Anda di halaman 1dari 49

Patofisiologi adalah ilmu yang

mempelajari mengenai fungsi-


fungsi tubuh yang mengalami
gangguan atau fungsi-fungsi yang
berubah akibat proses penyakit
PATOFISIOLOGI

Terdiri dari 2 kata :


- Patologi
- fisiologi

Patologi adalah ilmu mengenai penyakit

Fisiologi adalah ilmu tentang fungsi tubuh


yang normal
PATOFISIOLOGI

Penyakit adalah suatu kondisi


abnormal yang menyebabkan
hilangnya kondisi normal yang
sehat.

Ditandai oleh tanda dan


gejala, perubahan secara
spesifik oleh gambaran yang
jelas morfologi dan fungsi.
PATOLOGI

• Bahasaa Yunani
•Pathos  emosi, gairah, menderita
•Ogia (ology)  studi

• Patologi  studi penderitaan  ilmu penyakit

• Pengertian patologi ad/ sebuah studi atau


ilmu yg mempelajari tentang penyakit.
Ahli patologi  seorang dokter yg
mengkhususkan diri dlm
mendiagnosis penyakit, meneliti
penyebab penyakit, bagaimana
penyakit menyebar & berkembang
dan bagaimana penyakit tsb
memberi pengaruh pd tubuh.
Tes darah Biopsi Tes Urin

Dianalisis o/ ahli patologi unt


membantu menentukan tindakan
selanjutnya dlm rencana pemberian
terapi & perawatan pasien.
Pengujian sampel cairan & jar. Tubuh melalui tes Lab.
Bertujuan unt :
• Membuat & menkonfirmasi diagnosis
• Pengesampingan diagnosa
• Membantu menentukan rencana pengobatan
• Monitoring penyakit & bagaimana respon pengobatan
• Monitoring penyakit & faktor risiko
PATOLOGI

Patologi Klinik Patologi Anatomi


Ad/ studi Px melalui evaluasi Ad/ ilmu yg mempelajari Px dgn
proses biokimia tubuh seperti memeriksa sampel jaringan yg
produksi hormon, enzim & zat diperoleh melalui pembedahan/
lainnya. autopsi dr bagian2 tertentu tubuh.
Sampel : darah, urin & cairan Ber7an  membantu menentukan
tubuh lainnya. penyebab & efek dr Px tertentu
ILMU PATOLOGI KLINIK
Ad/ bagian dr ilmu kedokteran yg mempelajari aspek2
pemeriksaan laboratorium secara menyeluruh, baik
teknis pemeriksaan maupun interpretasi hasil
pemeriksaan Lab, terhadap bahan yg berasal dr
manusia dgn tujuan membantu dokter klinik dlm
menegakkan Dx, pemantauan hasil terapi &
perjalanan Px dlm upaya :

 Peningkatan derajat kesehatan (promotif)


 Pencegahan Px (preventif)
 Penyembuhan penyakit (kuratif)
 Pemulihan Px (rehabilitatif)
TUJUAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
• Menegakkan diagnosis
• Membantu menentukan beratnya penyakit
• Mengikuti perjalanan penyakit
• Perkiraan prognosis
• Menimbang gangguan fisiologi akibat penyakit
JENIS PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Menurut bidang dlm patologi klinik
• Menurut patofisiologi
• Menurut sifat pemeriksaan
JENIS PEMERIKSAAN MENURUT BIDANG

• Hematologi  kadar Hb, jumlah leukosit, jumlah eritrosit, jumlah


trombosit dll.

• Hemostasis  pemeriksaan faktor pembekuan darah

• Kimia klinik  pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dll.


( prinsip pemeriksaan berdasarkan reaksi kimia)

• Imunoserologi  (prinsip pemeriksaan berdasarkan reaksi imunologi)

• Analisa urin (urinalisa) & cairan tubuh lainnya

• Analisa tinja

• Bank darah, diagnostik molekuler, dll


MENURUT PATOFISIOLOGI :

Metabolisme  karbohidrat, lipid, protein


Faal hati, ginjal, lambung, usus, pankreas, thyroid
Kelainan kongenital
Petanda radang
Petanda tumor
Gangguan hormon
Lain-lain
MENURUT SIFAT PEMERIKSAAN :
Rutin  sederhana

Pelengkap

Khusus

SITO  Point of Care Test (POCT), Near Patient test


PEMERIKSAAN SITO DGN ALASAN KEGAWATAN
MEDIK :
 Analisa gas darah untuk menentukan status asam basa &
gangguan metabolisme
 Hematologi : kadar Hb, hitung trombosit
 Koagulasi/hemostasis
 Glukosa darah  koma diabetikum
 Ureum, kreatinin  pemantauan fungsi ginjal
 Enzim CK, CK-MB  kegawatan jantung
 Bilirubin  pada bayi
CARA PELAPORAN HASIL ANALISIS LAB. DPT
BERUPA :

 Kuantitatif : g/dL, g/L, mEq/L, gr/24j


 Semikuantitatif : +, ++, +++, ++++
 Kualitatif : positif (+) = ada;
 negatif (-) = tidak ada.
 Pemilihan pemeriksaan Lab.  harus berdasarkan
indikasi.
BAHAN PEMERIKSAAN (SPESIMEN) YG DIGUNAKAN :
 Darah
 Urin
 Sputum / dahak
 Pus / nanah
 Cairan lambung
 Sperma
 Cairan otak dsb.

Spesimen akan diperiksa dgn metode tertentu unt


mendapatkan data objektif.
Diagnosa

Subyektif  keluhan
pasien

Obyektif  temuan fisik saat


pemeriksaan/pengukuran
Semakin banyak data obyektif yg didapatkan baik melalui
pemeriksaan fisik & penunjang, semakin baik pula seorang
tenaga kesehatan menganalisa status/keadaan kesehatan
pasien.

Anamnesis dpt membantu penegakkan diagnosa dgn akurasi


80%

Pemeriksaan fisik akan memberikan data2 obyektif yg ada unt


mengarahkan dokter menegakkan diagnosa.

Pd beberapa kasus, dokter memerlukan pemeriksaan penunjang


unt konfirmasi temuan data2 (anamnesis) agar diagnosa yg
dibuat lebih terarah.
Jika diagnosa tepat  rancangan terapi juga akan tepat 
permasalahan yg ada dpt diselesaikan dgn baik.

Peranan PK penting dlm membantu dokter menegakkan


diagnosa  terutama beberapa penyakit tertentu yg
diagnosa pastinya ditentukan secara lab.

PK membantu pemantauan perjalanan penyakit (prognosa) 


pemeriksaan lab sbg kontrol/evaluasi.

Obat dpt memberikan efek toksik bagi tubuh penderita 


pengukuran lab membantu mengukur atau menjaga
kemungkinan toksik obat.
• Menyaring b’bagai Px & mengarahkan tes ke Px
tertentu mis. Dgn urinalisis ditemukan & urobilin +
yg berarti ikterus (jaundice), maka tes selanjutnya
ad/ unt melihat gangguan faal hati.
• Menegakkan/ menyingkirkan Dx mis. Anemia, malaria, tbc,
DM.
• Memastikan Dx dr Dx dugaan, mis. Tifoid, hepatitis B, HIV.
• MenDx/menyingkirkan dr Dx diferensial (Dx banding) mis.
Pasien dgn panas bs berasal dr tifoid, malaria, DBD dll.
• Menentukan beratnya Px. Mis. Hepatitis, ISK
• Menentukan tahap Px mis. Px kronik : TBC paru, sirosis
hepatis.
• Menyaring Px dlm seleksi calon donor darah.
• Membantu menentukan rawat inap
mis. Observasi tifoid, observasi
leukemia.
• Membantu dlm menentukan
Tx/pengelolaan & pengendalian Px
mis. Leukemia, DM.
• Membantu ketepatan Tx mis. Tes
kepekaan kuman terhadap
antimikroba.
• Membantu ketepatan Tx mis. Tes
HbA pd DM, tes widal pd tifoid.
• Menghindari kesalahan Tx &
pemborosan obat, setelah
ditemukan diagnosis.
• Membantu mengikuti perjalanan Px,
mis. DM, hepatitis.
• Membantu menentukan pemulangan
pasien rawat inap, mis. Bila hasil tes2
Lab kembali normal.
• Memprediksi/ menentukan prognosis
Px mis. Dislipidemia dgn Px jantung
koroner, kanker dgn kematian.
• Membantu dlm bidang kedokteran
kehakiman (forensik) mis. Tes unt
membuktikan perkosaan & keracunan.
• Mengetahui status kesehatan secara
umum (general check-up)
Efektivitas Tes Lab.
Teliti
Tepat
Sensitif
Spesifik
Tdk mahal
Dpt membedakan pasien dgn org normal

