DOSEN PENGAMPUH
KELOMPOK 8 :
BUDIMAN
AILDA DESLIANA
NURFATANAH
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hikmah dan hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang
berjudul “Leukemia” Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KMB.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami menerima segala kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. Pengertian.......................................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................................
C. Klasifikasi.......................................................................................................................
D. Patofosiologi .................................................................................................................
E. Manifestasi Klinis .........................................................................................................
F. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................
G. Penatalaksanaan...........................................................................................................
A. Diagnosa Keperawatan..............................................................................................
B. Rencana Keperawatan...............................................................................................
C. Implementasi keperawatan
Daftar Pustaka.....................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Insidensi Leukemia di
Amerika adalah13 per 100.000 penduduk /tahun ( Wilson, 1991 ) . Leukemia pada
anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000 anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di
Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000 penduduk pertahun. Sedang di Inggris,
Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per 100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993,
cit Nugroho, 1998 ) .
Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair selama
bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari 33
penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang menderita
AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa pengertian mengenai
Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan
terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
B. Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Leukimia.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit Leukemia.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan klien
dengan dengan Leukemia.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan keperawatan
klien dengan Leukemia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel baru ini
terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel lama tidak mati seperti
seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia, di mana sumsum tulang
menghasilkan sel-sel darah putih abnormal yang akhirnya mendesak sel-sel lain.
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam
sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S
C and Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya
kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya
infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah.
B. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Genetik
Adanya Penyimpangan Kromosom Insidensi leukemia meningkat pada penderita
kelainan kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s
Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter,
D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan neurofibromatosis ( Wiernik,
1985; Wilson, 1991 ) . Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya
perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola
kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik dimana
kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran . Hal ini berlaku juga
pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi ( Wiernik,1985 ) .
c. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan kromosom
dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang dihubungkan dengan
insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya ANLL ( Wiernik,1985;
Wilson, 1991 ).
d. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus menyebabkan
leukemia pada hewan termasuk primata . Penelitian pada manusia menemukan
adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan
pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada hewan. ( Wiernik, 1985 ) . Salah satu virus
yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia . Virus
ini ditemukan oleh Takatsuki dkk ( Kumala, 19990).
e. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia ( misal : benzen ) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. ( Wiernik,1985; Wilson, 1991 ) Selain benzen beberapa bahan
lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain : produk – produk
minyak, cat , ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
( Fauci, et. al, 1998 ) .
f. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik ( misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II )
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML .
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML ( Fauci, et. al, 1998 ).
C. Klasifikasi
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih
dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi
proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan infasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia sering diklasifikasikan sesuai galur sel yang terkena, seperti limfositik
atau mielositik, dan sesuai maturitas sel ganas tersebut, seperti akut (sel imatur) atau
kronis (sel terdeferensiasi).
Leukemia mielogenus kronis (CML) juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
myeloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut,
sehingga penyakit ini lebih ringan. Abnormalitas genetic yang dinamakan kromosom
Philadelphia ditemukan pada 90% sampai 95% pasien dengan CML. CML jarang
menyerang individu berusia di bawah 20 tahun, namun insidensinya menignkat
sesuai pertambahan usia.
1) Manifestasi
Gambaran klinis CML mirip dengan gambaran AML, tetapi tanda dan gejalanya
lebih ringan. Banyak pasien yang menunjukkan tanda gejala selama bertahun-tahun.
Terdapat penignkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa. Limpa sering
membesar.
2) Penatalaksanaan dan Prognosis
Tetapi pilihan leukemia mielogenus kronis adalah buslfan (Myleran),
hydroxyurea, dan chlorambucil (Leukeran) sendiri atau dengan kortikosteroid.
Ketahanan hidup meningkat secara bermakna dengan transplantasi sumsum tulang
pada pasien yang berusia di bawah 50 tahun dengan donor HLA yang sesuai.
Interferon alfa merupakan alternative pilihan penanganan, namun sangat mahal,
mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan dan tidak terbukti
memperpanjang ketahanan hidup. Fludarabin (Fludar) efektif bagi pasien yang
penyakitnya tidak berespons terhadap penanganan yang telah dilakukan atau terus
memberat setelah penanganan. Pada kebanyakan pasien, kelak akan mengalami
leukemia mielogenus akut dan biasanya resisten terhadap terapi apapun. Secara
keseluruhan, pasien dapat bertahan selama 3 sampai 4 tahun. Kematian biasanya
akibat infeksi atau perdarahan.
2) Komplikasi
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang merupakan penyebab utama
kematian. Pembentukan batu ginjal, anemia, dan masalah gastrointestinal merupakan
komplikasi lain.
Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defisiensi trombosit (trombositopenia)
angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petekia (bintik perdarahan-
perdarahan atau keabuan sebesar ujung jarum dipermukaan kulit). Pasien juga dapat
mengalami perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun sampai di bawah 20.000 per
mm3 darah. Dengan alas an yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam keadaan terancam
infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat sesuai derajat netropenia, sehingga jika
granulosit berada di bawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi
imun mempertinggi resiko infeksi.
Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang
muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol
mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya
perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel dan diferensiasi.
Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel
normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lambat serta bertahan
hidup lebih lama dibandingkan sel normal.
E . Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut:
1. Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
3. Demam, keringat malam dan anorexia
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah, bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
6. Nyeri pada tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat pembesaran
limpa).
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.
Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Melalui mulut
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam pembuluh
darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan menyuntikkan obat ke
dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang kali. Cara ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh darah balik/kulit.
Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi menemukan
sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang,
dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal. Dokter akan menyuntikkan obat
langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode ini digunakan karena obat yang
diberikan melalui suntikan IV atau diminum seringkali tidak mencapai sel-sel di otak
dan sumsum tulang belakang.
a. Fase Induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak.
Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan
sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan
dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk meningkatkan
daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui suntikan di dalam
pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia limfositik kronis, jenis terapi biologi
yang digunakan adalah antibodi monoklonal yang akan mengikatkan diri pada sel-sel
leukemia. Terapi ini memungkinkan sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di
dalam darah dan sumsum tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi
biologi yang digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.
Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar akan
mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya
sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh.
(Iradiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit
selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN LEUKEMIA
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN LEUKIMIA
A. Nursing Pathway
Faktor Endogen
Faktor Eksogen Sinar X. (Kelainan Kromoson , Herediter
Virus Onkogenik
Radio aktif,Kimia)
LEUKEMIA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi Aktivitas
2. Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman
IMPLEMENTASI
N Diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi
o keperawatan
1 Intoleransi aktivitas Manajemen energi S: pasien mengatakan
Observasi : keadaannya sudah membaik
mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh dan bisa melakukan aktivitas
yang mengakibatkan di dalam kehidupan sehari
Kelelahan hari
Memonitorkan kelelahan fisik dan O: Pasien terlihat membaik
emosional pada saat beraktivitas, pasien
Memonitorkan lokasi dan ketidaknyamanan tidak lagi mengalami sesak
selama melakukan aktivitas napas
A: dari pernyataan diaatas
Teraupeutik : dapat disimpulkan bahwa
Menyediakan lingkungan nyaman dan masalah teratasi
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara, P: untuk hasil yang lebih
kunjungan). baik,sebaiknya kita
MeLakukan latihan rentang gerak pasif melanjutkan intervensinya
dan/ atau aktif. agar pasien merasa jauh lebih
Edukasi baik dalam beraktifitas
Menganjurkan tirah baring
Menganjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap.
Menganjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.
Kolaborasi
Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.