Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT LEUKIMIA

DOSEN PENGAMPUH

Ns. Dina Fithriana, M.Si,Med

KELOMPOK 8 :

 IKHSAN ANDI RAHMAN

 BUDIMAN

 AILDA DESLIANA

 NURFATANAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang
berjudul “Leukemia” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KMB.

Dalam penulisan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

 
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..........................................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN

A.      Latar Balakang.....................................................................................................


B.   Tujuan.....................................................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian.......................................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................................
C. Klasifikasi.......................................................................................................................
D. Patofosiologi .................................................................................................................
E. Manifestasi Klinis .........................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................
G. Penatalaksanaan...........................................................................................................

BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................
B. Rencana Keperawatan...............................................................................................
C. Implementasi keperawatan

BAB VI: PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................................

Daftar Pustaka.....................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN
 

A.   Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Insidensi Leukemia di
Amerika adalah13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) . Leukemia pada
anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di
Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris,
Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993,
cit Nugroho, 1998 ) .

Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama
bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33
penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita
AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai
Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.

B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Leukimia.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit Leukemia.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien
dengan dengan Leukemia.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan
klien dengan Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian

Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah.


Leukemia adalah  jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan
getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan
lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel
baru yang dibutuhkan tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan
sel-sel baru akan menggantikannya.

Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Beberapa pengertian menurut para ahli:

 Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
 Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S
C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
 Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
 Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
 Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
B. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik,
1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.

b. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga
pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .

c.  Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ).

d.  Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan
pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus
yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus
ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).
e.  Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan
lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk
minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .
f. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II )
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML .
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).

C.   Klasifikasi

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.

Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti limfositik
atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau
kronis (sel terdeferensiasi).

a.   Leukemia mielogenus akut


Leukemia mielogenus akut (AML) mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi kesemua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia non limfositik yang paling
sering terjadi.
1) Manifestasi klinis
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal.
Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit;
kelelahan dan kelemahan yang terjadi karena anemia; dan keccendrungan perdarahan
terjadi akibat trombositopenia, kekurangan jumlah trombosit. Proliferasi sel leukemi
dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan; nyeri akibat pembesaran
limpa atau hati; masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia
meningeal (sering terjadi pada leukemia limfositik); dan nyeri tulang akibat
penyebaran sumsum tulang.
Kelainan ini terjadi tanpa peringatan, dengan gejala terjadi dalam periode 1-6 bulan.
Hitung sel darah menunjukan penurunan baik eritrosit maupun trombosit. Meskipun
jumlah leukosit total bisa rendah, normal atau tinggi, namun presentase sel yang
normal biasanya sangat menurun. Specimen sumsum tulang merupakan penegak
diagnose, menunjukan kelebihan sel blast imatur. Adanya batang Auer didalam
sitoplasma menunjukan adanya leukemia mielogenus akut (AML).
2) Penatalaksanaan
Kemoterapi merupakan bentuk terpi utama dan pada beberapa kasus dapat
menghasilkan perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau lebih. Obat yang
biasanya digunakan meliputi daunorobicin hydrochloride (cerubidine), cytarabin
(cytosar-U), dan mercaptopurine (purinethol). Asuhan pendukung terdiri atas
pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera. Apabila dapat
diperoleh jaringan yang cocok dari kerabat dekat, maka dapat dilakukan transplantasi
sumsum tulang untuk memperoleh sumsum tulang normal, setelah terlebih dahulu
dilakukan penghancuran sumsum lekemik dengan kemotrapi.
3) Prognosis
Pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan
kematian yang biasanya terjadi akibat infeksi atau perdarahan. Schiller (1992)
melaporkan bahwa pasien yang berusia dibawah 40 tahun, angka ketahanan hidup 5
tahunnya sekitar 2-5 bulan. Percobaan dengan kombinasi baru obat kemoterapi
masih terus dilakukan diberbagai pusat onkologi diseluruh dunia.
b. Leukimia Mielogenus Kronis

Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom
Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun, namun insidensinya menignkat
sesuai pertambahan usia.

1) Manifestasi
Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan gejalanya
lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala selama bertahun-tahun.
Terdapat penignkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa sering
membesar.
2)   Penatalaksanaan dan Prognosis
Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran),
hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna dengan transplantasi sumsum tulang
pada pasien yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA yang sesuai.
Interferon alfa merupakan alternative pilihan penanganan, namun sangat mahal,
mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan dan tidak terbukti
memperpanjang ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang
penyakitnya tidak berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien, kelak akan mengalami
leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap terapi apapun. Secara
keseluruhan, pasien dapat bertahan selama 3 sampai 4 tahun. Kematian biasanya
akibat infeksi atau perdarahan.

c. Leukimia Limfositik Akut.


Leukemia limfositik akut (ALL) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas
limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak
disbanding perempuan, dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15,
ALL jarang terjadi.
1) Manifestasi
Limfosit imatur berproliferasi dalan sumsum tulang dan jaringan perifer dan
menganggu perkembangan sel normal. Akibatnya, hematopoesis normal terlambat,
mengakibatkan penurunan jumlah leukosit, sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit
dan trombosit jumlahnya rendah dan leukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi
tetapi selalu terdapat sel imatur. Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain
lebih sering terjadi pada ALL dari pada bentuk leukemia lain dan mengakibatkan
nyeri karena pembesaran hati atau limpa, sakit kepala, muntah karena keterlibatan
meninges, dan nyeri tulang.
2) Penatalaksanaan dan Prognosis
Terapi ALL telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai ketahanan
hidup sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi
vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, methotrexate, vincristine, dan
prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi
intratekal obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada sistem saraf
pusat.

d.  Leukimia Limfositik Kronis


Leukimia limfosit kronis (CLL) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun. Negara- Negara barat
melaporkan penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi.
3) Manifestasi klinis
Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan baru terdiagosa pada saat
pemeriksaan fisik atu penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi yang mungkin
terjadi adalah sehubungan dengan adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus
limfe. Dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau
menurun. Terjadi penurunan jumlah limfosit. (limfositopenia).
Penatalaksanaan medis dan prognosis. Apabila ringan, CLL tidak memerlukan
penanganan. Kemoterapi dengan kortikosteroid dan chlorambucil (leukeran) sering
digunakan apabila gejalanya berat. Banyak pasien yang tidak berespon terhadap terapi
ini dapat mencapai perbaikan dengan pemberian fludarabine monofospat, 2-
chorodeoxyadenosien (2-CBA), atau pentostatin. Efek samping utama obat ini adalah
penekanan sumsum tulang, yang termanifestasi dengan adanya infeksi seperti
pneumocystis carinii, listeria, mikobakteria, virus herpes dan sitomegalovirus.
Penanganan intra vena dengan immunoglobulin cukup efektif mencegah masalah ini
pada pasien tertentu. Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan CLL adalah 7 tahun.

2)    Komplikasi

Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan masalah gastrointestinal merupakan
komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia)
angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit). Pasien juga dapat
mengalami perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per
mm3 darah. Dengan alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.

Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi
imun mempertinggi resiko infeksi.

Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi atau


meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien rentan mengalami pembentukan batu
ginjal dan kolik ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit abnormal ke organ


abnominal selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah,
diare, dan lesi mukosa mulut.
D. Patofisiologi

Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang
muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol
mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel
normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta bertahan
hidup lebih lama dibandingkan sel normal.

E . Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar  tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).

f.   Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

 Penatalaksanaan

1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.

Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:

 Melalui mulut
 Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
 Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke
dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
 Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak
dan sumsum tulang belakang.

Terdapat tiga fase pelaksanaan kemoterapi :

a.  Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
 

b.  Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak.
Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan
sistem saraf pusat.
c.  Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

 Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan
daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi
yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel
leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di
dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.

 Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)

 Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)


Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Transplantasi sel
induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang tinggi, radiasi, atau keduanya.
Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam
sumsum tulang. Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat
melalui tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau
leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi
ini.

Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN LEUKEMIA
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN LEUKIMIA

A. Nursing Pathway
Faktor Endogen
Faktor Eksogen Sinar X. (Kelainan Kromoson , Herediter
Virus Onkogenik
Radio aktif,Kimia)

sel- sel Abnormal

Proliferasi sel- sel Abnormal

LEUKEMIA

Jumlah sel abnormal meningkat Sel-sel normal dengan abnormal


bersaing mendapatkan nutrisi

Infiltrasi terhadap sel normal

Defresi sumsum tulang

Eritrosit Leucosi trambosi


t t

Defresi sumsum tul

Defresi sumsum tul


ang
NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (NIC)
(NOC)

