DEFINISI
Fistula adalah suatu saluran abnormal yang menghubungkan
antara dua organ dalam atau berjalan dari suatu organ dalam
ke permukaan tubuh.Fistula enterokutaneous adalah suatu
saluran
abnormal
yang
menghubungkan
antara
organ
II.
KLASIFIKASI
Fistula enterokutaneous dapat diklasifikasikan berdasarkan
kriteria anatomi, fisiologi yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan kriteria anatomi, fistula enterokutaneous dibagi
menjadi 2 yaitu fistula internal dan eksternal. Fistula internal yaitu
fistula yang menghubungkan antara dua viscera, sedangkan
fistula eksternal adalah fistula yang menghubungkan antara
viscera dengan kulit.
2. Berdasarkan kriteria fisiologi, fistula enterokutaneous dibagi
menjadi 3 yaitu high-output, moderate-output dan low output.
Fistula enterokutaneous dapat menyebabkan pengeluaran
cairan intestinal ke dunia luar, dimana cairan tersebut banyak
mengandung elektrolit, mineral dan protein sehingga dapat
menyebabkan
komplikasi
fisiologis
yaitu
terjadi
ketidak-
ETIOLOGI
Berdasarkan kriteria etiologi, fistula enterokutaneous dibagi
menjadi 2 yaitu fistula yang terjadi secara spontan dan akibat
komplikasi postoperasi.
Fistula yang terjadi secara spontan, terjadi sekitar 15-25%
dari seluruh fistula enterokutaneous.Fistula ini dapat disebabkan
oleh berbagai hal terutama pada kanker dan penyakit radang
pada usus.Selain itu dapat juga disebabkan oleh radiasi, penyakit
divertikular, appendicitis, dan ulkus perforasi atau iskhemi pada
usus.
Penyebab utama fistula enterokutaneous adalah akibat
komplikasi
postoperasi
(sekitar
75-85%).Faktor
penyebab
malnutrisi,
infeksi
hypothermia.Sedangkan
atau
faktor
sepsis,
tehnik
yaitu
anemia,
pada
dan
tindakan-
fistula
enterokutaneous.
Selain
itu,
fistula
GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal dari fistula enterokutaneous adalah demam,
leukositosis, prolonged ileus, rasa tidak nyaman pada abdomen, dan
infeksi pada luka. Diagnosis menjadi jelas bila didapatkan drainase
material usus pada luka di abdomen. Penyempitan lumen usus tadi
mempengaruhi kemampuan usus untuk mentranspor produk dari
pencernaan usus atas melalui lumen terkonstriksi dan akhirnya
mengakibatkan nyeri abdomen berupa kram. Karena peristaltic usus
dirangsang oleh makana, maka nyeri biasanya timbul setelah
makan.
Untuk
menghindari
nyeri
ini,
maka
sebagian
pasien
tidak
konstan yang dialirkan ke kolon dari usus yang tipis, bengkak, yang
menyebabkan diare kronis. Kekurangan nutria juga bisa terjadi
karena gangguan pada absorbs. Akibanya adalah individu menjadi
kurus karena masukan makanan tidak adekuat dan cairan hilang
secara terusmenerus. Pada beberapa pasien, usus yang terinflamasi
dapat mengalami demam dan leukositosis (Brunner & Suddarth,
2002).
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada kasus Fistula yaitu sebagai
berikut:
a. Test methylen blue
Test ini digunakan untuk mengkonfirmasi keberadaan fistula
enterokutaneous dan kebocoran segmen usus. Tehnik ini kurang
mampu untuk mengetahui fungsi anatomi dan jarang digunakan
pada praktek.
b. USG
USG dapat digunakan untuk mengetahui ada-tidaknya
abses dan penimbunan cairan pada saluran fistula
c. Fistulogram
Tehnik ini menggunakan water soluble kontras.Kontras
disuntikkan melalui pembukaan eksternal, kemudian melakukan
foto x-ray. Dengan menggunakan tehnik pemeriksaan ini, dapat
diketahui berbagai hal yaitu : Sumber fistula, jalur fistula, adatidaknya kontinuitas usus, ada-tidaknya obstruksi di bagian distal,
keadaan usus yang berdekatan dengan fistula (striktur, inflamasi)
dan ada-tidaknya abses yang berhubungan dengan fistula.
