudah.
2) Kulit ditegangkan menggunakan torniquet, tusuk dengan jarum dengan sudut < 45°,
arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum menghadap ke atas.
3) Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap ke bawah. Tusukan dilanjutkan
menghadap ke vena. Darah akan mengalir dengan sendirinya bila tusukan tepat.
Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan – pelan. Ambil darah sesuai kebutuhan.
4) Lepas torniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alkohol. Penderita diminta untuk
tetap menekan dengan kapas alkohol.
5) Lepas jarum dari spuit, tuang darah ke dalam botol penampung dengan cara
mengalirkan darah lewat dinding botol penampung. Campur perlahan-lahan dengan
menggeser atau membolak-balik botol.

2) Pemeriksaan kadar Hb
Cara Kerja:
1) Isi tabung pengencer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2.
2) Dengan pipet Hb hisap darah sampai angka 20 cmm jangan sampai ada gelembung
udara yang ikut dihisap.
3) Hapus darah yang ada pada ujung pipet.
4) Tuang darah ke dalam tabung pengencer, bilas dengan HCl bila masih ada darah dalam
pipet.
5) Biarkan 1 menit.
6) Tambahkan aquadest tetes demi tetes, aduk dengan batang kaca pengaduk.
7) Bandingkan larutan dalam tabung pengencer dengan warna larutan standart.
8) Bila sudah dsama warnanya penambahan aquadest dihentikan, baca kadar Hb pada
skala yang ada di tabung pengencer.

Nilai Normal:
 Dewasa laki – laki : 12,5 – 18,0 gr%.
 Dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr%.
 Bayi < 3 bulan : 13,5 – 19,5 gr%.
 Bayi > 3 bulan : 9,5 – 13,5 gr%.
 Umur 1 tahun : 10,5 – 13,5 gr%.
 Umur 3 – 6 tahun : 12,0 – 14,0 gr%.
 Umur 10 – 12 tahun: 11,5 – 14,5 gr%.

3) Pemeriksaan Jumlah leukosit


Cara Kerja:
1) Bilik hitung dicari dengan mikroskop, cari kotak sedang di pojok ujung bilik
hitung.
2) Hisap darah dengan pipet leukosit sampai angka 1 (pengenceran = 10 kali) atau
sampai 0,5 (pengenceran = 20 kali).
3) Hapus darah yang melekat pada ujung pipet.
4) Kemudian dengan ujung pipet yang sama hisap larutan Turk sampai angka 1.
5) Gojok horisontal.
6) Buang 3 tetes pertama.
7) Tuang dalam bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan diletakkan di
mikroskop.
8) Lakukan penghitungan sel leukosit dengan pembesaran obyektif 10 x atau 40 x.

Nilai Normal:
 Dewasa pria: 4 – 11 ribu/mm3.
 Dewasa wanita: 4 – 11 ribu/mm3.
 Bayi: 10 – 25 ribu/mm3.
 11 tahun: 6 – 18 ribu/mm3.
 12 tahun: 4,5 – 13 ribu/mm3.

4) Pemeriksaan Jumlah eritrosit


Cara Kerja:
1) Dengan pipet eritrosit, pipetlah darah sampai tanda 0,5 serta encerkan dengan larutan
pengencer sampai tanda 101 (Ppengencer 1 : 200 ). Homogenkan selama 3 menit.
2) Larutan pengencer sebanyak 4 ml dimasukkan ke dalam tabung ukuran 75 x 10 mm.
3) Dibuat pengencer darah 1:200 dengan menambahkan 20 μl darah EDTA / darah kapiler
ke dalam tabung yang telah berisi larutan pengencer. Tindakan selanjutnya sama
seperti seperti yang telah diterangkan pada hitung lekosit
4) Pengisian Kamar Hitung (KH).
a. Prosedur sama dengan lekosit, tetapi untuk eritrosit KH dibiarkan selama 2
menit agar eritrosit mengendap, tetapi tidak lebih lama dari 2 menit sebab
mengeringnya larutan pada tepi kamar hitung akan menimbulkan arus yang
dapat menyebabkan pergerakan eritrosit yang telah mengendap. Bila
penghitungan jumlah sel di dalam kamar hitung ditunda, sebaiknya kamar
hitung dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi kapas atau kertas saring
basah.
5) Perhitungan Jumlah Eritrosit.
a. Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 200 eritrosit. Luas masing-masing
bidang adalah 1/5 x 1/5 mm atau 0,2 x 0,2 mm. Volumenya (0,2 x 0,2 x 0,1) x 5
= 0,02 mmk atau 0,02 μl.

Nilai Normal:
 Laki-laki: 4.5 – 6.0 juta/μl
 Perempuan: 4.0 – 5.5 juta/μl
D. HASIL PRAKTIKUM
1. PEMERIKSAAN HB
2. PEMERIKSAAN LEUKOSIT
3. PEMERIKSAAN ERITROSIT
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Hemoglobin
Hemoglobin merupakan suatu protein yang kompleks, yang tersusun dari protein globin
dan suatu senyawa bukan protein yang dinamai heme. Hemoglobin normal pada orang dewasa
terdiri dari Hemoglobin A (96-98%), hemoglobin F (0,5-0,8%) dan hemoglobin A2 (1,5-3,2%).
Dalam sel darah merah hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen (O2). Dengan banyaknya
oksigen yang dapat diikat dan dibawa oleh darah, dengan adanya Hb dalam sel darah merah,
pasokan oksigen ke berbagai tempat di seluruh tubuh, bahkan yang paling terpencil dan terisolasi
sekalipun akan tercapai. Nilai normal yang paling sering dinyatakan adalah untuk pria 14-18
gm/100 ml dan untuk wanita 12-16 gm/100 ml (gram/100ml sering disingkat dengan gm% atau
gr/dl). Beberapa literatur lain menunjukkan nilai yang lebih rendah, terutama pada wanita,
sehingga mungkin pasien sering tidak dianggap menderita anemia sampai Hb kurang dari
13gr/100 ml pada pria dan 11gr/100 ml untuk wanita. Seperti pada Darce metode sahli yang
mengatakan nilai normal hb pada wanita dewasa adalah 11,5-16,5 gr. Kategori kadar hemoglobin
yang dinyatakan anemia menurut WHO :

1) Tidak anemia : kadar hb 11 gr%


2) Anemia ringan : kadar hb 9-10 gr%
3) Anemia sedang : kadar hb 7-8 gr%
4) Anemia berat : kadar hb < 7 gr%.
Pada saat praktikum metode yang di gunakan dalam praktikum ini adalah metode dengan
menggunakan haemometer sahli untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) karena metode ini
dilakukan dengan cara sederhana, namun tetap membutuhkan keterampilan dan ketelitian dalam
pengamatan angka Hemoglobin (Hb).
Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera
bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang
berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (hanya dengan
mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah
adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran
sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan
adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh. Di samping faktor mata,
faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil
pembacaan. Meskipun demikian untuk  pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan
canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai.
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kadar Hemoglobin (Hb) pada sampel probandus
didapat kadar Hemoglobin (Hb) 14,0  g/dl. Batas normal kadar hemoglobin wanita adalah 12
gr/dl – 16 g/dl. Kadar Hb probandus dinyatakan normal karena masih dalam range normal.
Gambar. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode sahli

B. Pemeriksaan Leukosit

Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti. Di dalam darah manusia, normal didapati
jumlah leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3 , bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini
disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Leukosit di dalam tubuh berfungsi
untuk mempertahankan tubuh terhadap benda –benda asing ( foreign agents) termasuk kuman –
kuman penyebab penyakit infeksi. Leukosit yang berperan adalah monosit, netrofil, limfosit.
Lekosit juga memperbaiki kerusakan vaskuler. Leukosit yang memegang peranan adalah
eosinophil. Terdapat dua jenis leukosit yaitu:

1) Agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak.
2) Granuler, terbagi menjadi tiga leukosit: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil.
Pemeriksaan jumlah leukosit merupakan salah satu parameter pemeriksaan untuk mendeteksi
adanya infeksi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan darah rutin yang sering dilakukan,
karena jumlah leukosit dapat memberikan petunjuk apakah terdapat suatu infeksi atau
peradangan yang disebabkan oleh mikroorganisme atau suatu reaksi inflamasi terhadap
masuknya antigen ke dalam tubuh. Meningkatnya jumlah leukosit (>10.000/mm3) disebut
leukositosis merupakan indikatif adanya suatu peradangan.
Pada pemeriksaan probandus didapatkan hasil pemeriksaan leukosit 10.100/mm 3 yang berarti
dapat dikatakan normal. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa
normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000- 25000, dan menjelang hari ke empat turun
sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal.

Gambar. Sel darah


C. Pemeriksaan Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah yang paling banyak dalam
tubuh manusia. Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dan mengantarkannya ke sel-
sel tubuh. Hitung jumlah eritrosit merupakan salah satu parameter Hematologi yang ditentukan
guna membantu menegakkan diagnosis, menunjang diagnosis, membuat diagnosis banding,
memantau perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan menentukan prognosis. Eritrosit
mengandung hemoglobin secara normal berbentuk cakram bikonkaf, kedua sisinya cekung,
sehingga jika dilihat seperti ada dua buah bentuk bulan sabit saling berlawanan, namun jika
eritrosit dilihat per satuan akan tampak berwarna kuning tua pucat, tetapi karena volumenya yang
sangat besar mempengaruhi warna darah menjadi kelihatan merah serta memberi warna pada
keseluruhan darah. Struktur luar eritrosit berisi masa hemoglobin tersusun asam amino dan zat
besi untuk eritropoiesis.
Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit secara manual dengan alat Hemositometer merupakan
metode yang paling umum digunakan karena lebih murah. Metode ini biasanya digunakan pada
rumah sakit dan laboratorium klinik berskala kecil dengan beban kerja yang tidak terlalu besar.
Pada metode ini, eritrosit dihitung dengan bantuan mikroskop. Namun hitung jumlah eritrosit
dengan metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan rumit. Selain itu akurasi hasil
pemeriksaan dipengaruhi oleh faktor subyektif seperti pengalaman dan keahlian dari teknisi
laboratorium, dan faktor kelelahan dari teknisi terutama jika sampel pemeriksaan dalam jumlah
yang sangat besar.
Pada penelitian ini eritrosit tidak dapat dihitung karena kesalahan dalam menghomogenkan
darah dan larutan pengencer sehingga sel darah mengeras dan tidak dapat dihitung. Akan tetapi
untuk nilai rujukan. Nilai rujukan pada Laki-laki : 4.5 – 6.0 juta / μl dan pada perempuan : 4.0 –
5.5 juta / μl.
Rata- rata usia eritrosit adalah 120 hari, setelah 3 bulan eritrosit akan berubah menjadi sel
using dan akan dihancurkan oleh sel retikulo-endotelial, terutama didalam organ hati dan limfa,
kandungan globin dari hemoglobin akan dipecah menjadi asam amino yang akan digunakan
sebagai protein untuk disebarkan kejaringan dan zat besi didalam hem dari hemoglobin akan
dikeluarkan untuk proses pembentukan sel darah merah lagi, sisa proses tersebut adalah haem
yang diubah menjadi bilirubin ( pigmen kuning ) dan billiverdin ( kehijau – hijauan ) yang dapat
dijadikan indikator warna hemoglobin yang rusak pada luka.
BAB III. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan hemoglobin dengan probandus wanita dewasa diapatkan hasil normal pada
nilai 14gr%. Hal ini sejalan dengan teori Darce metode sahli yang mengatakan nilai normal hb
pada wanita dewasa adalah 11,5-16,5 gr. Selanjutnya, untuk hasil hitung jumlah leukosit
probandus memiliki hasil yaitu 10.100/mm 3 . berarti pasien normal dan tidak memiliki kelainan
seperti leukositis atau leukopenia. Sedangkan pada penelitian hitung jumlah eritrosit tidak dapat
dihitung karena kesalahan dalam menghomogenkan darah dan larutan pengencer sehingga sel
darah mengeras dan tidak dapat dihitung. untuk nilai rujukan pada Laki-laki : 4.5 – 6.0 juta / μl
dan pada perempuan : 4.0 – 5.5 juta / μl.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hematologi Klinik Ringkas. EGC. Jakarta Gandasoebrata, R. 2016.
2. Rodak, Bernadette F., Jacqueline H. Carr. 2009. Clinical Hematology Atlas, Fourth
Edition. Kanada: Elsevier Sounders.
3. Theml, et. al. 2004. Color Atlas of Hematology: Practical Microscopic and Clinical
Diagnosis. New York: Thieme.
4. Hoffbrand, A.Victor, Et. Al. 2019. Color Atlas Of Clinical Hematology : Molecular And

Anda mungkin juga menyukai