Namun karena keterbatasan pengetahuan,


teknologi dan biaya, keadaan ideal tersebut tak
selalu terpenuhi.
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Presisi atau teliti berarti kemampuan untuk
mendapatkan nilai yang hampir sama pada tes
berulang-ulang dengan metode yang sama, namun
teliti belum tentu akurat.

 Akurat atau tepat berarti kemampuan untuk


mendapatkan nilai benar yang diinginkan, tetapi
untuk mencapainya mungkin membutuhkan
waktu yang lama dan mahal.

 Cepat berarti tidak memerlukan waktu lama dan


lekas diketahui oleh dokter yang merawat.
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Sensitif berarti kemampuan menentukan substansi pada kadar terkecil
yang diperiksa.

 Tes dengan sensitifitas tinggi sangat dipilih namun karena nilai


normalnya sangat rendah misalnya enzim dan hormon atau tinggi
misalnya darah samar, dalam klinik lebih dipilih tes yang dapat
menentukan nilai abnormal.

 Misalnya guajac test untuk menentukan darah samar dalam faeces


lebih dipilih daripada benzidin atau ortotolidin tes yang lebih sensitif.
Dalam keadaan normal kedua tes terakhir dapat positif karena ±3 cc
darah samar terdapat dalam faeces, sedang tes yang pertama positif
dalam keadaan abnormal saja.

 Tes laju endap darah dan CRP sensitif untuk perubahan abnormal
tetapi tidak spesifik untuk penyakit tertentu.
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada
penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain
 misalnya TPHA (Treponema Pallidum Hemaglutination Assay).
 Secara teoritis spesifitas sebaiknya 100% hingga tak ada positif
palsu.
 Contoh tes sputum untuk diagnosis tuberkulosis dengan
pewarnaan Ziehl Nielsen, biakan Lowenstein Jensen dan
Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk tbc paru spesifisitasnya
100% tetapi sensitivitasnya misalnya berturut-turut adalah ±70%,
100% dan 98%.
 Tes yang baik ialah bila spesifisitas dan sensitivitasnya 100% atau
mendekati 100%.

 Tidak mahal dan tidak sulit artinya dapat dimanfaatkan oleh


banyak laboratorium dan orang / penderita yang memerlukan tes
laboratorium.
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Pada umumnya untuk tes saring diperlukan tes sensitif, cepat dan
tidak mahal, sedangkan untuk diagnosis pasti diperlukan tes
spesifik yang biasanya lebih mahal.

 Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis


akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan, baik untuk diagnosis,
terapi maupun lama rawat inap.

 Prosedur dan metode tes laboratorium harus baku dan benar hasilnya.

 Tes baru dan hasil tes segera dikomunikasikan kepada dokter pelanggan.

 Hasil tes dapat dipengaruhi oleh terapi, makanan dan minuman, kegiatan
fisik atau perubahan pola hidup sebelum tes.

 Tes laboratorium adalah penunjang dan atau penentu diagnosis di


samping anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi, EKG, EEG dan
pemeriksaan khusus lainnya.
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Tes laboratorium memerlukan kontrol kualitas baik intralab,
interlab, maupun ekstralab.

