Anda di halaman 1dari 46

SEL LE

dr. Ellya Latifah Ilyas, Sp.PK


1
Pendahuluan

Systemic Lupus Erythematosus (SLE)


Berasal dari bahasa latin “Serigala”

Merupakan penyakit autoimun sistemik.


Sistem imun tubuh memproduksi autoantibodi
(terutama terhadap Inti sel & komponen inti sel)

Inflamasi &kerusakan berbagai jaringan dan


organ.
2
Definisi
• Penyakit autoimun dengan karakteristik : antibodi terhadap
(Bartels et al., nukleus & sitoplasma, inflamasi sistemik, relaps tinggi
2019 ; Aringer et
al., 2019)

Epide
miologi • 5 kejadian dalam 100.000 penduduk
(Reese et al., • RSCM  1,4% dari kunjungan pasien penyakit dalam
2014 ; Sudoyo et
al., 2011)

• Penumpukan kompleks imun di jaringan & penurunan


Etiologi clearance kompleks imun
(Lehman et al., • Mutasi pada gen STIM1, CD151, paparan ultraviolet, obat
2016) obatan (antiviral, procainamide)

36
Patofisiologi
Disregulasi sistem imun  peningkatan apoptosis
abnormal sel & penurunan kemampuan clearance
makrofag terhadap sel apoptosis

Peningkatan antigen intraseluller  memacu


autoimunitas (terutama terhadap DNA)  peningkatan
aktivitas sel T, sel B, IL – 10  pembentukan
autoantibodi

Kompleks imun yang terdeposit di vaskuler 


vaskulopati dan vaskulitis  kerusakan ginjal dan
kardiovaskuler pada SLE

37
Montiero et al., 2017
Gejala Klinik

38
(Sudoyo et al., 2011 ; Bertsias et al 2012)
Sel LE
• Pertama kali dikemukakan hargraves
&Morton tahun 1948
• Sampel : hapusan sumsum tulang &
darah tepi

Nukleus yang difagosit oleh leukosit PMN

Fenomena sel LE karena adanya


imunoglobulin dalam plasma pasien 
faktor LE
6
Faktor LE

Terdapat pada serum pasien

Merupakan suatu Imunoglobulin G

Suatu antibodi terhadap DNA, nukleoprotein


atau histon

Menginduksi terbentuknya sel LE.

7
Pembentukan Sel LE

• Memerlukan inti leukosit rusak, faktor


LE, dan leukosit PMN viable.

8
Pembentukan sel LE

Faktor LE
+ Badan Netrofil Sel
Inti sel LE viable LE
leukosit
(rusak)

9
10
Metode pemeriksaan sel LE

1. Mereaksikan serum pasien dengan


leukositnya sendiri.
 Darah heparin (heparinized blood)
 Darah beku (clotted blood)
 Defibrinated blood

2. Mereaksikan serum pasien dengan


leukosit normal
11
Darah beku ( clotted blood)

10 ml darah vena dimasukkan dalam plain tube


dibiarkan beku pada suhu kamar selama 2 jam.

bekuan darah diletakkan pada saringan diatas cawan


petri

Bekuan darah pada saringan digerus

Masukkan darah dari cawan petri ke dalam 3 -4


tabung wintrobe
12
Darah beku ( clotted blood)

Sentrifus pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit

Buang serum dengan pipet disposable

Ambil lapisan buffy coat dengan pipet disposable


Letakkan pada kaca objek
Buat hapusan dan cat dengan wright

13
Darah Heparin (heparinized blood)

Gunakan 5 ml darah vena yang dicampur dengan


0,5 ml heparin.

Tambahkan 5 buah glass beads ke dalam tabung.


.

Inkubasi dalam suhu ruang selama 30 menit

Campur dalam rotator selama 30 menit

14
…lanjutan

Inkubasi ulang dalam suhu ruang selama 1 jam

Pindahkan darah ke dalam tabung wintrobe


sentrifus pada 2500 rpm selama 20 menit

Buang plasma dengan pipet

Ambil lapisan buffy coat dengan pipet


letakkan pada kaca objek,
buat hapusan dan cat dengan wright.
15
Defibrinated blood
15 ml whole blood dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer yang berisi 15 glass beads
Goyang dengan gerakan memutar selama 10 menit
atau sampai tidak terdengar suara gelas lagi

Inkubasi pada suhu 37 ⁰c selama 3 – 4 jam

Masukkan darah defibrinasi dalam tabung wintrobe


sentrifus pada kecepatan 2500 rpm selama 20 menit

Ambil lapisan buffy coat


Buat hapusan dan cat dengan pewarnaan romanowsky 16
Mereaksikan serum pasien dengan
leukosit normal
• Spesimen : Darah beku (clotted blood) pasien
(5ml) & darah heparin golongan O (5 ml) dari
orang normal
• Prosedur :
 Serum :
Darah vena pasien dibiarkan beku pada suhu kamar.
Serum diambil atau disimpan sampai digunakan

 Suspensi leukosit normal :


