0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan1 halaman
Fistula enterokutan (ECF) adalah hubungan abnormal antara usus dan kulit yang sering terjadi pasca operasi. Penanganannya terdiri dari tiga fase: stabilisasi dengan resusitasi dan penanganan sepsis, penentuan stadium dan penanganan suportif, serta terapi definitif seperti operasi bila diperlukan. Prognosis bergantung pada lokasi, ukuran, dan penanganannya, dimana sebagian besar sembuh spontan dalam 4-6 minggu dengan penanganan konserv
Fistula enterokutan (ECF) adalah hubungan abnormal antara usus dan kulit yang sering terjadi pasca operasi. Penanganannya terdiri dari tiga fase: stabilisasi dengan resusitasi dan penanganan sepsis, penentuan stadium dan penanganan suportif, serta terapi definitif seperti operasi bila diperlukan. Prognosis bergantung pada lokasi, ukuran, dan penanganannya, dimana sebagian besar sembuh spontan dalam 4-6 minggu dengan penanganan konserv
Fistula enterokutan (ECF) adalah hubungan abnormal antara usus dan kulit yang sering terjadi pasca operasi. Penanganannya terdiri dari tiga fase: stabilisasi dengan resusitasi dan penanganan sepsis, penentuan stadium dan penanganan suportif, serta terapi definitif seperti operasi bila diperlukan. Prognosis bergantung pada lokasi, ukuran, dan penanganannya, dimana sebagian besar sembuh spontan dalam 4-6 minggu dengan penanganan konserv
Fistula adalah suatu hubungan yang abnormal antara dua
permukaan berepitel, dimana salah satunya berasal dari Pada fase stabilisasi, penanganan ditekankan pada organ berongga. Fistula enterokutan (ECF) atau disebut juga resusitasi, penanganan sepsis, serta kontrol dari output fistula intestinal eksternal merupakan kondisi dimana fistula. Ketika sepsis telah terkontrol dan terapi nutrisi telah didapatkannya hubungan abnormal antara usus besar atau diberikan, fistula harus ditentukan stadiumnya secara tepat usus halus dengan permukaan kulit. Suatu fistula dengan mengkombinasi kondisi klinis pasien dengan enterokutan dapat berasal dari lambung, duodenum, pemeriksaan penunjang seperti studi kontras fluoroskopi, jejunum, ileum, kolon, maupun rektum. Fistula enterokutan fistulografi, dan CT scan. seringkali berhubungan dengan trias sepsis, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan malnutrisi. Prognosis dari fistula enterokutan bergantung pada klasifikasinya, baik dari klasifikasi anatomis, fisiologis, Fistula enterokutan sebagian besar (75% – 90%) terjadi maupun etiologinya. Lokasi anatomis fistula mempengaruhi secara iatrogenik pasca operasi. Pada suatu studi, sebanyak besar kecilnya output fistula yang merupakan faktor prediktif 95% fistula enterokutan terjadi pasca operatif, dan ileum mortalitas yang cukup kuat dan dapat berdiri sendiri dimana merupakan lokasi yang paling sering terjadinya fistula semakin besar output suatu fistula, efek yang ditimbulkan enterokutan. kepada pasien semakin berat dan semakin meningkatkan angka mortalitas. Penanganan fistula enterokutan baik Fistula enterokutan lainnya sebesar 10% – 25% terjadi berupa penanganan konservatif maupun operatif juga secara spontan maupun akibat adanya kelainan intrinsik berpengaruh pada prognosis. Tidak ada penanganan yang seperti penyakit Crohn, enteritis radiasi, obstruksi distal, lebih unggul, namun sebaiknya diupayakan penanganan maupun abses atau peritonitis. fistula enterokutan sekonservatif mungkin kecuali bila Faktor risiko terjadinya fistula enterokutan pasca operasi didapatkan penyulit. meliputi faktor risiko teknis dan pasien. Faktor risiko teknis diantaranya akibat persiapan operasi, Penanganan fistula enterokutan hingga saat ini masih teknik operasi, maupun penanganan pasca operasi yang menjadi tantangan meskipun perkembangan penanganan kurang baik. suportif pasien belakangan ini mengalami kemajuan. Sesaat Faktor risiko pasien diantaranya usia, kondisi medis yang setelah diidentifikasi, pendekatan tiga fase yang meliputi mendasari pasien serta gaya hidup berisiko. Optimalisasi stabilisasi yang terdiri dari resusitasi dan penanganan komorbiditas dan penanganan awal malnutrisi perlu sepsis, penentuan stadium dan penanganan suportif yang dilakukan, terutama pada operasi elektif. berupa optimalisasi kondisi medis dan nutrisi dan, pada beberapa kasus, intervensi bedah definitif diperlukan, Fistula enterokutan diklasifikasikan berdasarkan anatomi, dimana perlu perencanaan yang matang, diseksi yang tepat, fisiologi, dan etiologi dari fistula yang timbul. Secara reseksi serta reanastomosis dan rekonstruksi dari usus dan anatomis, fistula dapat berasal dari lambung, duodenum, dinding perut sangat perlu diperhatikan. Sebagian besar dari jejunum, ileum, maupun kolon. Secara fisiologis, fistula fistula sembuh spontan dalam 4 hingga 6 minggu dengan diklasifikasikan sebagai high output, moderate output, penanganan konservatif. Bila penutupan tidak terjadi setelah dan low output berdasarkan jumlah cairan yang keluar dalam waktu tersebut, intervensi bedah diindikasikan. 24 jam. Penyakit Chron : Penyakit radang usus kronis yang Sedangkan secara etiologis, fistula dinamai berdasarkan memengaruhi lapisan saluran pencernaan. proses penyakit yang terkait, seperti fistula divertikel atau Penyakit Crohn terkadang dapat menyebabkan komplikasi fistula neoplasma. Pada fistula gastroduodenal dan jejunum, yang mengancam jiwa. fistula yang terjadi berupa high output dan kehilangan cairan, Penyakit Crohn dapat menyebabkan nyeri perut, diare, turun gangguan keseimbangan elektrolit, serta malabsorpsi terlihat berat badan, anemia, dan kelelahan. Sebagian orang jelas. Sementara pada fistula ileum dan kolon, fistula yang terbebas dari gejala pada sebagian besar masa hidup terjadi berupa low output sehingga dehidrasi, gangguan mereka, sementara sebagian lagi memiliki gejala kronis keseimbangan asam-basa, serta malnutrisi jarang parah yang tidak bisa dihentikan. ditemukan. Penyakit Crohn tidak bisa disembuhkan. Obat-obatan seperti Diagnosis definitif fistula enterokutan biasanya ditegakkan steroid dan imunosupresan digunakan untuk memperlambat melalui visualisasi drainase dari insisi operasi atau dari perkembangan penyakit. Jika ini tidak efektif, pasien lokasi drain. Baku emas dalam mendiagnosis fistula adalah mungkin memerlukan operasi. Selain itu, pasien dengan menggunakan fistulogram dengan media kontras larut air, penyakit Crohn mungkin perlu untuk menerima skrining rutin yang dilakukan setelah stabilisasi dan manajemen sepsis. untuk kanker kolorektal karena peningkatan risiko.
Fistulogram dapat menunjukkan konfigurasi traktus, asal
fistula, ukuran, dan kavitas abses yang berhubungan dengan fistula. Selain itu, modalitas CT scan dengan kontras juga dapat membantu dalam mengidentifikasi fistula serta menggambarkan ada tidaknya kavitas abses di sekitar fistula.
Penanganan fistula enterokutan terdiri dari tiga fase yaitu
stabilisasi, penentuan stadium dan penanganan suportif, serta terapi definitif. Saat suatu fistula teridentifikasi, tatalaksana perlu difokuskan pada resusitasi segera, penanganan sepsis, dan pertimbangan faktor potensial yang menghambat penutupan spontan. Penanganan fistula enterokutan membutuhkan keterlibatan dokter bedah, ahli gizi, terapis enterostomal, radiologis intervensi, dan gastroenterologis.