 Program kontrol kualitas dalam laboratorium (intralab) 


program pemantapan mutu  pengecekan dengan nilai baku
penggunaan metode, alat, reagen dan prosedur yang benar
unt melihat  ketelitian, keakuratan, sensitifitas dan spesifisitas
pemeriksaan hingga menghasilkan hasil yang secara klinis dapat
dipercaya.

 Program kontrol kualitas interlab dapat dilakukan antar


laboratorium dan ekstralab yaitu program pemantapan mutu
yang dikoordinasikan oleh Departemen Kesehatan atau
Perkumpulan Profesi, misalnya Perhimpunan Dokter Spesialis
Patologi Klinik sehingga hasil-hasil laboratorium tersebut dapat
dipercaya kebenarannya.
30
EFEKTIVITAS TES LAB.
 Tes laboratorium memerlukan kontrol kualitas baik intralab,
interlab, maupun ekstralab.

 Hasil yang baik juga menunjukkan mutu laboratorium


tersebut baik, termasuk semua yang berkaitan dengan tes
yaitu dokter, teknisi, metode, reagensia, peralatan dan
sarana lainnya.

 Di pihak lain mutu laboratorium klinik yang baik akan


menunjukkan kepercayaan dokter tehadap hasil tes
laboratorium tersebut.

31
TES SARING (SCREENING TEST)
Ad/ tes untuk menyaring ada atau tidak adanya
penyakit yang biasanya hasilnya cepat, sensitif dan
tidak mahal.

Contoh tes saring :


 Urinalisis untuk menyaring diabetes melitus, ikterus dan infeksi
saluran kemih.

 Kadar glukosa sewaktu tinggi mungkin diabetes melitus, sesudah


makan (hiperglikemia alimenter), hipertiroidisme atau sindrom
Cushing.

 Tes laju endap darah, Hb, jumlah eritrosit, lekosit, trombosit,


waktu perdarahan adalah contoh tes hematologi untuk
menyaring adanya kelainan hematologi misalnya perubahan
jumlah komponen darah yang mengarah ke infeksi atau radang.
TES SARING GANDA
Ad/ kelompok tes untuk menyaring ada atau tidak adanya
penyakit
misalnya pemeriksaan darah lengkap dengan Cobas Micros,
urinalisis dengan Miditron dan beberapa parameter kimia
seperti glukosa, kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserid
dengan Cobas Mira.
 Contoh tes saring :
 Menentukan kesehatan umum atau status kesehatan.
 Penyaring penyakit, kadang-kadang sekaligus sebagai
diagnosis misalnya dengan Technicon, Cobas atau Coulter
untuk leukemia dan anemia.
 Memonitor pengobatan.
 Memilih tes laboratorium lainnya untuk didiagnosis.
 Menentukan nilai normal pada suatu populasi.
TES DIAGNOSIS
Ad/ tes yang hasilnya menentukan penyakit
misalnya FTA Abs (Fluorescence Treponema
Antibody Absorbence) untuk syphilis, telur
ankylostoma untuk ankylostomiasis.

Tes diagnosis harus tinggi spesifisitasnya namun perlu


evaluasi klinik misalnya ankylostomiasis mungkin
disertai anemia berat atau ringan.
1. Mempunyai spesifisitas tinggi, misalnya
tes darah tebal untuk parasit malaria.

2. Dapat dilakukan beberapa tes misalnya


glukosa darah dan tes toleransi glukosa
untuk diabetes melitus.

Untuk efektivitas pelayanan laboratorium agar hasilnya


cepat, teliti dan akurat perlu ada persiapan, yaitu:
Untuk persiapan prates
prinsipnya menyiapkan yang
akan diperiksa dalam keadaan
yang tepat.

Pasien atau orang yang akan diperiksa


diberitahu secara jelas agar hasil tes
laboratorium nanti teliti dan akurat antara
lain:
Untuk tes laboratorium pada waktu puasa berarti pasien tak boleh
makan misalnya mulai jam 7 malam sampai jam 7 pagi pada waktu
diambil spesimennya misalnya darah, urin dan lain sebagainya.

