Anda di halaman 1dari 5

WEB OF CAUTION (WOC)

ENTEROCUTANEOUS FISTULA (ECF)

Arranged By :
Sinta Widhi Kurniawati
P1337420922076

NERS PROFESSIONAL STUDY PROGRAM


NURSING MAJOR
HEALTH POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH SEMARANG
2022
Entero – enteral atau enterocutaneous fistula adalah saluran abnomal terjadi pada perut atau usus besar/
usus kecil dengan organ lain, bisa terjadi pada  usus yang satu dengan usus lainnya (enteroenteral) atau usus
Fistula dengan kulit enterocutaneous fistul) (Brunner & Suddarth, 2002). Fistula enterokutan sebagian besar (75%
– 90%) terjadi secara iatrogenik pasca operasi. Pada suatu studi, sebanyak 95% fistula enterokutan terjadi
Enterokutan pasca operatif, dan ileum merupakan lokasi yang paling sering terjadinya fistula enterokutan.

Etiologi Pemeriksaan Penunjang Penatalaksanaan

1. Akibat pembedahan 1. Pemeriksaan Laborat 1. Fistul  akan menutup  dengan sendirinya


2. Trauma, khususnya  trauma penestrasi seperti Hitung darah lengkap untuk mengkaji setelah beberapa minggu sampai beberapa
luka bacok atau luka tembak HMT,  Kadar Hb yang biasanya menurun bulan. Tergantung keadaan kliniknya,
3. Proses inflamasi serta hitung sel darah putih (yang mungkin yaitu klien mendapatkan tambahan nutrisi
4. Infeksi meningkat). Laju Sedimentasi biasanya per IV, tanpa suplemen makanan  fistul
5. Penyakit inflamasi usus ( penyakit Crohn ) akan meningkat. Kadar albumin dan protein akan menutup
menurun yang menunjukkan malnutrisi 2. Masukan diit dan cairan
2. Pemeriksaan Rontgen Cairan oral , diit rendah residu tinggi
Manifestasi Klinik Dengan radio pague untuk mengetahui protein tinggi kalori dan terapi suplemen
antomi fistule. Bila fistel terjadi pada colon vitamin dan pengganti zat besi untuk
penggunaan contras enema (pemberian diberikan untuk memenuhi kebutuhan
Entero cutaneous fistula tidak mempunyai tanda- nutrisi.
gejala spesifik tergantung pada segmen usus yang contras   di berikan melalui rektum) lebih
bermanfaat 3. Terapi obat-obatan
terkena , antara lain  : Obat-obatan sedatif dan antidiare atau
1. Diare 3. CT Scan Abdomen
Untuk mengetahui peradangan atau infeksi antiperistaltik digunakan untuk
2. Malabsorption of nutrisi mengurangi peristaltic sampai minimun
3. Dehidrasi 4. Fistulogram
Dengan memberikan cairan radio opaque untuk mengistirahatkan usus yang
4. Terjadi kebocoran pada usus dan ada yang terinflamasi
menembus sampai kulit disuntikan dalam fistul
enterocutaneus,kemudian di rontgen maka 4. Pembedahan
hasilnya akan tampak lebih bagus Pembedahan akan dilakukan pada bagian
tertentu, untuk membuka bagian usus
Komplikasi tertentu seandainya mengalami kesulitan
penyembuhan
5. Segera periksa  :
Fistule bisa mengakibatkan manultrisi dan
a. Bila anda menemukan perubahan
dehidrasi, tergantung pada lokasinya di usus. yang signifikan pada
Fistule juga merupakan sumber dari masalah kulit kebiasaan eliminasi, diare yang
dan infeksi hebat
b. Ada kebocoran dari usus atau
kebocoran dari kulit setelah
pembedahan
SUMBER :
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1 Cetakan III, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1 Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1
Cetakan II, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.08238 Manajemen Nyeri
selama ...x24 jam diharapkan tingkat Observasi
nyeri meningkat dengan kriteria hasil : 1. Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri, meringis, gelisah 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. TTV dalam batas normal Nadi : 80- Terapeutik
120 x/menit, RR : 20-28 x/menit 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Teknik napas dalam)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan intervensi selama … I.14564 Perawatan Luka
integritas x24 jam, maka integritas kulit dan Observasi
kulit/jaringan jaringan meningkat, dengan kriteria hasil 1. Monitor karakteristik luka (drainase, warna, ukuran, bau)
: 2. Monitor tanda-tanda infeksi
1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
2. Tidak ada perdarahan, kemerahan, 1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
hematoma, dan nekrosis 2. Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Suhu kulit membaik (36,5 - 3. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
37,2℃) 4. Berikan terapi TENS, jika perlu
4. Kerusakan jaringan menurun Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridement, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan intervensi selama … I.05173 Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik x24 jam, maka mobilitas fisik Observasi
meningkat, dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
2. Nadi : 80-120 x/menit, RR : 20-28 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
x/menit mobilisasi
3. Kaku sendi menurun 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
4. Kelemahan fisik menurun Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.14539 Pencegahan Infeksi
selama ....x24 jam, tingkat infeksi Observasi
menurun dengan kriteria hasil : 1. Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
1. Keluhan nyeri menurun Terapeutik
2. Bengkak menurun 1. Ganti balut luka secara teratur (3harix1)
3. Kemerahan menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
4. Demam menurun pasien
5. Kadar sel darah putih dalam batas 3. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi
normal Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa luka
3. Ajarkan pasien dan keluarga tenteng cara mengganti balutan luka oprasi
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
6 Risiko Syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan I.14539 Pencegahan Perdarahan
selama ....x24 jam, tingkat syok Observasi
meningkat dengan kriteria hasil : 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
1. Kekuatan nadi meningkat nafas, TD, MAP)
2. Output urine meningkat 2. Monitor status oksigen (oksimetri nadi, AGD)
(2cc/kg/jam) 3. Monitor status cairan (masukan dan keluaran, turgor kulit, CRT)
3. Tingkat kesadaran membaik (GCS 4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupl
: 15) 5. Perikas riwayat alergi
4. Hasil TTV normal : Nadi : 80-120 Terapeutik
x/menit, RR : 20-28 x/menit, S : 1. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
36,5 - 37,2℃, SPO2 : 94-99% 2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
5. Tidak pucat, haus, dan letargi 3. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
6. Akral hangat Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda gejala awal syok
3. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal
syok
4. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
5. Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai