ASIDOSIS
Oleh :
Melsiana Yuli
Lusi Fina Hayati
Berdasarkan Berdasarkan
tosinitas/ kadar banyaknya cairan
cairan yang hilang yang hilang
Dehidrasi
hipertonik Dehidrasi ringan
Dehidrasi Dehidrasi sedang
isotonik Dehidrasi berat
Dehidrasi
hipotonik
Tanda dan Gejala Dehidrasi
DEHIDRASI
RINGAN
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
Pusing dan lemah, lemas, dan mulai terasa pening dan mual
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
Tiba tiba jantung berdetak lebih kencang
Suhu badan meningkat
Tanda dan Gejala Dehidrasi
DEHIDRASI
SEDANG
DEHIDRASI BERAT
Eksternal Internal
(dari luar tubuh ) (dari dalam tubuh)
Jika dehidrasi berat seperti pingsan, penurunan kesadaran, bayi menangis tanpa
air mata, maka disarankan untuk segera membawa pasien ke UGD karena hal ini
merupakan kegawatdaruratan medis. Perawatan di UGD pertama kali berfokus
pada pemulihan volume darah dan cairan tubuh, sambil mencari penyebab
dehidrasi.
Jika tidak ada mual dan muntah, penggantian cairan dapat dilakukan secara
peroral yaitu dengan minum.
Jika ada tanda-tanda dehidrasi yang signifikan (peningkatan denyut jantung
istirahat, tekanan darah yang mulai turun), cairan umumnya diberikan melalui
infus, tabung ditempatkan ke pembuluh darah.
Jika kondisi Anda membaik, Anda mungkin akan dikirim pulang, sebaiknya
dalam perawatan teman atau keluarga yang bisa membantu memantau kondisi
Anda.
Jika Anda tetap mengalami dehidrasi, bingung, demam, memiliki tanda-tanda
vital abnormal yang terus menerus, atau tanda-tanda infeksi, Anda mungkin
perlu untuk tinggal di rumah sakit untuk perawatan tambahan.
Pengobatan Dehidrasi
OBAT
Asidosis Asidosis
Respiratorik Metabolik
1. Obat – obatan (obat golongan narkotik, anastesi umum, hipnotik, alkohol, dan golongan sedatif, termasuk
obat – obat “rancangan” baru seperti MCMA atau “ectasy” yang akan menurunkan sensitivitas pusat
pernafasan)
2. Trauma SSP (cedera pada medula oblongatadapat mengganggu doronga bernafas)
3. Henti jantung (akut)
4. Sleep apnea (gangguan tidur serius pada pernafasan yang terjadi saat tidur dimana saluran udara
terhambat karena dinding tenggorakan yang mengendur dan menyempit.
5. Alkalosis metabolik kronis sebagai mekanisme kompensasi respiratori yang mencoba menormalkan pH
dengan menurunkan ventilasi alveolar.
6. Terapi ventilasi (penggunaan oksigen aliran tinggi, high flow oksygen, pada pasien gangguan respirasi
yang kronis akan menekan dorongan hipoksia yang membuat pasien bernafas, penggunaan tekanan
positive and expiratory yang tinggi pada keadaan penurunan curah jantung dapat menyebabkan
hiperkapnia yang disebabkan oleh peningkatan yang besar pada ruang hampa di alveoli, dead space
alveolar)
7. Penyakit neuromuskular, seperti miastenia gravis, sindrom Guillain – Barre, dan poliomielitis (otot – otot
respiratorius tidak menunjukkkan respon yang benar terhadap dorongan respirasi)
8. Obstruksi jalan nafas atau penyakit parenkim paru (karena mengganggu ventilasi alveoler)
9. Penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) atau asma
10. Sindrom gawat nafas dewasa (adult respiratory distress syndrome) yang berat (karena menyebabkan
penurunan aliran darah pulmonalis dan pertukaran CO2 serta oksigen yang buruk antara paru – paru dan
darah)
11. Bronkitis kronis, Pneumotoraks yang luas, Pneumonia berat dan Edema paru
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
Kegelisahan
Konfusi
Rasa khawatir/ takut
Somnolen
Tremor halus atau flapping tremor (asteriksis)
Koma
Sakit kepala
Dispneadan takipnea
Papiledema
Penurunan refleks
Hipoksemia kecuali jika pasien mendapat oksigen
DIAGNOSIS
a. Pemberian natrium bikarbonat IV pada celah anion yang berat. Tindakan ini bertujuan menetralkan
keasaman darah pada pasien yang pH – nya kurang dari 7,20 disertai kehilangan ion HCO3-. Lakukan
pemantauan elektrolit plasma, khususnya kalium, selama pemberian terapi natrium bikarbonat
(kadar kalium dapat turun ketika pH meninggi)
b. Pemberian larutan infus Ringer Laktat untuk mengoreksi asidosis metabolik dengan celah anion
yang normal dan mengatasi defisit volume cairan ekstrasel
c. Evaluasi dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit
d. Koreksi penyebab yang mendasari (misalnya, pada ketoasidosis diabetik, koreksi dilakukan dengan
pemberian infus insulin dosis rendah secara kontinu)
e. Ventilasi mekanis untuk mempertahankan kompensasi respiratorius jika diperlukan
f. Terapi antibiotik untuk mengatasi infeksi
g. Terapi dialisis pada pasien gagal ginjal atau pasien dengan keracunan obat tertentu
h. Pemberian obat antidiare untuk mengatasi kehilangan HCO3- yang ditimbulkan diare
i. Pemantauan adanya perubahan sekunder akibat hipovolemia seperti tekanan darah yang turun (pada
asidosis diabetik)