Untuk tes laboratorium sewaktu berarti spesimen dapat diambil


kapan saja.

Untuk tes laboratorium postprandial berarti pasien harus makan


dulu seperti biasa dan lebih jelas diberitahukan waktunya
misalnya post prandial 1 jam atau 2 jam.

Untuk tes urin 24 jam misalnya urin jam 7 pagi dibuang, lalu sampai
jam 7 pagi hari berikutnya dikumpulkan.
Untuk spesimen yang tidak langsung diperiksa, penanganannya
harus baik, tidak rusak dalam transportasi dan penyimpanannya
baik misalnya dalam pendingin atau dengan bahan pengawet.
Hal ini di luar jangkauan laboratorium pemeriksa, namun bila hasil
tes tak baik sering yang disalahkan laboratoriumnya saja.
Karena itu pada waktu penyerahan spesimen ke laboratorium harus
disertai penjelasan tentang penanganan, transportasi dan
penyimpanan spesimen tersebut.

Untuk spesimen yang dikirimkan, kecuali persyaratan tersebut di atas


dipenuhi, persyaratan lainpun harus benar yaitu nama pasien, umur, jenis
kelamin, bangsal, dokter yang mengirim, jenis tes yang diminta, tanggal,
jam pengambilan spesimen dan keterangan khusus lainnya.
Untuk keterangan khusus lainnya yang dapat mengganggu hasil
tes antara lain bagi peminum alkohol dapat menaikkan nilai
asam urat, laktat, trigliserid, kolesterol HDL, CGT, MCV.
• Bagi perokok berat dapat menaikkan nilai karboksi Hb, jumlah eritrosit, lekosit,
MCV, katekolamin dan kortisol.

• Bagi peminum kopi berat dapat menaikkan nilai asam lemak bebas

• Demikian pula obat yang digunakan pasien dapat mengganggu nilai tes
misalnya asam amino, salisilat, alopurinol, obat anabolik dan androgen dapat
menaikkan nilai bilirubin serum dan bilirubinuri.

• Penggunaan tourniket terlalu lama dapat menaikkan nilai laktat, enzim, protein,
kolesterol, trigliserid dan kalsium. Stres juga dapat menaikkan jumlah lekosit,
laktat dan asam lemak bebas.
2. PERSIAPAN TES LABORATORIUM /
PERSIAPAN TES ANALITIK

Persiapan ini merupakan tugas laboratorium setiap pagi


dan setiap saat bagi laboratorium yang bertugas 24
jam hingga setiap ada spesimen datang, siap diperiksa.
Hal ini meliputi antara lain:

A. Persiapan alat pengambil dan wadah spesimen, vacutainer


atau semprit steril, hemolet atau vaccinostyle, botol steril
untuk pemeriksaan mikrobiologi, botol EDTA, heparin,
fluorida dan lain-lain. Warna penutup wadah
menunjukkan antikoagulan yang dipakai.

B. Petugas yang mahir dan mengerti dalam pengambilan


spesimen sehingga dapat meyakinkan pasien.
C. Ketepatan pengambilan spesimen. Pada umumnya pengambilan spesimen
dilakukan pada pagi hari, pada waktu petugas (analis, teknisi dan dokter)
dalam tugas. Hal lain yang perlu mendapat perhatian antara lain:

 Pada umumnya spesimen diambil pada keadaan puasa yaitu sedikitnya


4 jam tidak makan, kecuali ada permintaan khusus.
 Tes post prandial artinya spesimen diambil sesudah makan seperti biasa 1
jam atau 2 jam.
 Tes darah untuk malaria diambil pada waktu pasien panas tinggi.
 Tes darah tebal atau cara konsentrasi untuk filaria diambil pada waktu
malam.
 Tes enzim jantung untuk infark myocard dilakukan tiga hari sampai lima
hari berturut-turut.
 Perlakuan khusus untuk tes toleransi glukosa, aspirasi sumsum tulang.
 Tes biakan mikroorganisme harus diambil dan dilaksanakan serba steril.
 Tes analisis semen, sesudah abstinensia 3-5 hari.
 Pemrosesan spesimen, misalnya untuk mendapatkan serum dengan
cepat, darah mesti disentrifus dalam 1 jam setelah pengambilan darah.
Bila lebih dari 2 jambaru disentrifus, dapat menyebabkan perubahan
nilai seperti glukosa, kalium, fosfor, kreatinin SGOT / SGPT.
D. Persiapan alat atau instrumen untuk pemeriksaan misalnya cell-
counter untuk hematologi, urine analyzer, fotometer, autoanalyzer
yang telah distandarisasi dan aliran listrik yang stabil.

E. Analisis dan petugas laboratorium yang telah mahir


mengoperasionalkan instrumen yang telah distandarisasi dan siap
tugas.

F. Pedoman metode tes yang selalu tersedia bila diperlukan.

G. Keadaan lingkungan pemeriksaan.


Keadaan ruang yang terang dan sejuk akan membuat petugas
merasa nyaman dan tahan bekerja. Bekerja dengan instrumen sesuai
dengan temperatur yang diperlukan. Demikian pula aliran listrik, air
dan gas tidak mengganggu jalannya pemeriksaan.
Tahap ini memerlukan ketelitian pada
penggunaan spesimen, reagensia,
peralatan dan pengukuran.

1. Spesimen misalnya serum untuk tes


kuantitatif harus diukur tepat misalnya
dengan pipet ukur otomatik.

2. Reagensia berkualitas yang dipakai untuk analisis


tidak kadaluarsa dan memenuhi standar yang dapat
dilihat pada labelnya misalnya ACS (American
Chemical Society), USP (United States
Pharmacopea) atau NF (National Formulary).

Reagensia yang sensitif terhadap sinar harus


ditempatkan dalam botol gelap.
Beberapa reagensia harus disimpan di lemari es.
3. Air untuk analisis harus aquadestilata. Dibedakan dalam tiga tipe yaitu:
• Tipe I aquades maksimum murni untuk:
a) Pembuatan larutan baku.
b) Analisis kimia ultra mikro.
c) Untuk kultur sel atau jaringan.
• Tipe II aquades untuk tes kimia, hematologi, mikrobiologi,
immunologi dan sebagainya.
• Tipe III aquades untuk tes kualitatif.
4. Penggunaan alat mulai pipet, pipet ukur otomatik, tabung reaksi
sampai peralatan canggih harus memenuhi baku mutu.

5. Analisis sesuai dengan pedoman dan dilakukan pada suhu


tertentu.

6. Kalkulasi hasil dan pelaporannya disesuaikan dengan


pedoman
Tes dengan hasil yang cepat,
teliti dan akurat sangat
diharapkan oleh semua pihak,
antara lain:

 Analis yang selesai memeriksa segera menyerahkan


hasil pemeriksaan.

 Dokter atau Dokter Spesialis Patologi Klinik


penanggung jawab sub bagian segera memeriksa,
menginterpretasi, menandatangani sebelum hasil
dikirim ke bangsal atau ke dokter yang mengirim.
 Bila ada hasil yang tidak sesuai berdasar diagnosis
sementara oleh dokter pengirim, sebaiknya segera ada
komunikasi antara dokter di laboratorium dan dokter
pengirim.
Di sinilah perlunya penulisan diagnosis sementara oleh
dokter pengirim hingga bila ada ketidakcocokan hasil,
segera diadakan komunikasi untuk perbaikan dan tidak
saling menyalahkan.

 Untuk efektivitas diagnosis, dapat dilakukan tes penunjang


diagnosis lainnya misalnya foto rontgen, EKG, EEC, USG,
biopsi, endoskopi, angiografi dan sebagainya sesuai dengan
keperluan diagnosis.
Di sini diperlukan kerjasama tim untuk diagnosis yang tepat yang menjadi pedoman
terapi yang tepat misalnya dengan komunikasi per telpon atau pertemuan klinik-
patologi untuk perbaikan efektivitas dan kualitas pelayanan kesehatan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai