Anda di halaman 1dari 7

WEB OF CAUTION (WOC)

Kebutuhan Dasar Profesi : Gangguan Pemenuhan Cairan


Di Ruang Rajawali 6B RSUP Dr. Kariadi

Disusun oleh :
Sinta Widhi Kurniawati
P1337420922076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada di dalam larutan cairan dan
Gangguan elektrolit. Kedua zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, cairan intra vena
dan di distribusikan keseluruh bagian tubuh. Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar
Pemenuhan
manusia secara fisiologis proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh (Price
Kebutuhan Cairan
& Wilson, 2005).

Klasifikasi Etiologi Manifestasi Klinis

Menurut Hidayat (2006), masalah keseimbangan 1. Hipovolemik. Hal ini menimbulkan


Mula-mula, ginjal yang kehilangan fungsinya, tidak
cairan terdiri dari dua bagian yaitu
1. Hipovolemik, adalah suatu kondisi akibat mampu memekatkan urine (hipothenuria) serta akan gejala pusing, lemah, letih,
kekurangan volume cairan ekstraseluler mengalami pengurangan cairan secara berlebih anoreksia, mual muntah, rasa haus,
(CES), dan dapat terjadi karena kehilangan (poliuria). Hipothenuria berhubungan dengan gangguan mental, konstipasi dan
cairan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, peningkatan beban zat pada setiap nefron. Hal ini oliguri, penurunan tekanan darah,
pendarahan sehingga menimbulkan syok HR meningkat, suhu meningkat,
terjadi karena keutuhan pada nefron yang membawa
hipovolemik.
2. Hipervolemik, adalah penambahan/ kelebihan zat serta kelebihan air tersebut terjadi gangguan turgor kulit menurun, lidah kering
volume CES, dapat terjadi pada saat stimulasi dalam prosesnya, yakni terjadinya osmotik diuretic dan kasar, mukosa, , mulut kering,
kronis ginjal untuk menahan natrium dan air, yang menyebabkan seseorang menjadi dehidrasi. penurunan berat badan akut, mata
fungsi ginjal abnormal dengan penurunan Kemudian, jika jumlah nefron yang tidak berfungsi cekung, pengosongan vena jugularis.
ekskresi natrium dan air, kelebihan 2. Hipervolemik. Gejala yang mungkin
tersebut semakin meningkat, maka, ginjal tidak lagi
pemberian cairan, dan perpindahan cairan dari
interstisial ke plasma. mampu menyaring urine (isothenuria). Pada tahap terjadi adalah sesak napas,
inilah, glomerulus menjadi kaku dan plasma tidak peningkatan dan penurunan tekanan
dapat difilter dengan mudah melalui tubulus. Maka darah, nadikuat, asites, edema,
Penatalaksanaan dari itu, terjadi kelebihan cairan dengan retensi air adanya ronchi, kulit lembab, distensi
dan natrium, selanjutnya (Syamsiah, 2011) vena leher, dan iramagallop
Penatalaksanaan pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan :
1. Tindakan non operasi seperti penggunaan Pemeriksaan Penunjang
obat-obatan, pengaturan diet dan hemodialisa
2. Tahap kedua dengan tindakan operasi yaitu 1. Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah,
transplantasi ginjal. Hb, Hematokrit) dan Berat jenis urine.
2. Pemeriksaan elektrolit serum.
3. Tindakan non farmakologis dengan
3. Analisa gas darah (astrup).
pemantauan intake output cairan
GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN

D.0036 Risiko
D.0022 Hipervolemia D.0023 Hipovolemia D.0039 Risiko Syok
Ketidakseimbangan Cairan

Definisi : Definisi : Definisi : Definisi :


Peningkatan volume cairan Penurunan volume cairan Berisiko mengalami penurunan, Berisiko mengalami
intravaskular, interstisial, intravaskular, interstisial, peningkatan, atau percepatan ketidakcukupan aliran
dan/ atau intraselular dan/ atau intraselular perpindahan cairan dari darah ke jaringan tubuh,
intravaskuler, interstisial, dan/ atau yang dapat mengakibatkan
Penyebab : Penyebab : intraselular disfugsi seluler yang
1. Gangguan mekanisme 1. Kehilangan cairan aktif mengancam jiwa
regulasi 2. Kegagalan mekanisme Faktor Risiko :
2. Kelebihan asupan regulasi 1. Prosedur pembedahan mayor Faktor Risiko :
cairan 3. Peningkatan 2. Trauma/perdarahan 1. Hipoksemia
3. Kelebihan asupan permeabilitas kapiler 3. Luka bakar 2. Hipoksia
natrium 4. Kekurangan intake 4. Aferesis 3. Hipotensi
4. Gangguan aliran balik cairan 5. Asites 4. Kekurangan volume
vena 5. Evaporasi 6. Obstruksi intestinal cairan
5. Efek agen farmakologis 7. Peradangan pankreas 5. Sepsis
8. Penyakit ginjal dan kelenjar 6. Sindrom respons
9. Disfungsi intestinal inflamasi sistemik
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Hipervolemia Setelah dilakukan intervensi I.03114 Manajemen Hipervolemia
selama …x24 jam, maka Observasi
keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. Ortopnea,
meningkat, dengan kriteria dispnea, edema, JVP/CVP meningkat, refleks
hasil : hepatojugular positif, suara npas tambahan)
1. Asupan cairan meningkat 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
2. Haluaran urin meningkat 3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung,
3. Kelembaban membran tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika
mukosa meningkat tersedia
4. Asupan makanan 4. Monitor intake dan output cairan
meningkat 5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium,
5. Edema menurun BUN, hematokrit, berat jenis urine)
6. Dehidrasi menurun 6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis.
7. Asites menurun kadar protein dan albumin meningkat)
8. Tekanan darah membaik 7. Monitor keceptan infus secara ketat
9. Denyut nadi radial 8. Monitor efek samping diuretik (mis. Hipotensi ortostatik,
membaik hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
10. Membran mukosa
membaik Terapeutik
11. Mata cekung membaik 1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
12. Turgor kulit membaik 2. Batasi asupan cairan dan garam
13. Berat badan membaik 3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam
sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat
diuretik
3. Kolaborasi pemberian continous renal replacement
therapy (CRRT), jika perlu
2 Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi I.03116 Manajemen Hipovolemia
selama …x24 jam, maka Observasi
keseimbangan cairan 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi
meningkat, dengan kriteria nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
hasil : menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
1. Kekuatan nadi meningkat membrane mukosa kering, volume urine menurun,
2. Turgor kulit meningkat hematokrit meningkat, haus dan lemah)
3. Output urine meningkat 2. Monitor intake dan output cairan
4. Dispnea menurun
5. Edema anasarkan Terapeutik
menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
6. Edema perifer menurun 2. Berikan posisi modified trendelenburg
7. Frekuensi nadi membaik 3. Berikan asupan cairan oral
8. Tekanan darah membaik
9. Tekanan nadi membaik Edukasi
10. Membran mukosa 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
membaik 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
11. Kadar hb dan ht membaik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa
2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin,
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah

3 Risiko Setelah dilakukan tindakan I.03098 Manajemen Cairan


Ketidakseimbangan keperawatan selama ...x24 jam Observasi
Cairan diharapkan keseimbangan 1. Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi,
cairan meningkat dengan akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kriteria hasil : kulit, tekanan darah)
1. Asupan cairan meningkat 2. Monitor berat badan harian
2. Haluaran urin meningkat 3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis.
3. Asupan makanan Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin , BUN)
meningkat 4. Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP
4. Edema menurun jika tersedia)
5. Dehidrasi menurun
6. Asites menurun Terapeutik
7. Tekanan darah membaik 1. Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
8. Denyut nadi radial jam
membaik 2. Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
9. Membran mukosa 3. Berikan cairan intravena bila perlu
membaik
10. Turgor kulit membaik Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu
4 Risiko Syok Setelah dilakukan tindakan I.02048 Manajemen syok
keperawatan selama ...x24 jam Observasi
diharapkan tingkat syok 1. Monitor status kardiopulmonal  (frekuensi dan kekuatan
menurun dengan kriteria nad, frekuensi napas, TD, MAP)  
hasil : 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
1. Akral dingin menurun 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran,  turgor
2. Pucat menurun kulit, CRT)
3. Tekanan darah membaik 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
4. Tekanan nadi membaik 5. Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya
5. Frekuensi napas DOTS  (deformity/deformitas, open wound/luka
membaik terbuka,  tendemess/nyeri tekan, swelling/bengkak)
6. CRT <2 detik
Terapeutik
1. Pertahankan jalan napas paten
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan  saturasi
oksigen >94%
3. Persiapkan Intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
4. Berikan posisi syok (modified Trendelenberg)
5. Pasang jalur IV Pasang kateter urine untuk menilai
produksi urine
6. Pasang selang nasogastrik untuk dekompresi lambung

Kolaborasi
1. Kolaborast pemberlan infus cairan, kristalold 1 – 2
L pada dewasa
2. Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20
mL/kgBB pada anak
3. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu:
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1
Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Syamsiah, Nita. (2011). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo. Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Pusat penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

AA Hidayat. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai