Penuntun Praktikum
Hematologi
2017
2
Pengambilan Sampel Darah,
Kadar Hb dan Hitung Lekosit
Praktikum Hema - 1
3
Antikoagulansia :
- Penyiapan :
buat larutan EDTA 10% dlm aquadest →
bagi @ 20 μL (~ 2 mgEDTA) dlm botol2 kecil
→ keringkan (1 btl utk 2 ml darah)
4
Sodium Citrate :
5
Pengambilan sampel darah :
Cara : 1. Kapiler (tusuk kulit)
2. Vena (phlebotomy)
Pendekatan :
- Teliti pemeriksaan yg diminta → tentukan:
- vol drh yg akan diambil
- macam sampel drh yg diperlukan .
- Persiapan pasien :
- puasa ? brp lama ?
- obat2 yg perlu dihindari ?
Bahan / Alat :
7
8
< 1 TH S > 2TH
D D D
D
S S
S S
9
Juli Soemarsono : Pengambilan Sampel Darah pada Pasien Paediatrik
Prosedur :
- Periksa kulit yg akan ditusuk
Peringatan :
- Tetes darah yg pertama keluar tdk dipakai
- Setelah ditusuk jangan dipijat-pijat .
- Indikasi pengambilan darah kapiler:
bila kebutuhan darah tidak lebih dari 0,5 ml
10
Periksa dan perbaiki perfusi jari yang akan ditusuk
11
12
TEKAN UJUNG JARI YANG AKAN DITUSUK HINGGA
KULITNYA TEGANG DAN BERWARNA MERAH
13
Penusukan sebaiknya tidak tepat ditengah,
Tetapi agak disamping
14
Hapus tetesan pertama dg kasa steril kering bersih
15
Tetesan berikutnya dapat langsung diambil
dengan Pipet Thoma atau pipet Sahli
16
Dapat juga langsung diambil dg gelas obyek
untuk pembuatan hapusan darah tepi
17
18
X
X
19
Pengambilan Sampel Darah Vena
Lokasi :
21
22
23
24
Desinfeksi lokasi penusukan dgn kapas alkohol
70%, sirkular, mulai dari pusat keluar (perifer)
Penusukan :
- arah jarum sejajar dgn arah vena dan sedatar
mungkin (bentuk sudut < 300), lubang jarum
bisa menghadap keatas/kebawah .
25
26
27
28
29
30
Cara ini kurang dianjurkan
31
Bila arah tepat, tampak darah memasuki
pangkal jarum →(bila pengisian vena cukup baik
longgarkan tourniquette) isap darah pelan2
sampai tercapai jumlah yg dikehendaki →
(lepaskan bendungan) , letakkan ( jangan
ditekan ) kapas atau kasa steril pada tempat
penusukan→ cabut jarum pelan2.
32
Lepaskan jarum dari semperit, masukkan darah
kedalam penampung (alirkan pelan2 melalui
dinding dalam tabung/botol),
33
DISKUSIKAN
34
Penentuan Kadar Hb
35
Metode Kolorimetrik :
3. Metode Hematin-alkali
4. Metode Oksihemoglobin
5. Metode Sianmethemoglobin
36
Metode Tallquist
37
Metode Hematin-Asam (Sahli) :
Prinsip :
38
Hb-meter Sahli terdiri dari :
39
40
Prosedur Kerja :
41
42
- Tiup 20 cmm (=20 mikroliter) darah dari pipet
kedalam tabung Sahli hati2 sambil dibilas
beberapa kali dengan lar.HCl 0.1N
43
44
Perhatikan :
45
Cara menentukan Faktor-Koreksi :
46
3. Nilai yg dianggap benar (SianmetHb = Y)
= Faktor-Koreksi x nilai Hb-Sahli (= X)
Y=f .X
f=Y:X
47
Angka Kesalahan :
1. Faktor Alat :
- vol.pipet kurang tepat
- warna kaca standar berubah
- kadar larutan HCl kurang tepat
2. Faktor manusia :
- pengambilan darah
- penglihatan petugas
- bias (intensitas warna)
48
Diskusikan
Mengapa Hb hrs diubah menjadi hematin asam ?
