Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air memiliki manfaat penting bagi kesehatan seperti meningkatkan kemampuan
kognitif, pencegahan batu dan infeksi kandung kemih hingga mencegah obesitas. Cegah
gangguan kesehatan dengan minur air yang cukup. Air adalah komponen terbesar di dalam
tubuh manusia. Kandungannya bervariasi sesuai usia, misalnya pada bayi terdapat 80 persen
air, pada orang dewasa sebesar 60 persen dan pada usia lanjut atau di atas 65 tahun sebesar 50
persen. Jumlah cairan tubuh manusia selalu di atur tepat, Cairan tubuh total : 36 liter. Di
dalam sel : 24 liter Di luar sel : 12 liter Air Interstisial : 8 liter.
Kita semua pasti tahu dan sadar bahwa air merupakan urat nadi kehidupan manusia.
Semua sistem dalam tubuh bergantung pada air. Bahkan lebih baik kekurangan makanan
daripada kekurangan air. Kurangnya air dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi.
Dehidrasi sendiri terjadi saat air dalam tubuh tidak mencukupi untuk melakukan fungsi kerja
tubuh secara normal.

1.2. Rumusan Masalah


Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Penyebab Dehidrasi.
2. Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi
3. Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi
4. Pencegahan Dehidrasi

1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah
khususnya untuk mengetahui permasalaan mengenai dehidrasi bagi para pembaca dan
untuk memenuhi tugas farmakologi yang diberikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1.1.Pengertian Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh. Dehidarasi dapat terjadi karena :
o Kekurangan zat natrium.
o Kekurangan air.
o Kekurangan natrium dan air.
Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh kehilangan cairan elektrolit yang sangat
dibutuhkan organ-organ tubuh untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saat dehidrasi,
tubuh dengan terpaksa menyedot cairan baik dari darah maupun organ-organ tubuh lainnya.
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total. Proses terjadinya kulit wajah dehidrasi
yaitu sekelompok kelenjar lemak/minyak produksinya berkurang akibatnya setiap keringat
yang keluar langsung teruapkan, sehingga cairan dalam tubuh berkurang.
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih
banyak dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah
yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi
hipotonik).
Dehidrasi hipotonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari 145
mEq/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari 285 mosmol/liter). Dehidrasi
isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145 mEq/L) dan osmolalitas
efektif serum (270-285 mosmol/liter). Dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar
natrium serum (kurang dari 135 mEq/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270
mosmol/liter).

2
1.2.Penyebab Dehidrasi
Penyebab timbulya dehidrasi bermacam-macam, selain penyebab timbulnya dehidrasi
dapat dibedakan menjadi 2 hal yaitu :
a. Eksternal (dari luar tubuh )
1. Akibat dari berkurangya cairan akibat panas yaitu kekurangan zat
natrium;kekurangan air;kekurangan natrium dan air.
2. Latihan yang berlebihan yang tidak dibarengi dengan asupan minuman.
3. Sinar panas matahari yang panas.
4. Diet keras dan drastis.
5. Cuaca/musim yang tidak menguntungkan (terlalu dingin).
6. Ruangan ber AC , walaupun dingin tetapi kering.
7. Obat-obatan yang digunakan terlalu lama.
b. Internal (dari dalam tubuh).
Sedangkan penyebab terjadinya dehidrasi yang berasal dari dalam tubuh
disebabkan terjadinya penurunan kemampuan homeostatik. Secara khusus, terjadi
penurunan respons rasa haus terhadap kondisi hipovolemik dan hiperosmolaritas.
Disamping itu juga terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus, kemampuan fungsi
konsentrasi ginjal, renin, aldosteron, dan penurunan respons ginjal terhadap
vasopresin. Selain itu fungsi penyaringan ginjal melemah, kemampuan untuk
menahan kencing menurun, demam, infeksi, diare, kurang minum, sakit, dan stamina
fisik menurun.

Kehilangan cairan tubuh dapat bersifat:


A. Normal
Hal tersebut terjadi akibat pemaakaian energi tubuh. Kehilangan cairan sebesar 1 ml terjadi
pada pemakaian kalori sebesar 1 kal.
Misalnya :
 Keringat : Tubuh bias kehilangan sejumlah besar air ketika mencoba untuk
mendinginkan diri dengan keringat. Apakah tubuh panas karena lingkungan (misalnya
:bekerja dalm lingkungan yang hangat), intens berolahraga dalam lingkungan yang
panas,atau karena demam yang disebabkan oleh infeksi.Tubuh menggunakan
sejumlah besar air dalam bentuk keringat untuk mendinginkan diri, tergantung pada

3
kondisi cuaca. Jalan cepat dapat mengahsilkan sampai 16 ons keringat (sat upon air)
untuk memungkinkan mendinginkan tubuh, dan air yang perlu diganti.
B. Abnormal
Terjadi karena berbagai penyakit atau keadaan lingkungan seperti suhu lingkungan yang
terlalu tinggi atau rendah. Pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh tanpa diimbangi
pemasukkan cairan yang memadai dapat berakibat dehidrasi.
Contoh dehidrasi Abnormal :
a. Muntah : Muntah juga bisa menjadi penyebab hilangnya cairan dan sulit bagi
seseorang untuk mengganti air dengan minum itu jika mereka tidak dapat mentelerir
cairan
b. Diabetes : Pada orang dengan diabetes gula darah menyebabkan kadar gula tumpah ke
dalam air seni dan air kemudian berikut yang dapat menyebabkan dehidrasi yang
signifikan.Untuk alas an ini,sering kencing dan haus yang berlebihan adalah gejala
awal diabetes.
c. Burns : Korban luka bakar mengalami dehidrasi karena kulit yang rusak tidak dapat
mencegah cairan dan merembes keluar dari tubuh.Penyakit peradangan lain dari kulit
juga terkait dengan kehilangan cairan.
d. Ketidakmampuan untuk minum cairan : Keridamampuan untuk minum memadai
adalah penyebab potensial lainnya degidrasi.Apakah itu adalah kurangnya
ketersediaan air atau kurangnya kekuatan untuk minum jumlah yang cukup,ditambah
dengan kehilangan air rutin.
e. Diare : Keluarnya sekresi saluran cerna bagian bawah banyak mengandung
natrium,kalium.Dan pada diare konsistensi feces encer atau bahkan sangat encer,Hal
ini berarti volume air lebih banyak.

1.3.Gejala dan Tanda-Tanda dehidrasi.


Gejala klasik dehidrasi seperti rasa haus, lidah kering, penurunan turgordan mata
cekung sering tidak jelas. Gejala klinis paling spesifik yang dapat dievaluasi adalah
penurunan berat badan akut lebih dari 3%. Tanda klinnis obyektif lainya yang dapat
membantu mengindentifikasi kondisi dehidrasi adalah hipotensi ortostatik.
Berdasarkan studi di Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM,
bila ditemukan aksila lembab/basah, suhu tubuh meningkat dari suhu basal, diuresis
berkurang, berat jenis (bj) urin lebih dari atau sama dengan 1,019 (tanpa adanya
glukosuria dan proteinuria), serta rasio blood urea nitrogen / kreatinin lebih dari atau

4
sama dengan 16,9 (tanpaadanya perdarahan aktif saluran cerna) maka kemungkinan
terdapat dehidrasi pada usia lanjut adalah 81%. Kriteria ini dapat dipakai dengan syarat :
tidak menggunakan obat – obat sitostatik, tidak ada perdarahan saluran cerna, dan tidak
ada kondisi overload (gagal jantung kongensif, sirosis hepatis dengan hipertensi portal,
penyakit ginjal kronik stadium terminal, sindrom nefrotik).

Berikut ini adalah berbagai gejala dehidrasi sesuai tingkatannya :


 Dehidrasi ringan
a. Muka memerah.
b. Rasa sangat haus.
c. Kulit kering dan pecah-pecah.
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya.
e. Pusing dan lemah, lemas, dan mulai terasa pening dan mual.
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan.
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya.
h. Sering mengantuk.
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang.
j. Tiba tiba jantung berdetak lebih kencang.
k. Suhu badan meningkat.
 Dehidrasi sedang
a. Tekanan darah menurun
b. Pingsan
c. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
d. Kejang
e. Perut kembung
f. Gagal jantung
g. Ubun-ubun cekung
h. Denyut nadi cepat dan lemah
 Tanda dehidrasi pada bayi / anak :
1. Mulut dan lidah kering, demam, lesu atau rewel.
2. Tidak keluar air mata saat menangis
3. Popok tidak basah selama lebih dari 3 jam
4. Perut, mata, dan pipi cekung.

5
1.4. Jenis – jenis Dehidrasi
 Dehidrasi dapat dikategorikan berdasarkan tosinitas/ kadar cairan yang hilang
yaitu:
a. Dehidrasi hipertonik yaitu berkurangnya cairan berupa hilangnya air lebih banyak
dari natrium (dehidrasi hipertonik). Dehidrasi hipertonik ditandai dengan tingginya
kadar natrium serum (lebih dari 145 mmol/liter) dan peningkatan osmolalitas efektif
serum (lebih dari 285 mosmol/liter).
b. Dehidrasi isotonik atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama.
Dehidrasi isotonik ditandai dengan normalnya kadar natrium serum (135-145
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (270-285 mosmol/liter).
c. Dehidrasi hipotonik hilangnya natrium yang lebih banyak dari pada air. Dehidrasi
hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum (kurang dari 135
mmol/liter) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari 270 mosmol/liter.

 penggolongan dehidrasi berdasarkan banyaknya cairan yang hilang yaitu :


a. Dehidrasi ringan ( < 5 %) kehilangan cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan (jika
penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan),
b. Dehidrasi sedang ( 5- 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi sedang (jika
penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
c. Dehidrasi berat ( > 8 %) kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi berat (jika
penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).

1.5.Cara Mengatasi dan Mengobati Dehidrasi


Dehidrasi dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Dehidrasi sangat mudah dikenali saat
awal kejadian sehingga makin cepat dilakukan koreksi maka akan semakin baik hasil yang
didapatkan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi
antara lain :
1. Penderita diare dan muntah muntah dapat diberikan pengobatan awal untuk mencegah
kehilangan cairan yang lebih lanjut. Obat obatan ini terutama untuk mengurangi
gejala yang terjadi.
2. Obat penurun panas dapat diberikan untuk menurunkan suhu tubuh.
3. Penderita diberikan minum sebanyak mungkin dengan cara bertahap namun
frekuensinya ditingkatkan.

6
Prinsip utama pengobatan dehidrasi adalah penggantian cairan. Penggantian cairan ini
dapat berupa banyak minum, bila minum gagal maka dilakukan pemasukan cairan melalui
infus. Tapi yang utama disini adalah penggantian cairan sedapat mungkin dari minuman.
Keputusan menggunakan cairan infus sangat terggantung dari kondisi pasien berdasarkan
pemeriksaan dokter. Keberhasilan penanganan dehidrasi dapat dilihat dari produksi kencing.
Penggunaan obat-obatan diperlukan untuk mengobati penyakit-penyakit yang merupakan
penyebab dari dehidrasi seperti diare, muntah dan lain-lain.

1.6. Pencegahan Dehidrasi


Dehidrasi dapat dicegah dengan melakukan beberapa upaya berikut :
1. Lingkungan
Dehidrasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sangat mungkin untuk dilakukan
pencegahan. Jika memungkinkan, aturlah jadual kegiatan atau aktifitas fisik yang
sesuai dengan kondisi lingkungan. Jangan melakukan aktifitas berlebihan pada siang
hari.
2. Olah raga
Orang yang berolah raga pada kondisi cuaca yang panas harus minum lebih banyak
cairan.
Dehidrasi bukan kondisi yang tidak dapat dicegah namun bila terjadi dan tertangani dengan
baik maka kondisi yang tidak diinginkan bisa dihindari. Dehidrasi kerap kali menyebabkan
kulit jadi tipis dan lebih cepat kelihatan berkerut.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dehidrasi pada kulit, yaitu
dengan minum banyak cairan, normalnya disarankan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8
gelas cairan sehari, minum minuman berenergi dapat mendorong orang-orang aktif, lebih
banyak minum cairan karena kandungan rasa dan sodium tinggi di dalamnya, hindari
minuman berkafein dan yang mengandung alkohol, keduanya sama-sama dapat menyebabkan
dehidrasi, hindari minuman yang mengandung carbonat karena pembakaran bisa
menyebabkan penggelembungan atau perasaan penuh dan mencegah pemenuhan konsumsi
cairan, mengenakan pakaian berwarna terang, yang menyerap dan berukuran pas, usahakan
berada di tempat yang sejuk, terlindungi dari matahari dan lindungi kulit dengan sunblock
kapan saja selebihnya, menyadari dan mempersiapkan adalah cara termudah untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.

7
Di hari yang panas, untuk orang yang sedang beraktivitas bisa mengalami dehidrasi
hanya dalam waktu 15 menit. Jika Anda mengalami pertanda ini, segeralah hentikan aktivitas
dan beristirahatlah di tempat yang sejuk. Minum cairan sebanyak mungkin untuk
menggantikan air yang hilang dari tubuh Anda. Jenis cairan kristaloid yang digunakan untuk
rehidrasi tergantung dari jenis dehidrasinya. Pada dehidrasi isotonik dapat diberikan cairan
NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per hari.
Pada dehidrasi hipertonik digunakan cairan NaCl 0,45%. Dehidrasi hipotonik ditatalaksana
dengan mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet natrium, dan bila perlu
pemberian cairan hipertonik.

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Penyebab dehidrasi yang lebih sering terjadi karena disebabkan oleh hilangnya Natrium
dan air dari daerah yang terdapat tekanan osmotik yang rendah dan penggeseran air ke dalam
sel, apabila larutan NaCL isotonik banyak terbuang, volume ekstraseliuler dan Intraseluler
kecil, darah menjadi pekat dan hampir tidak dapat mengalir. Sel tubuh akan di genangi oleh
cairan yang mengandung oksigen dan bahan makanan yang tidak mencukupi pada dehidrasi
yang murni akibat kehilangan air, pengobatannya ialah minum air atau Infus glukosa 5%,
Intravena secukupnya, glukosa 5% atau air leding biasa akan juga di serap dari rektrum. Pada
dehidrasi yang primer sebagai akibat kehilangan Natrium, perlu di berikan air garam
fisrologik secukupnya, kalau terjadi serebal yang berat, larutan NaCL hepertonik perlu di
berikan.

3.2.Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau
kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan kritik yang bisa
mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Pengambean Marulam M. dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, Renika Cipta
http://fauziethenurse.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki
Staf Pengajar bagian Patologi Anatomik FKUI.1973.PATOLOGI.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
A.Price,Sylvia.M.Wilson,Lorraine.2006.PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat,
maka semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan kesehatan ini berarti setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama
dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dam
mengobati penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok, ataupun
masyarakat.
HIV/AIDS merupakan salah satu topik yang sangat diperlukan dalam bidang kesehatan
dalam suatu masyarakat, serta merupakan kajian studi yang sangat menarik untuk dipelajari
dalam dunia pendidikan.
Adanya perilaku menyimpang masyarakat mulai dari pekerja seks komersial, homo
seksual, dan penggunaan narkoba suntik yang saling bergantian sangat memengaruhi
meningkatnya penyebaran HIV/AIDS. Adanya pola transmisi yang berkembang selain hanya
transmisi seksual, transmisi non seksual melalui mekanisme transmisi parenteral dan
transmisi transplasental (dari ibu kepada janinnya) menjadi ancaman baru yang melahirkan
korban yang tidak berdosa.
Pada saat ini, Indonesia tengah menghadapi memburuknya situasi epidemi HIV/AIDS.
Sejak tahun 1999 di beberapa tempat telah menjadi concentrated level of epidemic. Bahkan
dibeberapa provinsi seperti DKI Jakarta, Papua, Riau, Bali, Jabar dan Jatim adalah tempat
epidemi penduduk yang berperilaku resiko tinggi tertular HIV secara seksual atau NAPZA
suntik.
Untuk itu, makalah ini dibuat dengan harapan kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan
menjadi tenaga kesehatan dapat peka terhadap masalah-masalah penyakit yang terdapat
dalam masyarakat, terutama HIV/AIDS. Dengan mengetahui penyebabnya, cara
penularannya, gejala-gejala, serta cara pencegahannya, kita dapat dengan segera mengenali
penyakit ini, dan dapat dengan segera merencanakan tindakan selanjutnya, sehinnga diharap
dapat mengurangi penderita HIV/AIDS di Indonesia.

10
1.2. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa
masalah yaitu sebagai berikut :
a) Apakah HIV/AIDS itu?
b) Apa sajakah gejala-gejala penyakit AIDS?
c) Bagaimana cara penularan penyakit AIDS?
d) Bagaimanakah cara mencegah penyakit AIDS?
e) Siapa saja yang kemungkinan besar tertular AIDS?
f) Apa sajakah usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIV?
g) Bagaimana perkembangan penyakit HIV/AIDS di Indonesia?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan kami mengangkat masalah AIDS dalam Makalah ini adalah untuk :
a. Tujuan Umum
 Sebagai media informasi bagi masyarakat umum.
 Digunakan sebagai inventaris perpustakaan.
 Bahan bacaan untuk keluarga ataupun masyarakat umum.
b. Tujuan Khusus
 Bahan pertimbangan bagi tenaga kesehatan mengenai tindakan yang
akan dilakukan untuk menangani penyakit HIV/AIDS.
 Mahasiswa dapat peka mengenali penyakit yang terdapat disekitarnya,
terutama penyakit HIV/AIDS, dengan mengetahui tanda-tanda serta
gejalanya.
 Masyarakat ataupun tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan
pencegahan, untuk mengurangi persebaran penyakit AIDS di
Indonesia.

11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi HIV / AIDS


HIV( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia.Virus HIV akan masuk dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel
darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya.
Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai
penyakit. Kondisi ini disebut AIDS. (Yani Widyastuti dkk, 2009)
Sedangkan AIDS(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau sindrom penurunan
kekebalan yang didapatkan adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya
daya tahan tubuh. Pada awalnya penderita HIV positif sering menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun(5-10 tahun). Banyak faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya masa
tanpa gejala ini, namun pada masa ini penderita dapat menularkan penyakitnya pada orang
lain. Sekitar 89% penderita HIV akan berkembang menjadi AIDS. Semakin lama penderita
akan semakin lemah dan akhirnya akan berakhir dengan kematian, karena saat ini belum
ditemukan obat untuk mencegah atau menyembuhkan HIV/AIDS. (Yani Widyastuti dkk,
2009)
Penyakit ini pertama kali muncul di Afrika, Haiti, Amerika Serikat pada tahun 1978.
Pada tahun 1979 pertama kali dilaporkan adanya kasus-kasus sarcoma, kaposi, dan penyakit-
penyakit infeksi yang jarang terjadi di Eropa. Penyakit ini menyerang orang-orang di Afrika
yang bermukim di Eropa. Sampai saat itu belum disadari oleh para ilmuan bahwa kasus-kasus
tersebut adalah kasus AIDS.
Pada tahun 1981 Amerika Serikat melaporkan kasus sarcoma, kaposi, dan penyakit
infeksi yang jarang terjadi di kalangan homoseksual. Hal ini menimbulkan dugaan yang kuat
bahwa transmisi penyakit ini terjadi melalui hubungan seksual. Namun pada tahun 1982-1983
mulai diketehaui adanya transmisi di luar jalur hubungan seksual yaitu melalui transfusi
darah penggunaan jarum suntik secara bersama oleh para penyalah guna narkotika
suntik.(Wiku Adisasmito, 2010)

12
Hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS :
a) virus HIV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut akan menetap dalam tubuh untuk
selamanya.
b) Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan dalam jalan lahir, dan cairan tubuh
Sekali lainnya.
c) Sebagian besar infeksi HIV ditularkan melalui hubungan seksual, disamping
penularan melalui jarum suntik dan transfusi darah serta penularan dari ibu kepada
janinnya.
d) HIV tidak hanya menular pada kaum homoseksual.
e) Perempuan lima kali lebih mudah tertular HIV/AIDS dari pada laki-laki, karena
bentuk alat kelamin perempuan lebih luas permukannya sehingga mudah terpapar
oleh cairan mani yang tinggal lebih lama dalam tubuh.
f) Permukaan pada saluran kelamin memudahkan masuknya virus HIV.
g) Hubungan seks melalui anus lebih beresiko dalam penularan dari pada cara hubungan
seks lainnya, karena jaringan anus lebih lembut.
h) Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan
terjadinya penularan. (Yani Widyastuti dkk, 2009).

2.2. Deskripsi Epidemiologi


AIDS atau SIDA ( Syndrom Imuno Defisiensi Akuisita) adalah suatu penyakit yang
dengan cepat telah menyebar ke seluruh dunia ( pandemik). Saat ini diperkirakan ada 5-
10juta orang mengidap HIV yang belum menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial sebagai
sumber penularan. Disamping itu, telah dilaporkan adanya kurang lebih 100.000 orang
penderita AIDS dan 300.000-500.000 orang penderita ARC ( AIDS Related Complex).
Sampai dengan bulan Meret 1989 kasus AIDS telah dilaporkan 141.000 kasus ke-WHO oleh
145 negara. (Wiku Adisasmito, 2010).
AIDS adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai Case Fatality Rate
100% dalam lima tahun setelah diagnosis AIDS ditegakkan, semua penderita akan
meninggal. Pada populasi normal Aadult Mortality Rate adalah 50/10.000, bila sero
prevalensi infeksi HIV adalah 10%, maka dalam 5 tahun mendatang Adult Mortality Rate ini
akan meningkat dua kalinya menjadi 100/100.000. (Wiku Adisasmito, 2010).

13
2.3. Gejala – gejala Penyakit HIV / AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka virus tersebut akan hidup dalam
tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa
sehat, aktif, produktif seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan.
Adapun gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :

 Berat badan turun dengan drastis.


 Demam yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
 Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
 Mencret atau diare yang berkepanjangan.
 Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI
SARKOM).
 Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
 Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
 Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.
 Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki), serta pantat dan kaki.
Namun pada wanita seringkali gejala ini tidak dirasakan, walaupun sebenarnya sudah
terkena virus HIV
Semua itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang lama-
kelamaan akan berakhir dengan kematian.

2.4. Mekanisme dan Cara Transmisi


Ada lima unsur yang perlu diperhatikan pada transmisi suatu penyakit menular, yaitu
sumber penyakit, vehikulum yang membawa, agent penyakit, host yang rentan, adanya
tempat keluar, adanya tempat masuk (port d entrée). (Wiku Adisasmito, 2010)
HIV sampai saat ini terbukti hanya menyerang sel limfosit T dan sel otak sebagai organ
sasarannya. HIV sangat lemah dan mudah mati di luar tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat
membawa HIV ini keluar tubuh adalah berbagai cairan tubuh, tetapi yang terbukti dalam
epidemiologi hanya semen, caran vagina atau serviks dan darah. Selain itu, HIV telah dapat
diisolasikan dari air susu ibu, airmata, air liur atau saliva yang semuanya tidak terbukti dapat
menularkan HIV. Pola transmisi yang berhubungan dengan unsur tempat keluar dan
masuknya agent adalah sebagai berikut (Wiku Adisasmito, 2010);

14
1. Transmisi seksual yang berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau
serviks.
Cara hubungan seksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan resiko tertinggi
bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasiv menerima ejakulasi semen
dari seorang pengidap HIV. Mukosa rektum sangat tipis dan mudah sekali mengalami
perlukaan saat berhubungan seksual secara ano-genital. Resiko ini bertambah bila terjadi
perlukaan dengan tangan (fisting) pada anus/rektum.
Tingkat resiko kedua adalah hubungan oro-genital termasuk menelan semen dari mitra
seksual mengidap HIV. Tingkat resiko ketiga adalah hubungan genito-genital /
heteroseksual. (Wiku Adisasmito, 2010)
2. Transmisi nonseksual yang berhubungan dengan darah yaitu transmisi parenteral
dan transmisi transplasental ( dari ibu kepada janinnya)
Transmisi perenteral yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya
seperti alat tindik yang terkontaminasi HIV. Di beberapa negara khususnya Thailand
untuk negara berkembang cara transmisi ini terutama terjadi pada penyalahgunaan
narkotika suintik. Di negara berkembang lainnya cara transmisi ini terjadi melalui jarum
suntik yang dipakai untuk banyak orang oleh petugas kesehatan. Resiko tertular lewat
cara transmisi parenteral ini kurang dari 1%. Dari data-data CDC-NIH (centers for
disease control dan national institute of health) Amerika Serikat, hanya 4 orang tertular
HIV dari 973 orang yang tertusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV. Transmisi
parenteral lainnya adalah lewat donor atau transfusi darah yang mengandung HIV.
(Wiku Adisasmito, 2010)
Transmisi transplasental, yaitu transmisi dari ibu kepada janinnya saat hamil atau
dapat juga terjadi saat melahirkan anak. Resiko cara transmisi ini 50%, yaitu bila seorang
ibu mengidap HIV melahirkan anak, maka kemungkinan anak itu tertular HIV.
Transmisi lewat air susu ibu masih menjadi bahan perdebatan para pakar AIDS.
Transmisi melalui transplantasi alat tubuh atau bagian-bagian alat tubuh juga termasuk
transmisi nonseksual ini. (Wiku Adisasmito, 2010).

15
Tabel 2.4 Pola Transmisi AIDS
Pola Seksual Darah Ibu-anak Negara

I Homo +++ Penyalahgun Jarang karena Amerika Utara, Eropa


Hetero + aan narkoba heteroseksual Barat, Australia, New
suntik sedikit Zealand, Amerika
Latin
II Hetero +++ Transfusi Banyak Afrika Sub-Sahara,
jarum suntik Karibia
III Insidens rendah Komponen Sangat jarang Eropa Timur, Afrika
hubungan seksual darah. karena Utara, Timur Tengah,
dengan orang asing. Penyalahgun insidens masih Asia, dan Pasifik.
Transmisi dengan aan narkotika rendah
orang senegara suntik

Catatan : (+) menyatakan jumlah secara gradual

2.4. Perjalanan Penyakit


Perjalanan HIV/AIDS dibagi dalam dua fase :
1. Fase Infeksi Awal
Pada proses awal infeksi (immunokompeten) akan terjadi respon imun berupa
peningkatan aktivasi imun, yaitu pada tingkat seluler (HLA-DR;sel-T;IL-2R)
serum atau humoral (beta 2 mikroglobulin, neopterin, CD8, IL-R) dan antibodi
apregulation (gp120, antip24;igA) (kam, 1996) induksi sel T-helper dan sel-sel
lain diperlukan untuk mempertahankan fungsi sel-sel faktor sistem imun agar
tetaap berfungsi dengan baik. Infeksi HIV akan menghancurkan sel-T, sehingga
T-helper tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun.
Dengan tidak adanya T-helper sel-sel efektor sistem imun seperti T8 sitotoksik,
sel NK, monosit dan sel B tidak dapat berfungsi dengan baik. Daya taha tubuh
menurun sehingga pasien jatuh ke dalam stadium lebih lanjut. (Dr. Nursalam,dkk;
2005).

16
2. Fase Infeksi Lanjut
Fase ini disebut dengan imunnodefisien, karena dalam serum pasien yang
terinfeksi HIV ditemukan adanya supresif berupa antibodi terhadap proliferasi sel-
T. Adanya supresif pada proliferasi sel-T tersebut dapat menekan sintesis dan
sekresi limfokin, sehingga sel-T tidak mampu memberikan respon terhadap
mitogen dan terjadi disfungsi imun yang ditandai dengan penurunan kadar CD4+,
sitokin (IFNc;IL2;IL6), antibodi down regulation(gp120;antip24, TNFa, dan
antinef. (Dr. Nursalam,dkk; 2005).

2.5. Pembagian Stadium Penyakit HIV / AIDS


1. Stadium Pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti dengan terjadinya perubahan
serologis ketika antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif.
Rentang waktu sejak HIV masuk kedalam tubuh sampai test antibodi terhadap HIV
menjadi positif disebut dengan window period. Lama window period adalah antara
1-3 bulan bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan.
2. Stadium Kedua:Asimptomatis (tanpa gejala)
Asimptomatik berarti bahwa didalam organ tubuh terdapat HIV, tetapi tidak
menunjukkan gejala apapun. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata selama 5-10
tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat
menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium Ketiga : Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent
Generalized Lympadenopathy) Hal ini tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan
berlangsung lebih dari 1 bulan.
4. Stadium Keempat : AIDS
Keadaan ini disertai dengan adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit
konstitusional, penyakit saraf, dan penyakit infeksi sekunder.
(Dr. Nursalam,dkk; 2005)

17
2.6. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan AIDS
Adapun usaha yang dilakukan untuk mencegah terkenanya penyakit HIV / AIDS yaitu :
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu
orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan
hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
6. Jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang anda tidak ketahui
kondisi kesehatannya.
7. Hindari mabuk-mabukan dan narkotika yang membuat anda lupa diri.
Sedangkan usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk mencegah penularan
AIDS yaitu, misalnya : Memberikan penyuluhan-penyuluhan atau informasi kepada seluruh
masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui seminar-
seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan
AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak maupun media
elektronik.

2.7. Kelompok Yang Mempunyai Resiko Tinggi Tertular AIDS


Penyakit AIDS dapat diderita oleh siapa saja, dan dari kalangan umur berapapun. Namun,
kelompok yang paling beresiko tinggi tertular AIDS, yaitu:
 Mereka yang sering melakukanhubungan seksual diluar nikah, seperti wanita dan
pria tuna susila dan pelanggannya.
 Mereka yang mempunyai bayak pasangan seksual misalnya : Homo seks (
melakukan hubungan dengan sesama laki-laki ), Biseks ( melakukan hubungan
seksual dengan sesama wanita ), Waria dan mucikari.
 Penerima transfusi darah, pecandu narkotika suntukan, pasangan dari pengidap
AIDS
 Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.
 Pecandu narkotika suntikan.

18
2.8. Pengobatan/ Treatment dan Immunisasi / Pemberian Vaksin.
A. PENGOBATAN
1. Terhadap Etiologi
Meningkatnya pengetahuan tentang Etiologi AIDS dan kaitannya dengan pengobatan
rupanya tidak menunjukkan hal yang menggembirakan, beberapa obat telah dicoba
diantaranya adalah :
 Zidovudine (Azidothymidine) mempunyai efek mempengaruhi peoses replikasi
virus.
 Suramin, HPA 23, Ribavirin, terbukti menghambat replikasi virus.
 Foscarnet, masih dalam tahap penelitian. (Wiku Adisasmito, 2010)

2. Terhadap Infeksi Sekunder


Pada umumnya penderita AIDS menderita infeksi berat, multiple dan berulang.
Respon pengobatan seringkali buruk karena adanya strain yang resisten. Jenis-jenis
mikroba yang menimbulkan infeksi sekunder adalah protozoa (Pnemocytis carinii,
toxoplasma, dan cryptotosporidium), jamur (kandidiasis), virus (herpes,
cytomegalovirus/CMV, papovirus), dan bakteri (Mycobacterium TBC,
Mycobacterium ovarium intra cellular,streptococcus). Penanganan terhadap infeksi
sekunder ini disesuaikan dengan jenis mikroorganisme penyebabnya, diberikan terus-
menerus sampai gejala infeksi sekunder menghilang dan tidak menimbulkan
komplikasi lebih lanjut. (Wiku Adisasmito, 2010)

B. Mengatasi Status Defisiensi Immune


Sampai saat ini belum ditemukan adanya obat-obatan yang dapat meningkatkan status
immun penderita AIDS. Obat yang sampai sekarang masih diuji coba adalah sbb;
1. Biological Respons Modifier, misalnyaa alpha interferon, gamma interferon,
interleukin, thymic hormone, transplantasi sumsum tulang, dan transplantasi timus.
2. Immunomodular agent, misalnya Isoprinosine.
3. Semua obat ini secara in vitro menunjukkan hasil yang baik, namun secara in vivo
tidak. (Wiku Adisasmito, 2010)

19
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
HIV( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia.Virus HIV akan masuk dalam sel darah putih dan merusaknya, sehingga sel
darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya.
Akibatnya sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai
penyakit. Kondisi ini disebut AIDS.
AIDS(Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau sindrom penurunan kekebalan yang
didapatkan adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh.
Pada awalnya penderita HIV positif sering menampakkan gejala sampai bertahun-tahun (5-10
tahun). Banyak faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya masa tanpa gejala ini, namun
pada masa ini penderita dapat menularkan penyakitnya pada orang lain. Sekitar 89% penderita
HIV akan berkembang menjadi AIDS. Semakin lama penderita akan semakin lemah dan
akhirnya akan berakhir dengan kematian, karena saat ini belum ditemukan obat untuk
mencegah atau menyembuhkan HIV/AIDS.
Ada lima unsur yang perlu diperhatikan pada transmisi suatu penyakit menular, yaitu
sumber penyakit, vehikulum yang membawa, agent penyakit, host yang rentan, adanya tempat
keluar, adanya tempat masuk (port d entrée). Transmisi tersebut dapat melalui transmisi
seksual yang berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau serviks, transmisi nonseksual
yang berhubungan dengan darah yaitu transmisi parenteral dan yang belum terbukti seperti
lewat air susu ibu dll.
Pembagian stadium :
Stadium Pertama : HIV
Stadium Kedua : Asimptomatis (tanpa gejala)
Stadium Ketiga : Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent)
Stadium Keempat : AIDS

Pencegahan dapat dilakukan untuk mengurangi persebaran penyakit tersebut. Bahkan


pemerintah juga telah membuat kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan penyakit ini.
Sedang untuk obatnya sampai saat ini belum ditemukan, beberapa mesih dalam percobaan
namun tetap memberikan dampak lainnya pula.

20
3.2.Saran
1. Untuk Masyarakat
Sebaiknya lebih menambah informasi mengenai penyakit HIV/AIDS sehingga
keluarga serta lingkungan aman dari kemungkinan terjangkit penyakit ini.
2. Untuk Mahasiswa
Sebaiknya kita sebagai generasi penerus dapat menjaga diri, dan menghindari
perbuatan yang nantinya kita menjadi orang yang beresiko terserang virus HIV.
3. Untuk Institusi
Seharusnya mengadakan pembelajaran ataupun seminar mengenai HIV/AIDS
sehingga kita mendapat informasi yang penting tentang HIV/AIDS.
4. Untuk tenaga kesehatan
Diharapkan dapat peka mengenali jenis penyakit ini dan merencanakan tindakan yang
tepat untuk menangani penyakit ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada


Depkes (2003). Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan ODHA.Jakarta:
Dirjen P2M Depkes RI, hal 80-177
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Stewart GJ. 1997, Mananging HIV. Sydney: MJA Published, hal 17-21, 42-44.
Widyastuti, yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hemoroid / wasir / ambeien adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena.Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil.
Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena
adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan
wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang
berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan.
Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang
terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod
eksternal. Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden
penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang
sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit
hemoroid.

1.2. Rumusan Masalah


Bertolak dari latar belakang di atas maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah
yaitu sebagai berikut :
1. Penyebab Hemoroid.
2. Jenis – jenis Hemoroid.
3. Gejala dan Tanda-Tanda Hemoroid
4. Cara Mengatasi dan Mengobati Hemoroid.
5. Pencegahan Hemoroid.

1.3.Tujuan
Adapun tujuan yang diharapkan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah khususnya
untuk mengetahui permasalaan mengenai hemoroid / wasir / ambeien bagi para pembaca
dan untuk memenuhi tugas farmakologi yang diberikan.

23
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Hemoroid
Hemoroid ( wasir /ambeien/piles )adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemorroid adalah pelebaran pembuluh darah/flexus vena. Hemoroid berasal dari kata
Yunani, haemorrhoides yang berarti darah yang mengalir (haem = blood, rhoos = flowing).
Istilah piles berasal dari kata latin, pila yang berarti pil atau bola. Jadi memang tepat kedua
istilah tersebut, karena selain ada perdarahan, penyakit ini ditandai dengan adanya / keluarnya
benjolan .
Di Indonesia disebut wasir, sedangkan ambeien berasal dari kata Belanda ‘ambeijen’
(diambil dari kata buah arbij). Hemorroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50%
individu mengalami berbagai tipe hemorroid berdasarkan luasnya vena yang terkena . Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan.
Literatur lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena eksternal dan / atau
internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan pada vena-vena anorektal. Jika
tidak mendapat penanganan maka hemoroid akan semakin bertambah parah, jarang yang
mengalami perbaikan dengan sendirinya karena biasanya kelainan ini melibatkan secara luas
pembuluh darah, jaringan lunak dan otot-otot anus .
Pada penderita wasir umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit
apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita wasir parah
terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa
memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan
ditangani dengan baik agar mudah diobati.
Jangan acuhkan dan remehkan penyakit wasir yang anda derita karena anda bisa dibuat
menderita seumur hidup oleh wasir yang tidak ditanggulangi dengan baik sampai ke akar-
akarnya. Selamat membaca artikel wasir dari organisasi.org semoga anda yang menderita
wasir dapat segera sembuh.

24
2.2. Jenis-Jenis / Macam-Macam Wasir / Homoroid / Ambeyen
Wasir atau ambeien ada dua macam, yaitu :
1. Ambeien internal : merupakan pembengkakan yang terjadi dalam rektum sehingga
tidak bisa di lihat atau di raba. Pembengkakan jenis ini hanya sedikit menimbulkan
rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum. Ciri-ciri yang dapat di
ketahui yaitu pendarahan pada saat buang air besar, rasa tidak nyaman saat duduk dan
berjalan karena terasa ada yang mengganjal di dalam anus. Jika sudah parah bisa
menonjol keluar dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil
tindakan operasi untuk membuang wasir.
2. Ambeien eksternal adalah wasir yang menyerang anus sehingga akan menimbulkan
rasa sakit, perih dan rasa gatal. Kerap kali wasir jenis ini ikut keluar jika ada tekanan
di sekitar anus semisal BAB dan sebagainya. Jika terdorong keluar oleh feses ambeien
ini akan mengakibatkan penggumpalan (trombosis) yang menjadikan wasir berwarna
biru-ungu. Dalam kondisi ini, maka pembuluh darah yang membengkak pada pinggir
anus itu sangat mudah terluka dan mengeluarkan darah.

Gambar perbedaan ambeien dalam dan luar.

25
2.3.Stadium pada penyakit ambeien
Adapun tingkatan / stadium pada penyakit ambeien yaitu :
1. Ambeien stadium I. Stadium ini ditandai dengan mulai timbulnya rasa tidak
nyaman dan seperti ada yang mengganjal di dalam anus. Kejadian ini biasanya
Anda rasakan saat duduk dan berjalan. Tanda-tanda lain adalah sering terasa gatal
dan panas di sekitar anus. (Bisa diobati dengan herbal ambeien).
2. Ambeien stadium II. Stadium ini ditandai dengan adanya bercak darah pada
kotoran yang keluar dari anus. Hal ini bisa terjadi karena adanya tekanan kotoran
pada pembuluh darah yang mengalami pembengkakan. Dalam stadium ini
biasanya muncul tonjolan berwarna ungu kehitaman yang keluar dari dubur saat
Anda jongkok dan BAB. Namun benjolan itu bisa masuk dengan sendirinya. (Bisa
diobati dengan herbal ambeien).
3. Ambeien stadium III. Stadium ini ditandai dengan keluarnya tonjolan dari anus
yang tidak bisa kembali masuk dengan sendirinya. Anda harus memasukkannya
dengan jari tangan untuk bisa kembali dalam posisi normal. Pastinya keluarnya
tonjolan itu disertai dengan tetesan atau bercak-bercak darah karena adanya luka
pada pembuluh darah yang membengkak. (Bisa diobati dengan herbal ambeien).
4. Ambeien stadium IV. Stadium ini ditandai dengan keluarnya tonjolan yang tidak
bisa kembali masuk lagi meski pun sudah dimasukkan dengan jari tangan.
Tonjolan itu selalu kembali keluar disertai dengan bercak-bercak darah. Pada
stadium ini, Anda dianjurkan untuk menjalani tindakan penyembuhan secara
medis. Bisa dengan operasi, tembak laser dan sebagainya. Kondisi ini
memungkinkan Anda untuk melakukan penggabungan tindakan medis dengan
herbal ambeien. Proses penyembuhan dan pemulihannya jauh lebih cepat
dibanding jika Anda tidak melakukan penggabungan.

2.4. Faktor pemicu terjadinya penyakit hemoroid / Ambeien.


Ambeien dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut di bawah ini sehingga perlu diwaspadai dan
dihindari :
 Terlalu banyak duduk.
 Diare menahun, sembelit / kontipasi / obsitpasi menahun.
 Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
 Keturunan penderita wasir
 Hubungan seks yang tidak lazim, penekanan kembali aoiran darah

26
2.5. Ciri Khas / Gejala Penyakit Wasir / Ambeien / Hemoroid
Sebelum parah sebaiknya kita mengenal seperti apa penyakit wasir ada awal mulanya
sehingga kita bisa obati sedini mungkin. Biasanya penderita akan mengalami pendarahan
dubur dengan warna darah merah muda yang menetes atau mengalir lewat lubang dubur /
anus. Penderita juga akan merasa ada ganjalan pada anus ketika bab sehingga penderita akan
ngeden / mengejan yang bisa memperparah wasirnya. Selain itu biasanya anus akan terasa
gatal akibat virus dan bakteri yang membuat infeksi.

2.6. Pengobatan Ambeien / wasir / Hemoroid


Penanganan hemoroid ditentukan berdasarkan derajat nya, yaitu :
1. Medikamentosa / obat-obatan
Dilakukan pada hemoroid derajat (grade) 1 dan 2. meliputi :
 warm tub baths / rendam pantat beberapa kali dalam sehari, sekitar 10 menit
dengan cairan PK untuk menghilangkan / mengurangi keluhan gatal, nyeri dan
perdarahan.
 pemberian obat-obatan seperti :
_ pelunak kotoran / stool softener untuk memperbaiki pola BAB.
_ suplemen yang mengandung banyak serat untuk memperbaiki pola BAB
_ Obat-obatan yang di oleskan / topikal untuk hemoroid yang mengandung
anestesi lokal atau steroid dapat juga dipakai atau sediaan supositoria
(obat yang dimasukkan kedalam anus) untuk menghilangkan nyeri.
_ obat-obatan untuk menghilangkan perdarahan

2. Tindakan / Operasi
Dilakukan pada hemoroid derajat (grade) tiga dan empat.
Pengobatan secara pembedahan / operatif dapat juga diindikasikan pada kasus
hemoroid dimana telah dilakukan pengobatan secara konservatif / non operatif tapi
tidak menampakkan keberhasilan bahkan menimbulkan serangkaian gejala a.l rasa
terbakar pada anus, gatal, pembengkakan, benjolan bertambah besar, bengkak dan
keluar anus serta perdarahan yang semakin berat. Tindakan pembedahan juga
dilakukan pada kasus hemoroid eksterna yang mengalami kegagalan dengan
pengobatan non operatif, kegagalan artinya gejala klinis menetap bahkan
bertambah parah.

27
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hemoroid / Ambeien / Wasir adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi
namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah
hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya
hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman.
Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan
sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi, diantaranya adalah terjadi
trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan.Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas
pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya.

3.2. Saran
Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya pada
penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya hemoroid
dengan cara :
a. Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.
b. Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar
konsttipasi hemoroid.
Konstipasi merupakan gangguan pada gastrointestinal yang paling banyak dijumpai.
Seseorang dikatakan konstipasi jika buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Tetapi frekuensi bukan satu-satunya indikator untuk disebut sebagai konstipasi. Indikator lain
ialah sulit mengevakuasi feses karena feses keras, harus mengejan saat defekasi, atau rasa
tidak tuntas meski buang air besar setiap hari.

28
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi (Handbook of Pathophysiology). EGC. Jakarta :
2001
Guyton A, Hall J, Edisi 9, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Holick M, 2004, Vitamin D: Importance in the Prevention of Cancer: Am J Clin Nutr
Notrou P, 2007, penyakit ambeien. Dalam:Antara News
Anonim. 2007. Penyakit Ambeien. http://penyakit ambeien _ Dokter Sehat.htm. [05
September 2010]

29

Anda mungkin juga menyukai