Anda di halaman 1dari 49

Endang Retnowati

Betty Agustina
Kuliah S1 FK 2015

PENANDA TUMOR / TUMOR


MARKER
Defenisi dan Gangguan Apoptosis

 Tumor  pertumbuhan sel yang tidak


terkendali dan tidak mengikuti mekanisme
kontrol biologik yang normal.
 Sel normal dalam perkembangannya
mengalami proliferasi dan differensiasi.
 Proliferasi dan differensiasi sel dikendalikan
oleh mekanisme kematian sel yang
terprogram disebut apoptosis.
 Apoptosis dapat menyingkirkan sel-sel yang
tidak dikehendaki.
 Gangguan pengaturan atau mekanisme
regulasi normal sel mengakibatkan
transformasi sel normal menjadi sel tumor.
 Apoptosis terganggu pada sel tumor.
 Pertumbuhan sel tumor atau perubahan sel
normal menjadi sel kanker disebabkan oleh
berbagai macam onkogen.
 Onkogen atau karsinogen dikenal sebagai
istilah untuk faktor yang menyebabkan
timbulnya kanker.
 Faktor genetik dan lingkungan, infeksi
virus, bahan kimia, radiasi pengion dan
ultraviolet, inflamasi termasuk sebagai
onkogen.
 Onkogen mengakibatkan kerusakan DNA
sel.
 Perubahan DNA sel menyebabkan sel kanker/
neoplasma tumbuh terus menerus tidak
terkendali, walaupun stimuli penyebab telah
tiada.
 DNA sel abnormal ini mewariskan gen yang
abnormal sehingga sel berikutnya yang
diproduksi menjadi abnormal juga.
Penanda Tumor

 Penanda Tumor (tumor marker)  subtansi


biokimia yang berhubungan dengan
keganasan (kanker).
 Subtansi ini dapat diukur.
 Subtansi biokimia tersebut dapat berasal dari
sel tumor itu sendiri atau diproduksi oleh
tubuh sebagai respon tubuh terhadap tumor
(tumor associated).
 Penanda tumor dapat diukur di dalam darah
atau dari bahan biopsi tumor atau protein
yang disekresi oleh tubuh lewat urine (mis: β2
mikroglobulin pada Renal Cell Carcinoma).
 Tumor marker  skrining, diagnosis,
monitoring terapi, prognosis, menentukan
stadium kanker dan memonitoring
kekambuhan.
Klasifikasi tumor Marker
 Tumor marker dapat dibedakan berdasarkan
perubahan-perubahan yang terjadi pada sel
kanker yaitu:
penanda tumor serum (Serum Tumor
Markers )
penanda tumor sel(Cellular Tumor Markers )
: CD10,CD19, CD22 utk B ALL, CD3, CD5, CD7
utk T ALL, CD33, CD34 utk AML dll
penanda tumor molekuler: P53, NFkB,
BRCA1, LMP1, LMP2, EBNA1 dll
Kriteria Tumor Marker
Tumor marker yang ideal secara teoritis memiliki kriteria:
1) memiliki sensitivitas yang tinggi dan negatif palsu yang
rendah
2) memiliki spesifisitas yang tinggi dan positif palsu yang
rendah
3) nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif yang tinggi
4) Akurasi 100% untuk membedakan individu sehat
dengan penderita tumor
5) mampu membedakan neoplastik dan non-neoplastik,
berkorelasi dengan volume dan besarnya tumor
6) mampu memprediksi kekambuhan lebih awal dan
memiliki nilai prognostik
7) detektibilitas klinis yang tinggi pada
stadium awal tumor
8) kadar menunjukkan perkembangan
tumor, tes skrining pada stadium awal
tumor
9) universal marker pada semua tipe kanker
atau spesifik terhadap satu jenis
keganasan saja
10) mudah diperiksa dan mengindikasikan
semua perubahan tumor pada penderita
yang mendapat terapi.
Kegunaan Klinis Tumor Marker

Tumor Marker pada Keganasan Kolorektal

Keganasan kolorektal yang terdeteksi meliputi:


kanker rektum (38%), kanker sigmoid (29%),
kanker saecum (15%0, kolon transfersum dan
fleksura (10%), kolon ascendens (5%) dan
descendens (5%).
Tumor Marker CA Kolorektal

 Beberapa marker untuk keganasan kolorektal


yaitu:
 CEA (Carcinoembryonic Antigen)
 CA 19-9 (Cancer Antigen 19-9)
 CA 242, (Cancer Antigen 242)
 TIMP-1 (tissue inhibitor of metalloproteinase
type 1)
 FOBT (Fecal Occult Blood Testing)
CEA (Carcinoembryonic Antigen)
 CEA tidak dapat dipakai untuk skrining pada
populasi asimptomatik  sensitivitas dan
spesifisitasnya rendah.
 National Academy of Clinical Biochemistry
(NACB) dan American Society of Clinical
Oncology (ASCO) merekomendasikan
pemeriksaan CEA serial setiap 3 bulan pada
pasien kanker kolorektal stadium II atau III
setelah diagnosis  follow up Tx dan
metastase
FOBT (Fecal Occult Blood Testing)