Apa yang terjadi bila kadar HCl yangdipakai < / > 0,1N ?
Apa yamg terjadi bila jumlah HCl yang dimasukkan
kedalam tabung Sahli tidak tepat pada tanda 2 g% ?
Mengapa harus ditunggu 10 menit sebelum melakukan
pengenceran hematin-asam ?
Apa yang terjadi bila pengenceran untuk menyamakan
warna hematin-asam dengan warna standart Sahli tidak
menggunakan aquadest ?
49
Cara Sianmethemoglobin :
Alat : spektrofotometer
Reagensia :
R/ NaHCO3 1.0 g
KCN 50.0 mg
K3Fe(CN)6 200.0 mg
Aquadest 1000.0 ml
pH 7,0 – 7,4
50
Modifikasi :
tambahkan detergent :
Sterox-SE / Nonidet P40 /
Saponic-218 / Triton X-100
agar eritrosit lisis sempurna
mengurangi kekeruhan
dan reaksi lbh cepat (< 5 men)
51
Prinsip :
Hb + K3Fe(CN)6 → MetHb .
MetHb + KCN → SianmetHb
Prosedur :
1. masukkan 20 μl darah kedalam tabung berisi
5 ml lar.Drabkin ( dilusi 1:250 )
2. Campur baik-2, biarkan 10 menit, masukkan
kedalam kuvet
3. Baca absorbans pd spektrofotometer
( λ = 540 nm ) dgn lar. Drabkin sbg blanko .
52
4. Baca absorbans lar.standar HiCN ( telah
diketahui kadarnya ) pada λ = 540 nm .
Kalkulasi :
Abs sampel
Kdr Hb (g/dl) = x kdr stdr HiCN
Abs standar
53
Bila standart yang dipergunakan adalah
larutan Hb ( bukan HiCN ) :
-lar standart Hb diperlakukan spt sampel
-penghitungan :
abs sampel
kadar Hb sampel = ---------------- X kadar Hb std
abs standart
54
Hitung Sel Darah :
Metode :
55
Penghitungan Cara Manual
dgn
Kamar Penghitung
( Counting Chamber )
Prinsip :
56
Alat dan Bahan :
1. Kamar Penghitung
-Neubauer / Improved Neubauer / Dacie /
Burker / Fuchs Rosenthal
3. Lar.Pengencer :
- Hayem - utk eritrosit
- Turk - utk lekosit
- As.asetat glasial - utk lekosit
- Rees-Ecker - utk trombosit
57
58
Kamar Penghitung Improved Neubauer :
59
- 1 dari 9 kotak, yg terletak ditengah,
dibagi atas 25 kotak-kecil @ 0.2 x 0.2 mm2
60
61
62
Bila diatas kamar-penghitung ditutup dengan
gelas penutup → jarak antara gelas-penutup
dengan dasar kotak-penghitung = 0.1 mm
63
= 0,1 mm
64
Prinsip Kerja :
Darah kapiler/darah EDTA diencerkan dengan
lar.pengencer tertentu
- untuk lekosit 1 vol darah : 20 lar pengencer
- utk eritrosit 1 vol darah : 200 lar pengencer
65
Pipet Thoma untuk Lekosit
66
Pipet Thoma untuk Eritrosit
67
Prosedur Kerja :
68
69
70
71
72
campur baik-2 darah dan lar.pengencer yg
berada dalam bagian pipet Thoma yg bulat
(perhatikan cara mengocok pipet tsb)
73
74
75
Buang beberapa tetes larutan yg ada dlm batang pipet
76
77
78
79
Untuk memudahkan penghitungan sel , biarkan
kamar-hitung beberapa saat agar sel-2 darah
mengendap pada dasar area-penghitungan ,
dengan meletakkannya pada petri-dish yg berisi
kertas tissue basah / lembab (menjaga agar
lar.darah pada kamar-hitung tidak kering)
80
81
82
83
Hitung jumlah sel dlm Kotak-Penghitungan :
Distribusi sel:
perbedaan jml lekosit antar kotak W <15
eritrosit antar kotak R <20
84
85
Kalkulasi :
Berdasarkan :
1. Volume Kotak-Penghitungan
2. Besarnya pengenceran
86
1. Volume Kotak-Penghitungan :
2. Besarnya Pengenceran :
87
Maka jumlah sel / mm3 darah :
88
Hitung Sel Direk dgn Alat Hitung Sel
Elektronik :
Ada 2 cara :
89
Gbr 1. Diagram Skematis Impedansi-Elektrik
90
2. Cara Sitometri-Arus (Flow Cytometry) :
Prinsip :
91
Gbr 2.Skema metode Sitometri-Arus
92
93
Tabel 1. Isyarat-isyarat kelainan histogram lekosit (Sysmex KX-21)
Isyarat Interpretasi
frekwensi relatif LD melebihi rentang. Mungkin disebabkan oleh
WL adanya aglutinasi trombosit, trombosit besar, dll.
T1 diskriminator lekuk bawah antara limfosit dan sel-sel campuran,
T2 tidak dapat ditentukan.
diskriminator lekuk atas antara sel-sel campuran dan netrofil, tidak
F1
dapat ditentukan
F2
kelainan histogram sel kecil. Freweksi relatif untuk T 1 melampaui
F3
rentang
kelainan histogram sel sedang. Frekwensi relatif untuk T 1 atau T2
WU
melampaui rentang
kelainan histogram sel besar. Frekwensi relatif untuk T2 melampaui
rentang
AG
Frekwensi relatif untuk UD melampaui rentang.
Bisa terjadi bila hemolisis tidak sempurna, atau adanya sel-sel
darah abnormal.
Jumlah partikel yang sama atau lebih kecil dari LD, melampaui
rentang yang telah ditentukan.
Bisa disebabkan oleh aglutinasi trombosit, sehingga tidak
menambah jumlah lekosit tetapi mengurangi jumlah trombosit.
Oleh karena itu isyarat ini ditambahkan pada parameter trombosit.
94
95
96
97
98
99
100
101
Hitung Sel Cara Indirek
( dari Hapusan Darah Tepi ) :
Dari hapusan darah tepi dapat diperkirakan:
jumlah lekosit dan trombosit (rendah / normal /
tinggi) berdasarkan jumlah rata2 lekosit dan
trombosit perlapangan pandang dibawah
mikroskop .
102
FN = FIELD NUMBER :
makin besar FN, makin luas lapangan-pandang.
103
Untuk Lekosit (dgn obyektif 10x) :
- Utk FN-18
*NORMAL didapatkan 15-35 lekosit/lp
- Utk FN-22
* NORMAL didapatkan 22-50 lekosit/lp
Praktikum Hema-2
105
Hitung Eritrosit dan Trombosit
menggunakan Kamar-Hitung
Improved Neubauer sudah
dijelaskan
dalam penerangan Praktika Hema-1
106
- Retikulosit :
107
Hitung Retikulosit :
Prinsip :
Reagensia :
108
Prosedur :
109
Buat sediaan Retikulosit :
1. Sediaan kering :
110
2. Sediaan basah :
111
Kalkulasi :
112
113
Tahap maturasi retikulosit menurut
Heilmeyer
114
- Inklusi HbH (β4) pada HbH Disease tampak dgn
pengecatan BCB (bedakan dengan retikulosit)
115
Tabel 1. Jumlah eritrosit dihitung
dan presisi retikulosit
Hitung retik(%) CV 2% CV 5%
1 27,700 4,500
3 11,100 1,350
5 7,750 1,100
10 5,000 900
20 4,000 650
30 3,500 550
40 3,000 500
116
Pada Anemia didapat bias dlm penghitungan
retikulosit krn jumlah eritrosit relatif rendah
sehingga jumlah retikulosit yg terhitung relatif
tinggi → perlu koreksi :
PCV penderita
Corrected Retic =% Retik x ---------------------
PCV normal
117
Pada kondisi tertentu Corrected Retic msh blm
menggambarkan eritropoisis krn pengaruh Shift Retic
(retik yg berada di darah tepi lebih lama sebelum
menjadi eritrosit matur)
Besarnya shift sebanding dgn rangsangan eritropoitin .
Koreksi :
Corrected Retic Count
RETIC PROD INDEX = ---------------------------------
(Indeks Prod Retik) Maturation Time
(darah tepi)
118
Reticulocyte Maturation time
3.5 1
3.0 1.5
2.5 2
2.0 2.5
119
- Pemeriksaan Retikulosit :
1. Cara manual :
- Pengecatan dgn Brilliant Cresyl
Blue (BCB) atau New Methylene
Blue (NMB)
2. Cara Otomatik :
- Dengan alat hitung sel darah
elektronik (otomatik)
120
CV of Manual & Automatic Retic.count.:
CV CV
Manual Automatic
Reticulocyte 1% 47.3% 6.4%
121
Pembuatan Hapusan Darah
Tepi, Pengecatan , dan
Hitung Jenis Lekosit
122
Hapusan Darah Tepi :
2. Teknik :
- 1 tetes darah tusuk-kulit/darah-EDTA pada
salah satu ujung gelas-obyek .
- tempatkan tepi gelas penggesek dgn sudut
300 didepan tetesan darah
123
- geser mundur gelas-penggesek hingga tepinya
menyentuh tetesan darah → biarkan darah
menyebar rata disepanjang tepi gelas-
penggesek .
124
125
1 3
126
- Sudut penggesekan dgn gelas obyek dan HDT
yang ideal dgn counting area nya :
127
Tebal hapusan tergantung pada :
128
Bagaimana bila tetesan darah terlalu banyak /
tebal ?
129
130
Pengecatan Hapusan Darah Tepi :
131
Pengecatan Rutin :
Romanowsky terdiri dari :
Azure-B (trimethylthionin) –
produk oksidatif Me-Blue - bersifat basa.
Eosin-Y (tetrabromofluorescein) - bersifat asam.
132
Sifat Pengikatan Cat
Azure B (dimer) berikatan dgn mol.
Anionik (grup fosfat DNA)
Eosin Y (monomer) berikatan dgn sisi
kation dari protein.
Kelompok Asam (as.nukleat, nuleoprotein)
mengikat cat-basa Azure B (meth-blue)
Kelompok-basa (mol.Hb) menangkap cat-
asam Eosin
133
Granula netrofil tercat lemah dgn
kompleks azure.
Granula eosinofil mengandung
derivat spermine (grup-basa)→
tercat kuat dgn cat-asam.
Granula basofil mengandung heparin
→ tercat kuat dgn cat-basa.
134
Kriteria Pengecatan Baik
Hapusan berwarna merah-
kecoklatan
Eritrosit berwarna Salmon-pink
Inti Lekosit biru-ungu
Sitoplasma trombosit purple-blue ke
lilac, granula merah-ungu
Granula eosinofil: oranye / jingga
135
Penyebab Deviasi Warna :
Merah :
Cat/buffer terlalu asam (pH<6.4)
Buffer cat berlebihan
Pengecatan kurang lama
Hapusan terlalu tipis
Kontaminasi chlorine air
Buffer/cat terpapar uap asam
Cat lama (metanol dioksidasi menjadi
asam fumarat)
136
Biru :
Cat/buffer terlalu basa
Buffer cat kurang
Waktu pengecatan kurang
Pencucian kurang
Pengeringan terlalu singkat
Air terlalu basa
Hapusan terlalu tebal
Hapusan lama, protein abnormal (MM)
Antikoagulan heparin
Lekositosis dengan blast
137
Masalah Yang Dihadapi :
Fiksasi :
Fiksasi kurang adekuat→ lepas pada
pencucian→morfologi berubah
Kontaminasi air→ artefak pada
pengeringan
Pengeringan minimal 5 menit
Fiksasi minimal 1 menit
Metanol harus anhydrous & chemically
pure
138
Pengecatan :
Campuran cat-buffer waktunya
terbatas (beberapa jam)
Air kran tidak utk campuran buffer
(terlalu asam/basa, adanya chlorine)
Aquadest sering ada kontaminan
Deionized water menyerap CO2 →
terlalu asam
Lama pengecatan minimal 2 x lama
fiksasi
139
Pencucian :
Sebaiknya pakai aquadest atau
buffered rinse water.
Pencucian kurang adekuat → warna
biru atau presipitat.
140
Pengeringan :
Pengeringan diudara cara terbaik.
Mempercepat pengeringan secara
paksa → waktu paparan cat dgn
air pencuci memendek →
intensitas warna terganggu.
141
Cat GIEMSA :
142
- Cara pengecatan Giemsa :
143
Pengecatan dgn cat WRIGHT :
144
Teknik Pengecatan :
145
146
147
148
149
Cuci hapusan dgn air / aquadest diatas hapusan
pd posisi hapusan mendatar sampai seluruh
lapisan cat hanyut tercuci .
150
151
Eritrosit akan tampak berwarna merah-jingga ;
bila tampak lebih biru , bisa disebabkan karena
pH buffer terlalu alkalis atau pencucian kurang
bersih .
152
Dari hapusan darah yg sudah tercat , dapat
dilakukan pemeriksaan :
153
Hitung Jenis Lekosit
(Differential Counting) :
154
155
156
157
1. mieloblas, 2. metamielosit, 3. N.Segmen, 4. Monosit
158
1. promielosit, 2. Stab.N, 3. Segmented N, 4. Eosinofil
2 4
2 159
1. Mielosit, 2. Metamielosit, 3. Stab N, 4. Eosinofil, 5. Normoblas
ortokromik, 6. Netrofil ? , 7.Limfosit
5
1
6 2
3
3
4
7
2 3
1 2X
160
1. Promielosit, 2. Mielosit, 3. N.Segmen, 4. normoblas
polikromatofilik .
3
4
1
161
Eosinofil Mielosit
162
Basofil
163
164
165
166
Prosedur Teknis :
167
168
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %
Eos / / / / 4
Baso / 1
Stab / / / / / 5
Segmen //// / //// / /// //// //// //// //// //// //// //// 59
/ /// / /// /
Limfo // /// //// // /// /// // /// // /// 27
Mono / / / / 4
Juml 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
169
Hasilnya dilaporkan sebagai :
170
Evaluasi
Hapusan Darah Tepi
Praktikum Hema-4
171
Evaluasi Hapusan Darah Tepi :
172
1.2. Penaksiran jumlah lekosit, kesan
hitung-jenis lekosit, dan ada/tidak
sel-2 abnormal .
173
- Utk FN-18 :
bila jumlah lekosit per lap.pandang
sekitar 15-35 → juml.lekosit normal .
Utk FN-22 :
bila jumlah lekosit per lap.pandang
sekitar 22-50 → juml.lekosit normal
174
2. Pemeriksaan dgn obyektif 100x dan dgn
minyak imersi .
2.1 Eritrosit :
Ukuran – bandingkan ukuran eritrosit
dgn inti limfosit kecil, laporkan normositik /
mikrositik / makrositik .
175
176
- Eritrosit dgn central palor(CP)nya → perhatikan
perbandingan CP dgn diameter eritrosit
177
- Gambaran hapusan Normokromik-
Normositik , perhatikan perbandingan ukuran
eritrosit dengan inti limfosit kecil .
178
- Gambaran hapusan Hipokromik-Mikrositik
179
- Gambaran hapusan Makrositik , disini tampak
makro-ovalosit, ciri yang dapat dijumpai pada
Anemia Megaloblastik
180
- Anemia Megaloblastik , perhatikan sel oval-
makrosit dan hipersegmentasi netrofil .
181
Bentuk :
perhatikan bentuk2 eritrosit seperti :
- Ovalosit
- Sferosit
- Drepanosit ( sickle cell / sel sabit )
- Schistosit (Fragmentosit / keratosit)
- Sel Helmet
- Bite cell
- Stomatosit
- Sel Target ( Codocyte )
- Tear Drop Cell ( Dakrosit )
- Echinosit (Krenasi)
- Akantosit
182
183
184
Benda inklusi eritrosit :
- Normoblast
- Howell-Jolly bodies
- Basophilic stippling
- Cincin dari Cabot
- Heinz bodies
- Granula siderotik (Pappenheimer)
- Parasit malaria (Plasmodium)
Bentukan
- Rouleaux
- Otoaglutinasi
185
186
187
- Sferosit = eritrosit yang bundar, tercat lebih
gelap dan ukurannya lebih kecil .Seringkali
herediter .
188
- Leptosit = Planocyte ; eritrosit dgn CP
yang luas (hampir sama dgn Ø eritrosit)
189
- Ovalosit (eliptosit) = bentuk eritrosit yg oval
seringkali herediter
190
- Stomatosit = eritrosit dgn CP berbentuk celah
karena bentuk eritrosit yg seperti mangkuk .
191
- Sel Target = codocyte ; dibagian tengah
CP didapatkan bagian yg tercat gelap .
192
- Sel Krenasi (crenated cell = Echinocyte)
193
- Gambaran Anisositosis = eritrosit dengan
194
- Fragmentosit = schistocyte , yaitu fragmen
pecahan eritrosit (pada proses hemolisis)
195
- Acanthocyte = eritrosit dgn taju-taju yang
tidak beraturan panjangnya
196
- Tear Drop Cells = dacryocyte ; eritrosit
berbentuk tetesan air .
197
- Formasi Rouleaux = tumpukan eritrosit
seperti tumpukan uang logam (stalk of coins)
198
- Howell-Jolly body (tanda ►) , adalah sisa inti dan
Pappenheimer bodies (tanda →) = granula siderotik yang
mengandung besi (tercat dengan pengecatan besi atau =
Siderosit)
199
- Basophilic stippling (tanda →)- bintik2 inklusi basofilik
hasil agregat dari ribosom , menyolok pada keracunan
timah (Lead intoxication)
200
- Heinz bodies : tampak dgn pengecatan supravital
(Methyl-violet), partikel presipitat Hb dgn lokasi dekat tepi
membran eritrosit , tanda kerusakan oksidatif eritrosit .
201
202
Bila dijumpai normoblast dalam jumlah cukup
banyak (≥ 10 dlm 100 lekosit), perlu dilakukan
koreksi terhadap hasil hitung lekosit , karena
inti normoblast akan ikut terhitung sebagai
lekosit :
203
2.2 Lekosit :
206
- Anemia Megaloblastik , perhatikan sel oval-
makrosit dan hipersegmentasi netrofil .
207
- Anomali Pelger-Huet : kegagalan segmentasi
herediter → inti ≤ 2, kromatin padat
menggumpal .
208
- Perhatikan benda-inklusi / bentukan
dalam lekosit :
209
Auer-Rod :
- benda inklusi patologik, batang, merah,
agregat dari lisosom, tunggal/multipel pd
sitoplasma sel mieloblas atau monoblas
Döhle Bodies :
- inklusi oval, kebiruan, tunggal atau banyak,
berasal dari RNA, sering pd infeksi berat,
khemoterapi atau adanya perubahan2 toksik,
dan kelainan lekosit kongenital (May-Hegglin ,
Chediak-Higashi)
210
- Granula Toksik & Vakuola dalam sitoplasma
netrofil , biasanya dijumpai pada infeksi bakterial
berat / septikemia .
211
- Auer Rod dlm sitoplasma mieloblas pada
AML .
212
Auer Rod dlm sitoplasma mieloblas pada
AML .
213
Sel Limfosit Atipik plasmasitoid ,
biasanya pada infeksi virus .
214
- Sel Limfosit Atipik monositoid
215
2.3 Trombosit :
216
Memperhatikan morfologi trombosit :
217
Contoh laporan evaluasi HDT
Eritrosit :- normokromik,normositik
Lekosit :- kesan jumlah normal
- morfologi normal
Trombo :- kesan jumlah normal
- morfologi normal
218
Contoh laporan evaluasi HDT
Eritrosit :- hipokromik,anisopoikilositosis
- polikromasi (+)
- sel target (+)
- normoblas (+)
Lekosit : - kesan jml meningkat, di
dominasi oleh sel2 PMN
bergranula toksik,
tak tampak sel muda.
Trombo : - kesan jml meningkat
- giant thrombosit (+)
219
Pemeriksaan LED, PCV,
Rumpel-Leede test,
Bleeding Time, Clotting Time,
& Retraksi Bekuan
Praktikum Hema-5
220
Laju Endap Darah (LED)
Metode pemeriksaan :
1. Metode Westergren
2. Metode Wintrobe
221
222
Westergren Wintrobe
(Metode rujukan)
Tabung 300 x ≥2.5 mm 120 x 2.5 mm
Skala 0 – 200 mm 0 – 10 cm
Vol.darah 2 ml 1 ml
Sampel Darah-EDTA Darah-EDTA
Pengenceran (+) Pengenceran (-)
4 drh-EDTA:1 NaCl
4 drh :1Na sitrat
(3.2 / 3.8%)
223
Westergren Wintrobe
(metode rujukan)
224
X
225
226
227
228
229
LED
230
Tahap Sedimentasi Darah :
231
Faktor yang mempengaruhi LED
1. Eritrosit :
- jumlah
- ukuran
- bentuk
2. Plasma :
- albumin
- globulin
- fibrinogen
3. Teknik :
232
Faktor teknik yg mempengaruhi LED :
1. Teknik sampling
2. Panjang & diameter tabung ↑ → LED ↑
3. Posisi tabung : miring → LED ↑
4. Suhu kamar ↑ → LED ↑
5. Ekses antikoagulan → LED ↓
6. Darah beku sebagian → LED ↓
7. Drh > 2 jam → sferis → rouleaux terhambat
→ LED ↓
233
LED meningkat pada keadaan :
Keradangan
Infeksi
Keganasan
Mieloma Multipel
Lekemia
Keracunan logam
Anemia
cf : CRP
234
Pemeriksaan Hematokrit
(Packed Cell Volume = PCV)
Metode Pemeriksaan :
Satuan : % atau L / L
235
WINTROBE MICROHEMATOCRIT
236
Nilai hematokrit sebanding ( sesuai ) dengan
jumlah dan ukuran sel darah merah
a d
b
Hct=PCV = b/a x 100%
237
Bila menggunakan sentrifus fixed angle
Z
X
PCV= ½(X+Y) x100%
y Z
238
239
240
241
242
A B C
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
243
Faktor kesalahan :
244
eritrosit
sferosit
plasma
trapped plasma
245
Tes Rumpel-Leede
(= Tes Tourniquet)
(= tes resistensi kapiler )
246
Alat : Tensimeter
Teknik :
pasang tensimeter dgn tekanan antara
Sistole dan Diastole, maksimum 100 mmHg .
Pertahankan 5 menit .
setelah 5 menit, lepaskan bendungan dan
hitung jumlah petekhiae yg terbentuk :
247
248
Cara penilaian :
249
2. 15 menit setelah bendungan dilepaskan,
periksa seluruh volar ante-brachi :
251
Masa Pendarahan
(Bleeding Time)
Metode pemeriksaan :
- Metode DUKE
- Metode IVY / TEMPLATE
252
Metode Metode
DUKE IVY / TEMPLATE
Alat Lancet steril Lancet steril / template
Tensimeter (40 mmHg)
253
Teknik Duke :
254
Tiap 30 detik selanjutnya, hisap tetesan darah
dgn kertas saring (jangan menyentuh kulit)
sampai tak ada lagi bercak darah pd kertas
saring .
255
256
Catatan :
257
Masa Pembekuan ( Clotting Time ) :
(masa koagulasi darah)
258
Teknik (Modifikasi-I) :
259
Setiap 30 detik berikutnya miringkan 2 tabung
sisanya dan perhatikan tabung mana yg sudah
tampak membeku → catat waktunya ( II )
Normal : 5 – 15 menit
260
261
Teknik (Modifikasi-II) :
262
Selanjutnya tiap 30 detik berikutnya periksa
Tabung-II (Tabung-III biarkan) dan catat
waktunya bila Tabung-II sudah tampak
membeku .
263
Catatan :
264
Tes Retraksi Bekuan (Clot Retraction) :
Tujuan :
mengukur kemampuan bekuan darah utk
melakukan retraksi (mengkerut) shg lepas
dari dinding tabung dan menghasilkan
serum.
Normal :
2 jam setelah membeku → retraksi sebagian
Setelah 24 jam → retraksi lengkap
266
Modifikasi McFarlane :
267
Biarkan beberapa saat sampai tdk ada lagi
serum menetes dari bekuan .
268
Tes Lisis Bekuan (Clot Lysis Test) :
Hasil tes Retraksi Bekuan setelah inkubasi 24jam
kemudian dilanjutkan utk melihat terjadinya lisis
bekuan .
269