Anda di halaman 1dari 36

Dasar-Dasar Interpretasi Hasil

Pemeriksaan Laboratorium Klinik

Dr. Adang Muhammad M.Kes SpPK


Patologi Klinik/Laboratorium klinik

 Ilmu yang mempelajari pemeriksaan spesimen dari


pasien (darah, urin, cairan otak, cairan sendi, feses
dll)
→untuk kepentingan penyaring, menunjang
penentuan diagnosis penyakit, monitoring serta
prognosis
(bersama dengan anamnesis, pemeriksaan fisik
maupun tes penunjang lainnya)
.
Tujuan pemeriksaan /tes laboratorium
klinik

 Penyaring
 Diagnostik
 Monitoring
 Prognostik
Penyaring (screening)

 Menyaring berbagai penyakit dan


mengarahkan pada tes tertentu lebih lanjut
 Menyaring berbagai penyakit yang dapat
terjadi pada populasi yang dianggap sehat
atau asimptomatik
 Menyaring /seleksi donor darah
 Keperluan general check up
Diagnostik

 Menegakkan/memastikan diagnosis suatu


penyakit
 Menyingkirkan diagnosis banding yang dicurigai
 Menentukan tahap/beratnya penyakit
 Menentukan terapi

(suspect, probable dan confirmed)


Kategori Dx

 Suspect ( curiga) : melalui anamnesa dan


pemeriksaan fisik

 Probable ( diduga) : melalui hsl


laboratorium/penunjang yang tidak spesifik

 Confirmed ( di”pasti”kan) : melalui tes yang


spesifik
Monitoring

 Memonitor efektifitas terapi


 Mengikuti perkembangan penyakit
Prognostik

 Membantu memprediksi atau menentukan


kelanjutan penyakit pasien (prediktor
prognosis)
Jenis data laboratorium

 Kualitatif
– Positip atau negatif
– misal tes kehamilan +/-
 Semikuantitatif
– Derajat kepositipan
– misal kadar glukosa urin +++
 Kuantitatif
– Data angka
– misal kadar Hemoglobin: 14 gr%
Tahap pemeriksaan

Agar hasil laboratorium sesuai dengan


keadaan yang sebenarnya (akurat), perlu
diperhatikan semua tahap pemeriksaan
meliputi:
 Pra analitik
 Analitik
 Pasca analitik
TAHAPAN
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PRA-ANALITIK

ANALITIK

PASCA ANALITIK
PERSIAPAN PASIEN
REGISTRASI
PENGAMBILAN MATERIAL/SPESIMEN
TRANSPORTASI
SENTRIFUGASI
DISTRIBUSI
PERSIAPAN SPESIMEN
Pengaruh Pra analitik

 Kesalahan dalam pengambilan maupun


penanganan material klinik, menjadi sebab
kesalahan HASIL PEMERIKSAAN
 KESALAHAN DIAGNOSA maupun TERAPI
YANG PERLU DIPERHATIKAN
PADA PERSIAPAN PASIEN

 PENGARUH OBAT - OBATAN


 VARIASI DIURNAL/ SIKLIK
 PUASA / TIDAK PUASA
 LATIHAN FISIK
 POSISI TUBUH
 KECEMASAN
 KEHAMILAN
YANG PERLU DIPERHATIKAN
SAAT REGISTRASI

 IDENTITAS PASIEN
 NAMA & ALAMAT DOKTER PENGIRIM
 TGL/ WAKTU PENGAMBILAN
 JENIS PEMERIKSAAN
 KETERANGAN KLINIS
 TGL/ WAKTU DAN JENIS SPESIMEN
 TGL/ WAKTU SPESIMEN DITERIMA DI LAB
 NAMA PETUGAS
 Jenis spesimen yang dibutuhkan
 Antikoagulan yg digunakan
 Waktu pengambilan spesimen
 Volume spesimen
 Cara pengambilan spesimen
 Peralatan untuk pengambilan spesimen
 Wadah spesimen
TAHAP ANALITIK
 Metode pemeriksaan spesimen
 Kualitas : Alat dan bahan reagen
 Kualitas kontrol alat
 Petugas profesional
 Situasi Ruangan dan Lingkungan
pemeriksaan (biosafety)
Penampilan analitik pemeriksaan laboratorium
 Akurasi (ketepatan)
kedekatan dengan nilai sebenarnya
 Presisi (ketelitian)
kedekatan pada pemeriksaan berulang

 Sensitivitas analitik (kepekaan)


Kemampuan mendeteksi/menentukan substansi pada kadar terkecil
(batas kadar terendah dari suatu analit (zat yang diperiksa) yang
dapat dideteksi dengan metode tertentu)

 Spesifisitas analitik (ke-khasan)


kemampuan mendeteksi substansi tertentu, tidak menentukan
substansi yang lain (batas adanya gangguan zat-zat lain pada
pemeriksaan (ikut terdeteksi).

Catatan: Bedakan dengan sensitivitas dan spesifisitas diagnostik


Sensitivitas dan Spesifisitas diagnostik
(kepentingan epidemiologi atau klinis)
 Sensitivitas adalah kemampuan suatu test
menentukan hasil positif pada orang-orang yang
benar sakit. Uji sensitivitas yang baik perlu di uji
pada orang-orang yang sakit berdasarkan gold
standar.
 Spesifisitas adalah kemampuan suatu tes
menetapkan hasil negatif (-). terhadap suatu
kelompok populasi sehat ( atau berdasar gold
standar hasilnya negatif)
Rumus
Sensitivitas: TP / (TP + FN)

Spesifisitas: TN / (TN + FP)


Sekedar contoh simulasi
  Tes PCR /RNA
Tes (Gold Standard)
Skrining
Positip Negatif

Tes RAPID Positip 60 20


(antibodi) Negatif 40 80
Jumlah 100 100

SENSITIVITAS DIAGNOSTIK Rapid test = 60/100 = 60%


SPESIFISITAS DIAGNOSTIK Rapid test = 80/100 = 80%
VALIDASI HASIL PEMERIKSAAN

PENCETAKAN HASIL PEMERIKSAAN

DISTRIBUSI HASIL PEMERIKSAAN

INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN


Pemantapan mutu (quality assurance)
laboratorium
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
• Dilakukan di lab sendiri (harian)
• Gunakan serum kontrol
• Dinilai akurasi dan presisi sendiri

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


• Gunakan serum/spesimen luar (dikirim oleh
institusi penyelenggara)
• Hasil dikirim ke penyelenggara
• Dinilai akurasi-presisi dan dibandingkan
dengan lab lain
Nilai Rujukan (“Normal”)
 Nilai rujukan atau sering dianggap sbg nilai
“normal”
 Nilai ini umumnya mrpk suatu interval rujukan dg
2 batasan tertentu
 Nilai rujukan biasanya diperoleh dg menganalisa
hsl pemeriksaan dr kelompok orang yg ”sehat” &
dianggap normal
 Setiap laboratorium memerlukan adanya nilai²
rujukan atau “normal” utk tiap parameter sbg
pembanding dari hsl px-an yg dilakukannya
 Nilai rujukan bisa berasal dari kit reagensia atau
text book maupun penelitian di luar negeri

 Nilai rujukan dr kit blm tentu sesuai dg kondisi


populasi dimana laboratoium tsb berada & bila
angka tsb digunakan sbg pembanding hsl dari si-
penderita tentu sgt mempengaruhi proses
penanganan penderita tsb oleh klinisi

 Ideal → menentukan nilai rujukannya sendiri


sesuai dg tempat/kondisi masing-masing
Nilai rujukan diperoleh dari:

 Sekelompok kecil org yg dianggap dpt


mewakili suatu populasi yg memenuhi kriteria
tertentu
 Kelompok org tsb dpt mrpkn kelompok yg
dianggap normal atau kelompok tsb dari
populasi yg sebenarnya sec endemis memp
kelainan atau kriteria tertentu
Nilai rujukan diperoleh dari:

 Secara statistik jml sampel populasi 20-40 org sdh


dpt digunakan dlm menentukan suatu nilai rujukan
 Pemilihan subjek sebaiknya memakai cara sampling
random sederhana atau yg setara
 Validitas dari nilai rujukan yg diperoleh sgt
tergantung dari pemilihan populasi yg mewakili
kondisi tertentu dg tdk lupa mengurangi variasi yg
mungkin ada pd setiap langkah analisa
Penetapan diagnosis
 Diagnosis fungsional
– Adanya fungsi faal yang terganggu atau
dekompensasi
– Manifestasinya berupa keluhan/gejala maupun
tanda
 Diagnosis organ
– Kelainan organik
– Menyangkut satu organ atau lebih bahkan
sistemik
 Diagnosis etiologi
– Merupakan penyebab (agen)
Contoh diagnosis
 Diagnosis fungsional
– Observasi febris,

 Diagnosis organ
– Hepatitis

 Diagnosis etiologi
– Virus Hepatitis B
Misal pendekatan klinis
laboratoris/penunjang pada kasus
demam
 Anamnesa
– Karakteristik demam
– Gejala sistem /organ
 Pemeriksaan fisik
– Pelacakan pada organ (tanda2 inflamasi/infeksi)
 Pemeriksaan penunjang
– Laboratorium
 Rutin ( darah/urin rutin
 Khusus ( IgM/IgG, HBsAg, Malaria, dll)
– Lain2 (mis: x-photo, USG, CT-Scan,
Jenis tes laboratorium

 Tes Rutin
– Dilakukan pada seluruh pasien tanpa indikasi khusus
– Tujuan (umumnya) utk penyaring dan mengetahui status
kesehatan secara umum
– Tidak spesifik
 Tes khusus
– Indikasi diagnostik (indikasi tertentu)
– spesifik
Jazakumullah
khoiron katsiro

Anda mungkin juga menyukai