1 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi:


keperawatan selama 3 x 24jam
Observasi :
diharapkan dengan kriteria hasil:
 Identifikasi gangguan
NOC :
fungsi tubuh yang
Toleransi aktivitas : mengakibatkan
Kelelahan
 Saturasi oksigen
 Monitor kelelahan fisik
meningkat dan emosional
 Monitor lokasi dan
 Kemudahan dalam
ketidaknyamanan
melakukan aktivitas sehari selama melakukan
aktivitas
hari meningkat
 Aritrmia saat melakukan Teraupeutik :
 Sediakan lingkungan
aktivitas menurun
nyaman dan rendah
 Frekuensi napas memburuk stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan).
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/ atau
aktif.
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap.
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang.
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.
2 Gangguan rasa nyaman dan Setelah dilakukan tindakan Pengaturan posisi
aman observasi :
keperawatan selama 3 x 24jam
 Monitor status
diharapkan dengan kriteria hasil: oksigenasi sebelum
dan sesudah
Bersihan jalan napas
mengubah posisi
NOC : Terapiotik :
 Tempatkan pada
Kreteria hasil
posisi terapeutik
 Kesejahteraan fisik  Atur posisi tidur
meningkat yang disukai, jika
 Kesejahteraan psikologi tidak kontra
meningkat indikasi
 Mual meningkat  Atur posisi untuk
 Lelah meningkat mengurangi sesak
 Pola hidup meningkat (mis. Semi flower)
 Pola tidur meningkat  Hindari
menempatkan pada
posisi yang dapat
meningkatkan
nyeri
Edukasi :
 Informasikan saat
akan perubahan
posisi
 Ajarkan cara
menggunakan
psotur yang baik
dan mekanika
tubuh yang baik
selama melakukan
perubahanan posisi
Kolaburasi :
 Kolaburasi
pemberian
premedikas
i sebelum
mengubah
posisi, jika
perlu

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi Aktivitas
2. Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman
IMPLEMENTASI
N Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi
o keperawatan
1 Intoleransi aktivitas Manajemen energi S: pasien mengatakan
Observasi : keadaannya sudah membaik
 mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh dan bisa melakukan aktivitas
yang mengakibatkan di dalam kehidupan sehari
Kelelahan hari
 Memonitorkan kelelahan fisik dan O: Pasien terlihat membaik
emosional pada saat beraktivitas, pasien
 Memonitorkan lokasi dan ketidaknyamanan tidak lagi mengalami sesak
selama melakukan aktivitas napas
A: dari pernyataan diaatas
Teraupeutik : dapat disimpulkan bahwa
 Menyediakan lingkungan nyaman dan masalah teratasi
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, P: untuk hasil yang lebih
kunjungan). baik,sebaiknya kita
 MeLakukan latihan rentang gerak pasif melanjutkan intervensinya
dan/ atau aktif. agar pasien merasa jauh lebih
Edukasi baik dalam beraktifitas
 Menganjurkan tirah baring
 Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap.
 Menganjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Kolaborasi
 Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.

2 Gangguan rasa Pengaturan posisi S: Pasien mengatakan mual


nyaman dan aman observasi : dan lelahnya sudah
 Memonitorkan status oksigenasi berkurang dan bisa
sebelum dan sesudah mengubah posisi melakukan aktivitas dalam
Terapiotik : kehidupan sehari - hari
 Menempampatkan pada posisi dengan baik
terapeutik O: pasien nampak tidak lagi
 Mengatur posisi tidur yang disukai, kesulitan tidur dan tidak lagi
jika tidak kontra indikasi kelihatan lelah
 Mengatur posisi untuk mengurangi A: berdasarkan hasil objektif
sesak (mis. Semi flower) dan subjektif maslah yang
 Menghindari menempatkan pada dialami pasien teratasi
posisi yang dapat meningkatkan nyeri sebagian
Edukasi : P: Berdasarkan data diatas
 Menginformasikan saat akan intervensi tetap dilakukan
perubahan posisi agara kondisi pasien jauh
lebih membaik
 Mengajarkan cara menggunakan
psotur yang baik dan mekanika tubuh
yang baik selama melakukan
perubahanan posisi
Kolaburasi :
 Berkolaburasi pemberian
premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu
KESIMPULAN
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-darah. Leukemia
adalah  jenis kanker yang mempengaruhi sumsum tulang dan jaringan getah bening.
Semua kanker bermula di sel, yang membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-
sel akan tumbuh dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel baru akan
menggantikannya. Penyebab leukemia adalah :Genetik, Saudara kandung, Faktor
lingkungan, Virus, Bahan kimia, Obat-obatan. Klasifikasi pasien penyakit leukemia
:Akut dan Kronis.
DAFTAR PUSTAKA
Mcha Atul dan Victor Hoftbrand..2006. Hematologi. Erlangga .jakarta
Pierce A. Gracs dan Neil R. Borley. 2006. Ilmu Bedah Erlangga.jakarta.
Simon. Sumanto. 2003. Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukimia. Fakultas Kedokteran
Unika Atama Jaya Jakarta .
Smeltzer Sujannc C.2001 . Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai