Anda di halaman 1dari 1

Materi ECF

Fistula adalah suatu hubungan yang abnormal antara dua


permukaan berepitel, dimana salah satunya berasal dari Pada fase stabilisasi, penanganan ditekankan pada
organ berongga. Fistula enterokutan (ECF) atau disebut juga resusitasi, penanganan sepsis, serta kontrol dari output
fistula intestinal eksternal merupakan kondisi dimana fistula. Ketika sepsis telah terkontrol dan terapi nutrisi telah
didapatkannya hubungan abnormal antara usus besar atau diberikan, fistula harus ditentukan stadiumnya secara tepat
usus halus dengan permukaan kulit. Suatu fistula dengan mengkombinasi kondisi klinis pasien dengan
enterokutan dapat berasal dari lambung, duodenum, pemeriksaan penunjang seperti studi kontras fluoroskopi,
jejunum, ileum, kolon, maupun rektum. Fistula enterokutan fistulografi, dan CT scan.
seringkali berhubungan dengan trias sepsis, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, dan malnutrisi. Prognosis dari fistula enterokutan bergantung pada
klasifikasinya, baik dari klasifikasi anatomis, fisiologis,
Fistula enterokutan sebagian besar (75% – 90%) terjadi maupun etiologinya. Lokasi anatomis fistula mempengaruhi
secara iatrogenik pasca operasi. Pada suatu studi, sebanyak besar kecilnya output fistula yang merupakan faktor prediktif
95% fistula enterokutan terjadi pasca operatif, dan ileum mortalitas yang cukup kuat dan dapat berdiri sendiri dimana
merupakan lokasi yang paling sering terjadinya fistula semakin besar output suatu fistula, efek yang ditimbulkan
enterokutan. kepada pasien semakin berat dan semakin meningkatkan
angka mortalitas. Penanganan fistula enterokutan baik
Fistula enterokutan lainnya sebesar 10% – 25% terjadi berupa penanganan konservatif maupun operatif juga
secara spontan maupun akibat adanya kelainan intrinsik berpengaruh pada prognosis. Tidak ada penanganan yang
seperti penyakit Crohn, enteritis radiasi, obstruksi distal, lebih unggul, namun sebaiknya diupayakan penanganan
maupun abses atau peritonitis. fistula enterokutan sekonservatif mungkin kecuali bila
Faktor risiko terjadinya fistula enterokutan pasca operasi didapatkan penyulit.
meliputi faktor risiko teknis dan pasien.
Faktor risiko teknis diantaranya akibat persiapan operasi, Penanganan fistula enterokutan hingga saat ini masih
teknik operasi, maupun penanganan pasca operasi yang menjadi tantangan meskipun perkembangan penanganan
kurang baik. suportif pasien belakangan ini mengalami kemajuan. Sesaat
Faktor risiko pasien diantaranya usia, kondisi medis yang setelah diidentifikasi, pendekatan tiga fase yang meliputi
mendasari pasien serta gaya hidup berisiko. Optimalisasi stabilisasi yang terdiri dari resusitasi dan penanganan
komorbiditas dan penanganan awal malnutrisi perlu sepsis, penentuan stadium dan penanganan suportif yang
dilakukan, terutama pada operasi elektif. berupa optimalisasi kondisi medis dan nutrisi dan, pada
beberapa kasus, intervensi bedah definitif diperlukan,
Fistula enterokutan diklasifikasikan berdasarkan anatomi, dimana perlu perencanaan yang matang, diseksi yang tepat,
fisiologi, dan etiologi dari fistula yang timbul. Secara reseksi serta reanastomosis dan rekonstruksi dari usus dan
anatomis, fistula dapat berasal dari lambung, duodenum, dinding perut sangat perlu diperhatikan. Sebagian besar dari
jejunum, ileum, maupun kolon. Secara fisiologis, fistula fistula sembuh spontan dalam 4 hingga 6 minggu dengan
diklasifikasikan sebagai high output, moderate  output, penanganan konservatif. Bila penutupan tidak terjadi setelah
dan low output berdasarkan jumlah cairan yang keluar dalam waktu tersebut, intervensi bedah diindikasikan.  
24 jam.
Penyakit Chron : Penyakit radang usus kronis yang
Sedangkan secara etiologis, fistula dinamai berdasarkan memengaruhi lapisan saluran pencernaan.
proses penyakit yang terkait, seperti fistula divertikel atau Penyakit Crohn terkadang dapat menyebabkan komplikasi
fistula neoplasma. Pada fistula gastroduodenal dan jejunum, yang mengancam jiwa.
fistula yang terjadi berupa high output dan kehilangan cairan, Penyakit Crohn dapat menyebabkan nyeri perut, diare, turun
gangguan keseimbangan elektrolit, serta malabsorpsi terlihat berat badan, anemia, dan kelelahan. Sebagian orang
jelas. Sementara pada fistula ileum dan kolon, fistula yang terbebas dari gejala pada sebagian besar masa hidup
terjadi berupa low output  sehingga dehidrasi, gangguan mereka, sementara sebagian lagi memiliki gejala kronis
keseimbangan asam-basa, serta malnutrisi jarang parah yang tidak bisa dihentikan.
ditemukan. Penyakit Crohn tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan seperti
Diagnosis definitif fistula enterokutan biasanya ditegakkan steroid dan imunosupresan digunakan untuk memperlambat
melalui visualisasi drainase dari insisi operasi atau dari perkembangan penyakit. Jika ini tidak efektif, pasien
lokasi drain. Baku emas dalam mendiagnosis fistula adalah mungkin memerlukan operasi. Selain itu, pasien dengan
menggunakan fistulogram dengan media kontras larut air, penyakit Crohn mungkin perlu untuk menerima skrining rutin
yang dilakukan setelah stabilisasi dan manajemen sepsis. untuk kanker kolorektal karena peningkatan risiko.

Fistulogram dapat menunjukkan konfigurasi traktus, asal


fistula, ukuran, dan kavitas abses yang berhubungan dengan
fistula. Selain itu, modalitas CT scan dengan kontras juga
dapat membantu dalam mengidentifikasi fistula serta
menggambarkan ada tidaknya kavitas abses di sekitar
fistula.

Penanganan fistula enterokutan terdiri dari tiga fase yaitu


stabilisasi, penentuan stadium dan penanganan suportif,
serta terapi definitif. Saat suatu fistula teridentifikasi,
tatalaksana perlu difokuskan pada resusitasi segera,
penanganan sepsis, dan pertimbangan faktor potensial yang
menghambat penutupan spontan. Penanganan fistula
enterokutan membutuhkan keterlibatan dokter bedah, ahli
gizi, terapis enterostomal, radiologis intervensi, dan
gastroenterologis.

Anda mungkin juga menyukai