Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total
berat badan. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme,
seperti karbondioksida, yang semuanya disebut dengan ion. Kekurangan Volume
cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika
mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air
tetap sama. (Brunner & suddarth, 2002).
Kekurangan volume cairan dapat terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti
ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan
cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan
dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan
tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluler istirahat).
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa itu hipovolemia?
2. Apa saja etiologi/penyebab dari hipovolemia?
3. Bagaimana patofisiologis dari hipovolemia?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari hipovolemia?
5. Apa saja komplikasi yang bisa disebabkan dari hipovolemia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk hipovolemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipovolemia?
8. Bagaimana membuat konsep asuhan keperawatan dari hipovolemia?
1.3 Tujuan
1. Memberikan penjelasan tentang hipovolemia
2. Mengetahui bagaimana penyebab dari hipovolemia
3. Mengetahui bagaimana proses terjadinya hipovolemia
4. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari hipovolemia
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari hipovolemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipovolemia
7. Mengetahui penatalaksanaan pada hipovolemia
8. Mengerti asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami hipovolemia

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Hipovolemia
Defisit volume cairan adalah situasi fisiologis yaitu cairan hilang dengan cara
isotonik (cairan dan elektrolit hilang secara bersamaan). (Patricia, 2011)
Kekurangan volume cairan (Defisit volume cairan) adalah kondisi penurunan
cairan intravaskular, interstisial, dan intraselular dalam tubuh. (Priscilla, 2015)
Kekurangan Volume Cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang
tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi vaskular,
interstisial atau intravaskular. Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan
elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh
normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama. (Brunner & suddarth,
2002).
2.2 Etiologi
Kekurangan volume cairan disebabkan oleh kehilangan cairan yang
berlebihan, ketidakcukupan asupan cairan atau kegagalan mekanisme pengaturan dan
penggantian cairan di dalam tubuh. Selain itu penyebab kekurangan volume cairan
yang paling umum adalah kehilangan cairan GI yang berlebihan akibat muntah, diare,
pengisapan GI, fistula usus, dan drainase usus. Penyebab kehilangan cairan lainnya
meliputi diuretik, gangguan ginjal, gangguan endokrin, kelebihan latihan fisik,
lingkungan yang panas, hemoragi, dan penyalahgunaan kronis pada laksatif dan
enema. (Pricilla,2015)
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI(2018). Penyebab dari defisit nutrisi adalah
sebagai berikut :
 Kehilangan cairan aktif
 Kegagalan mekanisme regulasi
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Kekurangan intake cairan
 Evaporasi
2.3 Batasan Karakteristik
1. Mayor ( Harus terdapat satu atau lebih )
a. Ketidakcukupan masukan cairan oral
b. Keseimbangan negatif antara masukan dan pengeluaran
c. Penurunan berat badan
d. Kulit/membran mukosa kering
2. Minor ( Mungkin Terdapat)
a. Peningkatan natrium serum
b. Penurunan pengeluaran urine atau pengeluaran urin berlebih
c. Urine memekat atau sering berkemih
d. Penurunan turgor kulit
e. Haus, mual, anoreksia

2
2.4 Faktor-faktor yang berhubungan
Patofisiologis
1. Berhubungan dengan pengeluaran urine yang berlebihan
 Diabetes tak terkontrol
 Diabetes insipidus (ketidakadekuatan hormon diuretik)
2. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan jalan
evaporatif karena luka bakar
3. Berhubungan dengan kehilangan-kehilangan sekunder akibat
 Demam atau peningkatan laju metabolik
 Drainase abnormal
 Luka
 Mensis yang berlebihan
 Peritonitis
 Diare
Situasional ( Personal, Lingkungan )
1. Berhubungan dengan muntah/mual
2. Berhubungan dengan menurunnya motivasi untuk minum cairan sekunder akibat
depresi, keletihan
3. Berhubungan dengan masalah diet
4. Berhubungan dengan makanan melalui selang dengan pelarut tinggi
5. Berhubungan dengan kesulitan menelan atau makan sendiri sekunder akibat nyeri
mulut, keletihan
6. Berhubungan dengan panas/sinar matahari yang berlebihan, kekeringan
7. Berhubungan dengan kehilangan melalui kateter indwelling atau drein
8. Berhubungan dengan ketidakcukupan cairan untuk upaya olahraga atau kondisi
cuaca
9. Berlebihan dengan penggunaan yang berlebihan laksatif, enema diuretik, dan
alkohol.
Maturasional
1. Bayi/Anak
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan kemampuan untuk memekatkan urine
2. Lansia
Berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder akibat penurunan
penerimaan cairan dan penurunan sensasi haus
2.5 Manifestasi klinis
Bersamaan dengan kehilangan cairan yang cepat (seperti hemoragi atau muntah
yang tidak terkontrol), manifestasi hipovolemia terjadi secara cepat. Penurunan berat
badan yang cepat merupakan indikator yang baik dari kekurangan volume cairan.
Tingkat keparahan kekurangan volume cairan dapat diperkirakan dengan presentase

3
kehilangan berat badan yang cepat : kehilangan berat badan sebesar 2 %
mengindikasikan kekurangan volume cairan ringan 5%, kekurangan volume cairan
sedang dan 8% atau lebih, kekurangan volume cairan berat.
Kehilangan cairan interstisial menyebabkan turgor kulit berkurang. Ketika
dicubit, kulit pasien yang mengalami kekurangan volume cairan yang tetap
meningkat. Hipotensi postural atau ortostatik merupakan tanda hipovolemia.
Penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 15mmHg ketika berubah posisi dari
berbaring ke duduk sering mengindikasikan kehilangan volume intravaskuler.
Tekanan vena juga menurun yang menyebabkan pengempisan vena leher, bahkan
ketika pasien berbaring. Mekanisme kompensasi untuk menghemat air dan natrium
serta mempertahankan sirkulasi tercatat untuk banyak manifestasi kekurangan volume
cairan, seperti takikardia : kulit pucat dan dingin(vasokontraksi), dan penurunan
keluaran urine. Berat jenis urine meningkat karena air direabsorbsi didalam tubulus.
(Pricilla,2015)
Tanda dan gejala dari Hipovolemia :
1. Penurunan berat badan akut
2. Penurunan turgor kulit
3. Penurunan tekanan darah
4. Penurunan frekuensi napas
5. Penurunan suhu tubuh
6. Penurunan kemampuan sensori
7. Penurunan denyut nadi perifer
8. Denyut nadi lemah dan cepat
9. Bola mata menonjol
10. Ekstremitas dingin/sejuk
11. Sekresi pernapasan kental dan lengket
12. Membran mukosa kering dan lengket
13. Urine pekat
14. Oliguria
15. Pusing,
16. Kelemahan,
17. Keletihan,
18. Sinkope,
19. Anoreksia,
20. Mual / muntah, dan Haus,
21. Kekacauan mental,
22. Konstipasi, (Hurst, 2015)
2.6 Patofisiologi
Kekurangan volume cairan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu
makanan, psikologi, infeksi, dan malabsorpsi. Kehilangan volume cairan ekstraseluler
dapat menyebabkan hipovolemia, menurunkan sirkulasi volume darah. Elektrolit
seringkali hilang bersamaan dengan cairan sehingga terjadi kekurangan volume cairan
isotonik . Ketika cairan dan elektrolit hilang , kadar natrium serum tetap normal,
meskipun kadar elektrolit lainnya, seperti kalium mungkin menurun. Cairan ditarik
kedalam kompartemen vaskular dari ruang interstisial karena tubuh berupaya

4
mempertahankan perfusi jaringan. Kondisi ini pada akhirnya juga mengosongkan
cairan di dalam kompartemen intraselular.
Hipovolemia menstimulasi mekanisme pengaturan untuk mempertahankan
sirkulasi. Sistem saraf simpatis distimulasi, seperti mekanisme rasa haus. ADH dan
aldosteron dilepaskan, memicu retensi natrium dan air oleh ginjal. Kehilangan cairan
berat, seperti pada hemoragi, dapat menyebabkan syok dan kolabs kardiovaskular.
2.7 Pohon masalah

2.8 Komplikasi
 Dehidrasi (ringan, sedang berat),
 Renjatan hipovolemik,
 Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2.9 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan penunjang.

5
Penurunan Tekanan Darah (TD), khususnya bila berdiri (hipotensi
ortostatik), peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit buruk, lidah kering dan
kasar, mata cekung, peningkatan suhu dan penurunan berat badan akut.

Bayi dan anak - anak: penurunan air mata, depresi fontanel anterior.
Pada pasien syok akan tampak pucat dan diaforetik dengan nadi cepat dan
halus, hipotensi terlentang dan oliguria.

2. Riwayat kesehatan
3. Evalusi status volume cairan
4. Kadar Nitrogen Urea dalam darah (BUN) > 25mg/ 100 ml
5. Peningkatan kadar Hematokrit > 50%
6. Berat jenis urine > 1,025

2.10 Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Medis
1. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam -basa
dan elektrolit.
2. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
3. Rehidrasi oral pada diare pediatrik. Tindakan berupa hidrasi harus secara
berhati-hati dengan cairan intravena sesuai pesanan / order dari medis.
Catatan : Rehidrasi pada kecepatan yang berlebihan dapat menyebabkan
GGJK (Gagal Ginjal Jantung Kongestif)
4. Tindakan terhadap penyebab dasar.

 Pedoman Penyuluhan pasien-keluarga


Beri pasien dan orang terdekat instruksi verbal dan tertulis tentang hal berikut :
1. Tanda dan gejala hipovolemia.

2. Pentingnya mempertahankan masukan adekuat, khususnya pada anak kecil


dan lansia, yang lebih mungkin untuk terjadi dehidrasi.
3. Obat-obatan : nama, dosis, frekwensi, kewaspadaan dan potensial efek
samping.

6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas px,
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat,
tanggal MRS, diagnosa medis, no. register.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh Buang air besar (BAB) lebih tiga kali sehari dan muntah. BAB
kurang dari empat kali dengan konsistensi cair. BAB 4-10 kali dengan konsistensi
cair (dehidrasi ringan/sedang).
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
Apakah px pernah mengalami hipovolemia sebelumnya, riwayat penyakit dan
apakah dirawat dirumah sakit.
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat menggangu status cairan.
f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social.
g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang menggangu pengobatan.
3.2 Pola gordon
a. Pola persepsi kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat px mengenai status kesehatan dan
praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat sakit
yang lalu, perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
b. Pola nutrisi metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat px mengenai konsumsi makanan dan
cairan, tipe intake makanan dan minuman sehari, pengguaan suplemen, vitamin
makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas perut, lapar dan haus berlebih.

7
c. Pola eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat px mengenai pola BAB, BAK,
frekuwensi karakter BAB, frekuwensi BAK
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi informasi riwayat px tentang pola latihan, keseimbangan energi, tipe dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah atau tempat sakit
e. Pola istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat px tentang frekuwensi dan durasi periode istirahat
tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah yang
dirasakan saat tidur
f. Pola persepsi kognitif
Meliputi informasi riwayat px tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri,
fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecap dan
pembau, sensasi perabaan, baal, kesemutan
g. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi riwayat px tentang bagaimana menilai dirinya, apa
pendapat/pandangan tentang dirinya.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Meliputi informasi riwayat px tentang apakah px tahu status dirinya, bagaimana
hubungan px dilingkungan tempat tinggal, bagaimana hubungan dengan orang-
orang terdekat
i. Pola reproduksi-seksualitas
Meliputi informasi riwayat px tentang fokus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasa dengan seks, orientasi seksual,
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Meliputi informasi riwayat px tentang metode untuk mengatasi atau koping
terhadap stres
k. Pola sistem kepercayaan
Meliputi informasi riwayat px tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan keputusan kepercayaan spiritual.

8
3.3 Pemeriksaan Fisik.
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada :
a. Keadaan umum : Tampak lemas, composmentis,
b. Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu,
pengukuran tingkat kesadaran.
c. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala : Bentuk bulat, bersih, tidak terdapat lesi
2) Rambut : Berwarna hitam, tidak berbau, warna kulit putih
3) Wajah : Bentuk simetris
4) Mata : Cekung, air mata kering, conjungtiva, sclera anikterik
5) Hidung : Normal, simetris berada di tengah, tidak ada pernafasan cuping
hidung
6) Telinga : Normal simetris, tidak ada penumpukan serumen berlebih
7) Mulut : Mukosa bibir kering, gusi kurang bersih, warna permukaan lidah
merah keputih-putihan
8) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
9) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan otot, tetani, dan sensasi
rasa.
10) Pemeriksaan thorak/dada : normal, tidak terdapat lesi dan massa, pola nafas
reguler
11) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah.
12) Paru
Inspeksi : dada simetris, tidak ada luka, ada retraksi dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitesi
Perkusi : paru (sonor) , jantung (pekak)
Auskultasi : ronchi (-/ - ), wheezing ( -/ -)
13) Abdomen :
Inspeksi : tidak terdapat otot bantu nafas perut
Auskultasi : suara redup
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : 18x/m
14) Neurologi : reflex, tingkat kesadaran, ganguang sensorik dan montorik.

9
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemi ( Kekurangan volume cairan ) berhubungan dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit ditandai dengan dehidrasi.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan diare.
3.5 Intervensi Keperawatan
1. Hipovolemi ( Kekurangan volume cairan ) berhubungan dengan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit ditandai dengan dehidrasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam kebutuhan cairan
terpenuhi
Kriteria hasil : tingkat dehidrasi menurun
a. Jelaskan pentingnya pemasukan dan pengeluaran cairan bagi tubuh
R/ memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan
kontrolpenyakit usus juga merupakan pedoman untukpengganti cairan
b. Kaji pemahaman pasien tentang perlunya mempertahankan hidrasi yang
adekuat
R/ dehidrasi menyebabkan kadar elektrolit menurun, sehingga keseimbangan
cairan terganggu
c. Kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu
R/ diuretik mampu mengurangi penyerapan natrium dalam ginjal, sehingga
meningkatkan produksi urine
d. Monitor TTV
R/dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi
e. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
R/ intake dan output tercukupi

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen ditandai dengan diare.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam asupan nutrisi
seimbang
Kriteria hasil :meningkatkan pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang
tepat, distensi abdomen menurun dan meningkatkan fungsi usus mendekati
normal
Intervensi :
a. Ajarkan pasien untuk memenuhi diet yang telah diprogramkan
R/kepatuhan terhadap diet dapat mencegah terjadinya diare

10
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
R/pemilihan zat gizi mempengaruhi metabolisme dalam tubuh
c. Monitor intake asupan makanan
R/mengetahui jumlah kalori yang masuk
d. Kaji dan observasi warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
R/membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya tiap
defekasi
e. Berikan cairan IV (mis. Ringer asetat, ringer laktat)
R/mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat
f. Kolaborasi pemberian obat (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/obat antiskresin untuk cairan dan elektrolit agar seimbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik untuk anti bakteri
berspektrum luas untuk mencegah endotoksin.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kekurangan Volume Cairan adalah keadaan dimana seorang individu yang


tidak menjalani puasa mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi vaskular,
interstisial atau intravaskular. Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air
dan elektrolit hilang pada proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan
tubuh normal sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan
intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju
intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk
untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, kekurangan volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
4.2 Saran
Kepada mahasiswa perawat atau pembaca agar dapat mengambil pelajaran
dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala kekurangan volume
cairan maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut kearah yang lebih buruk.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hurst, M. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Juall, C. L. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Suddarth, B. &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia ( Edisi 1).
Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI

13

Anda mungkin juga menyukai