Darah heparin golongan O di sentrifus 1500 rpm
selama 5 menit.
17
… lanjutan

 Suspensi Leukosit Normal


Dengan pipet pasteur buang sebagian besar sel darah
merah bagian bawah
Sisanya di resuspensi kemudian dipindahkan dalam
tabung wintrobe.
Biarkan dalam suhu 37 ⁰C selama ± 45 menit hingga
didapatkan 1 – 2 ml plasma
Plasma dipindahkan ke dalam tabung untuk dilakukan
pencucian dengan saline.
Sentrifus 1000 rpm selama 5 menit
Buang keluar supernatan (bagian yang jernih). Simpan
pool leukosit 18
… lanjutan

 Campur 5 tetes serum pasien + 5 tetes


suspensi leukosit normal dalam suatu
tabung,tambahkan 3 glass beads sambil
digoyang secara berputar. inkubasi pada 37
⁰C selama 30 menit.
 Pindahkan dalam tabung wintrobe dan
sentrifus dengan kecepatan 2500 rpm selama
10 menit.
 Ambil lapisan buffy coat, buat hapusan dan
pengecatan dengan pewarnaan romanowsky.
19
Yang di kerjakan di RS dr Moewardi Surakarta

5 ml Darah vena (tanpa antikoagulan) dibiarkan beku pada


suhu ruang selama 1 – 2 jam

Sebagian serum dibuang, bekuan darah dihancurkan


dengan mortir.
Setelah halus, darah diambil dengan tabung kapiler &
tutup dengan lilin (seal).

20
… lanjutan
Dibiarkan selama 10 – 15 menit agar terjadi fagositosis.

Sentrifus dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit.


Ambil lapisan buffy coat dan buat hapusan

Dilakukan pengecatan dengan giemsa atau wright.


Dilihat dengan mikroskop pembesaran 1000x.

21
Syarat pembacaan :

1. 3 hapusan buffy coat


2. Diperiksa dengan mikroskop pembesaran
1000x selama minimal 10 menit.

22
Sel LE
• Netrofil yang
mengandung ‘large
spherical body’
(badan LE) pada
sitoplasmanya.
• Badan LE tidak
memiliki struktur inti,
tampak seperti
massa homogen
berwana ungu
pucat.
• Inti neutrofil
terdorong ke
samping.
23
Sumber : images.rheumatology.org
Sel LE

24
Interpretasi

+ • Bila ditemukan minimal 2


sel LE

- • Bila didapatkan kurang


dari 2 sel LE

25
Membedakan sel tart

Sel LE Sel Tart


• Sel netrofil yang • Sel monosit yang
memfagosit inti leukosit memfagosit leukosit lain /
lain (yang rusak) inti leukosit lain (limfosit)
• Massa inti leukosit yang • Massa inti leukosit yang
terfagosit tampak terfagosit masih nampak
globular, homogen. struktur intinya / benang
kromatin.

26
Sel LE Sel Tart

Sumber : www.mlo-online.com 27
Sel LE

Positif palsu Negatif palsu

• Rheumatoid arthritis • SLE dalam terapi


• Hepatitis kortikosteroid
• Interaksi obat • Leukopenia
( penisilin,
antikonvulsan,
metildopa, hidralazin)

28
TERIMA KASIH

29
The LE cell.

Hepburn A L Rheumatology 2001;40:826-827

30
© British Society for Rheumatology
Pembentukan Sel LE

• Serum pasien yang mengandung fraksi


gama globulin (LE factor) secara
langsung bereaksi dengan inti leukosit.
• Interaksi inti leukosit denga LE factor
membentuk LE body yang homogen,
bulat dan amorf.
• LE body menarik netrofil sehingga
difagosit oleh netrofil membentuk suatu
sel LE. 31
Work up criteria

32
Work up criteria

emedicine.medscape.com/article/332244-workup 33
34
Sumber : www.mlo-online.com 35
The Journal of
Investigative
Dermatology
(1952) 19, 333–336

36
Rheumatology oxford journal (2002) 41 (3): 343-345 37
38
Sensivitas dan Spesifisitas ANA
Autoantibodies Associated CTD Sensitivity Specificity
ANA SLE 93 57
  Sjorgen`s syndrome 48 52
  SS 85 54
  PM/dermatomycositis 61 63
 
Raynaud`s phenomenon    

Specific ANA      

Anti-dsDNA SLE 57 97
Anti-Sm SLE 25-30 High*
Anti-SSA/Ro Sjorgen`s syndrome,subacute cutaneus SLE, 8-70 87
Neonatal lupus syndrome
Anti-SSB/La Sjorgen`s syndrome,subacute cutaneus SLE, 16-40 94
Neonatal lupus syndrome
Anti-U3-RNP SS 12 96
Anticentromere Limited cutaneous SS 65 99.9
Scl-70 SS 20 100
Jo-1 PM 30 95
39
Kekurangan tes Sel LE

• Time-consuming
• Tergantung dari skill operator
• Spesifisitas rendah

40
41
Drug – induced SLE

42
Acta Cytologica 2013;57:652–654 43
Giemsa Wright

44
45
Sensitivitas sel LE

• About 50% to 75% of patients with lupus


have a positive test.

46

www.medall.in/medall-for-you/tests-procedures/pathology-test/hematology/le-cells/#sthash.rhrt2388.dpuf

Anda mungkin juga menyukai