 Pemeriksaan FOBT dapat menggunakan


guaiac test atau fecal immunchemical test
(FIT).
 Guaiac test mengukur aktivitas
pseudoperoksidase heme pada hemoglobin.
 FIT mendeteksi hemoglobin manusia dengan
prinsip imunoassai (kompleks Ag-Ab).
 FIT mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
lebih tinggi dibanding guaiac test.
Tumor Marker pada Kanker Prostat

 Prostate-specific antigen (PSA)


 protease netral berupa rantai tunggal
glikoprotein yang terdiri 240 asam
amino dengan karbohidrat pada side
chain, mempunyai berat molekul 34
kDa.
 PSA terdapat pada sel epitel prostat dan
cairan seminal dalam jumlah besar.
 PSA dalam serum ditemukan dalam 3 bentuk
yaitu:
bentuk terikat dengan α1-antichymotrypsin,
 terikat dengan α2-macroglobulin
 bentuk bebas.
 PSA: antigen spesifik pada jaringan prostat
yang secara imunologi mirip dengan protein
cairan seminal.
 PSA juga meningkat pada benign prostatic
hypertrophi (BPH) yang sering dijumpai
pada laki-laki lanjut usia.
 Endoskopi dan manipulasi terhadap
prostat termasuk tindakan rektal tuse juga
dapat meningkatkan kadar PSA dalam
serum.
 PSA juga meningkat pada prostatitis dan
sehabis ejakulasi.
 Perlu pemeriksaan free PSA
Lanjutan PSA

 Pemeriksaan berkaitan dengan PSA yang lain


sudah diteliti untuk meningkatkan
spesifisitas, yaitu:
PSA density,
PSA velocity,
PSA doubling time,
Percent Free PSA
PSA Density

 PSA Density  hasil bagi antara kadar PSA


serum total dengan volume kelenjar
prostat yang ditentukan dengan transrectal
ultrasonography (TRUS).
 PSA diproduksi di zona transisional kelenjar
prostat  sel kanker memproduksi lebih
banyak PSA per unit volume daripada sel
benigna.
 Nilai cutt off : 0,15.
PSA Velocity
 PSA Velocity dipakai untuk memantau perubahan
PSA dari waktu ke waktu.
 PSA velocity yaitu (PSA2 - PSA1/ waktu 1 tahun) + (
PSA3 – PSA2 / waktu 2 tahun).
 PSA1  pengukuran PSA pertama.
 PSA2 pengukuran PSA kedua.
 PSA3  pengukuran PSA ketiga.
 Pengukuran PSA perlu waktu 2 tahun atau 12-18
bulan untuk mendapatkan nilai maksimal.
 Nilai batas PSA-velocity : 0,75 ng/ml/tahun.
Percent Free PSA

 Fraksi PSA bebas jumlahnya berkisar 10%-


40% dari PSA total.

 Laki-laki dengan benign prostatic


hyperplasia (BPH) memiliki %fPSA yang
lebih tinggi dibanding pasien dengan
kanker prostat.
Percent free PSA

 Pemakaian %fPSA oleh NACB


direkomendasikan sebagai tes tambahan
yang dapat membedakan kanker prostat
dengan BPH  bila dijumpai peningkatan
kadar PSA serum 4-10 µg/L dengan hasil
rektal tuse negatif.

 Free PSA /PSA total <10%  Ca Prostat


Tumor Marker pada Kanker Ovarium

 Kanker ovarium dibagi atas kanker epitelial


dan germinal (sel pendukung sex
cord/stromal).
 90 % kanker ovarium merupakan jenis
epitel, berasal dari permukaan ovarium
(epitelium) dan tuba fallopi.
 Tumor marker untuk kanker ovarium yang
telah banyak diteliti diantaranya: Cancer
Antigen 125 (CA 125), Human epididymis
protein 4 (HE 4), Human kalikrein (hK) family,
Osteopontin, Prostasin, Lysophosphatidic acid,
Tumor-associated trypsin inhibitor, CEA,
Cancer-associated serum antigen, Plasminogen
activator inhibitor-1 (PAI-1) dan PAI-2,
inhibin, human chorionic gonadotropin (hCG).
 namun hanya beberapa yang sudah dipakai
dalam praktek klinik
 Beberapa organisasi di antaranya
European Group on Tumor Markers
(EGTM), The American College of
Physicians, The European Society for
Medical Oncology dan NCCN telah
membuat guidelines pemakaian CA
125 sebagai tumor marker kanker
ovarium.
CA 125 (Cancer Antigen 125)

 Molekul CA125 normal terdapat pada jaringan


ovarium, epitel endometrium, endoservik dan
tuba falopi namun fungsinya masih belum
diketahui.
 CA125 atau Mucin 16 diduga berperan
sebagai barrier lubrikasi melawan partikel
dan bahan infeksius dari luar yang terdapat
pada permukaan sel epitel.
 UK
National Institute for Health and Clinical Ex
cellence
(NICE) bulan April 2011
merekomendasikan wanita dengan gejala
kanker ovarium sebaiknya periksa CA125.

 Tujuannya untuk membantu


mendiagnosis penyakit pada stadium
awal sehingga pengobatan lebih
bermanfaat.
 Kadar CA125 yang turun secara serial
menunjukkan respon terhadap terapi, namun
peningkatan secara serial menunjukkan
tumor yang berkembang.

 Penelitian peningkatan CA125 >25%


secara serial sebanyak >3x pemeriksaan
mempunyai spesifisitas 100%  adanya
perkembangan kanker.
 Wanita yang diketahui menderita kanker
epitel ovarium stadium I  nilai CA125
serum > 35 U/ml (50-60 %).

 Spesifisitasnya kurang baik karena banyak


kelainan ginekologi yang jinak yang
mengalami peningkatan CA125.
Tumor Marker pada Kanker Payudara

 NACB, ASCO, EGTM merekomendasikan


beberapa tumor marker untuk membantu
mendiagnosis maupun monitoring terapi
pada kanker payudara.
 Tumor marker  Estrogen Receptor (ER) dan
Progesteron Receptor (PR), HER-2/neu
(c-erbB-2), CA 15-3, BR27.29 dan CEA.
CA 15-3
 CA 15-3 dan BR 27.29 (CA 27.29) memberikan
informasi klinis yang sama.
 Pemeriksaan ini dapat memprediksi metastase
jauh pada 70 % pasien asimptomatik.
 NACB merekomendasikan kombinasi
pemeriksaan CA 15-3 , BR 27.29 dan radiologi
untuk monitoring kemoterapi pada pasien
kanker payudara stadium lanjut.
 Peningkatan kadar CA 15-3 dan BR 27.29 yang
berlanjut menandakan progressifitas penyakit.
Tumor Marker pada Karsinoma Testis
dan Germ Cell Tumor
 Karsinoma testis hampir 95 % berasal dari
germ cell, yang alinnya dari limfoma, tumor sel
Leydig atau sel Sertoli dan mesotelioma.
 Tumor germ cell diklasifikasikan atas 2 tipe
utama yaitu seminoma dan nonseminomatous
germ cell cancers of testis (NSGCT).
 Tumor germ cell dapat juga berasal dari bagian
ekstragonad, seperti regio sacrococcygeal,
mediastinum dan kelenjar pineal.
 Diagnosis karsinoma testis dikonfirmasi
dengan ultrasonografi.

 Kadar α-fetoprotein (AFP), human


choriogonadotropin (hCG atau βhCG) dan
lactate dehydrogenase (LDH) dalam serum
yang meningkat mencurigakan adanya
karsinoma testis.
 Tumor marker serum berperan dalam
diagnosis, penentuan stadium, dan penilaian
resiko , evaluasi dan respon terhadap terapi
pada deteksi dini maupun kekambuhan.

 LDH dan hCG berperan pada seminoma


sedangkan pada nonseminoma dapat
dijumpai kenaikan satu atau lebih tumor
marker.
 NACB, EGTM, NCCN, merekomendasikan
AFP, hCG dan LDH untuk membantu
diagnosis, penentuan stadium atau
prognosis, deteksi kekambuhan dan
monitoring terapi untuk karsinoma testis.

 AFP juga dapat dipakai untuk menentukan


nonseminomatous germ cell cancers of testis
(NSGCT).
Human chorionic gonadotropin (βhCG)

 Human chorionic gonadotropin (βhCG)


merupakan marker germ cell tumor dan
penyakit trophoblastic.
 HCG: glikoprotein dengan berat molekul 45
kDa, terdiri dari 2 sub unit yaitu rantai alfa (14
kDa) dan rantai beta (12kDa), 3% molekulnya
adalah karbohidrat.
 Sub unit beta menentukan sifat imunologi
spesifisitas hormon.
 HCG disintesis oleh synctiotrophoblast
plasenta selama kehamilan yang puncaknya
pada minggu ke 10-12 kehamilan.
 Kadar dalam serum laki-laki sehat dan wanita
tidak hamil yaitu 5 IU/ml dan pada wanita
post menopause <10 IU/ml.
 HCG  marker koriokarsinoma gonad
(testis dan ovarium) dan ekstragonad.
 Sensitivitas hCG pada Mola hidatidosa 100
%.
Alfa Feto Protein (AFP)
 AFP bernilai klinis membantu diagnosis,
prognosis dan monitoring hepatocellular
carcinoma (HCC), hepatoblastoma, germ
cell tumor ovary dan ekstragonad.
 Kadar AFP > 500 ng/ml dijumpai pada 60%-
90% penderita HCC.
 Pemeriksaan AFP serial  membedakan
keadaan malignansi, AFP meningkat secara
progressif menunjukkan perubahan ke arah
malignansi.
Tumor Marker pada Kanker Paru
 Kanker paru  tumor ganas berasal dari epitel
bronkus atau karsinoma bronkus.
 Berdasarkan histologinya kanker paru terbagi
dua menjadi small cell lung cancer (SCLC) dan
nonsmall cell lung cancer (NSCLC) dengan
perbandingan sekitar 20 % dan 80 %.
 NSCLC terdiri dari beberapa subtipe dengan
yang paling sering yaitu squamous cell
carcinoma, adenocarcinoma, dan large cell
carcinoma .
 National Academy of Clinical Biochemistry
(NACB) penanda tumor yang bermanfaat
untuk kanker paru yaitu:
Carcinoembryonic Antigen (CEA)
fragmen Cytokeratin 19 (CYFRA 21-1)
Neuron specific Enolase (NSE)
Progastrin Releasing Peptide (Pro-GRP)
 Squamous Cell carcinoma Antigen (SCC-Ag)
CYFRA 21-1

 Kadar CYFRA 21-1 yang paling tinggi


ditemukan pada kanker paru, terutama pada
NSCLC.
 CYFRA 21-1  penanda tumor pada kanker
paru yang paling sensitif dengan kadar
paling tinggi jika dibandingkan dengan
penanda tumor yang lain, pada squamous
tumor.
 Cyfra 21-1 :
Dapat membantu diagnosis Non Small Cell
Lung Ca (NSCLC) termasuk
adenocarcinoma,Squamous cell Ca (SCC) dan
Large cell carcinoma

 Neuron Specific Enolase (NSE) :


Untuk membantu diagnosis Small cell Lung
Carcinoma

 CYFRA 21-1 dan NSE  dipakai untuk


membedakan SCLC dan NSCLC
 CYFRA 21-1 dapat digunakan sebagai
monitor ing terapi pada NSCLC stadium
lanjut dan dapat digunakan untuk
memperkirakan terjadinya kekambuhan.

 Nilai CYFRA 21-1 secara bermakna


dipengaruhi oleh gagal ginjal  hasil yang
lebih tinggi.
Karsinoma Nasofaring
 Kanker nasofaring (KNF) merupakan
keganasan epitelial dengan insiden tersering
pada traktus aerodigestif bagian atas.

 Gejala-gejala awal yang muncul tidak spesifik


seperti gangguan pendengaran, ingus
bercampur darah dan hidung tersumbat
bahkan ada yang tanpa gejala sama sekali.
Infeksi Eipstein Barr Virus (EBV)

 EBV menginfeksi sebagian hampir 90%


populasi dunia dan ditengarai berkorelasi
positif dengan keganasan, termasuk
karsinoma nasofaring.
 NPC (nasopharyngeal carcinoma) WHO III
berkorelasi hampir 100% dengan infeksi
EBV.
Tumor Marker KNF
 Ig A anti Viral Capsid Antigen (VCA), Ig A
anti Early Antigen (EA), dan Ig A anti
Eipstein Barr Nucleic Antigen-1 (EBNA-1)
dapat dipakai sebagai tumor marker pada
KNF.
 Pemeriksaan biopsi maupun radiologi masih
merupakan pemeriksaan utama untuk
mendiagnosis dan monitoring terapi pasien
KNF.
% HPV +
% in biopsy/ Cervical swab
100

90

80

70
% HPV type in Cervical 60

Ca 50

40

30

15.7% 20

10

10.0% 38.6% Normal Ascus NIS 1 NIS 2 NIS 3 Ca Cervix

HPV 16
HPV 18
17.1% HPV 52 Data
HPV 45 Dharmais Cancer Hospital
Others 2009-2010
18.6%
IDENTIFY HIGH RISK GROUP
HPV-DNA TEST
NEGATIVE CYTOLOGY

POSITIVE

FOLLOW UP DNA-HPV GENOTYPING

HPV 16-18 (+) HPV 16-18 (-)


COLPOSCOPY FOLLOW UP

GUIDELINE ASCCP 2009


Thank you

Anda mungkin juga menyukai