d. Barium enema
Pemeriksaan ini menggunakan kontras, untuk mengevaluasi
lambung, usus halus, dan kolon. Tujuannya untuk mengetahui
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan fistula enterokutaneous dapat dibagi menjadi
5 tahapan, yaitu stabilization, investigation, decision making,
definitive therapy, dan healing.
1. Stabilization
Tahap ini dibagi menjadi 5 yaitu: identification, resuscitation,
control of sepsis, nutritional support, control of fistula drainage
a. Identification
Pada tahap ini, yang dilakukan adalah mengidentifikasi
pasien dengan fistula enterokutaneous. Pada minggu pertama
postoperasi,
pasien
menunjukkan
tanda-tanda
demam
dan
nutrisi
pada
pasien
dengan
fistula
fase
stabilization.Fistula
enterokutaneous
dapat
membutuhkan
kalori
total
sebanyak
25-
berbagai
tehnik
yang
digunakan
untuk
pauches,
dan
suction
catheter.Selain
itu,
untuk
diberikan
glyserin.Beberapa
karaya
powder,
penulis
stomahesive
melaporkan
atau
keberhasilan
fistula
enterokutaneous.Obat-obatan
3. Decision
Fistula enterokutaneous dapat menutup secara spontan
dalam 4-6 minggu pada pasien dengan pemberian nutrisi adekuat
dan terbebas dari sepsis.Penutupan spontan dapat terjadi pada
sekitar 30% kasus.Fistula yang terdapat pada lambung, ileum,
enterokutaneous
yang
tidak
dapat
menutup
secara
membebaskan
Treiz.Kemudian
menemukan
usus
melakukan
seluruh
abses
sampai
eksplorasi
dan
rektumdariligamentum
pada
sumber
usus
untuk
obstruksi
untuk
pada
segmen
tersebut
merupakan
tindakan
yang
bypass,
Roux-en-Y
drainase,
dan
serosal
Penutupan
pemberian
fistula
nutrisi
harus
secara
terus
spontan
ataupun
dilakukan
untuk
operasi,
menjamin
KOMPLIKASI
Edmund et al mengidentifikasi trias klasik untuk komplikasi
yang dapat ditimbulkan oleh fistula enterokutaneous, yaitu sepsis,
malnutrisi, serta berkurangnya elektrolit dan cairan tubuh. Fistula
dapat menimbulkan abses local, infeksi jaringan, peritonitis hingga
sepsis. Selain itu, fistula enterokutaneous dapat meningkatkan
pengeluaran isi usus yang kaya akan protein dan cairan tubuh serta
elektrolit sehingga dapat menimbulkan malnutrisi dan berkurangnya
kadar elektrolit dan cairan tubuh. Pemberian nutrisi parenteral (TPN)
sangat diperlukan, karena TPN dapat meningkatkan penutupan
fistula secara spontan. Pada pasien yang membutuhkan penutupan
fistula dengan operasi, TPN dapat meningkatkan status nutrisi
sehingga dapat mempertahankan kontinuitas usus dengan cara
meningkatkan proses penyembuhan luka dan meningkatkan system
imun.
ASUHAN KEPERAWATAN/ASKEP
A. Pengkajian Keperawatan
Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan,
durasi dan karakteristik nyeri abdomen, adanya diare atau
dorongan fekal, mual, anoreksia atau penurunan berat badan
dan
riwayat
keluarga
tentang
penyakit
usus
inflamasi.
Daftar Pustaka
Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2, Medika
Aesculapius FKUI : Jakarta
Medeiros, Aldo Cunha.,dkk. 2004. Perawatan Postoperative
Enterocutaneous Fistulas oleh High-Pressure Vacuum dengan lisan
Diet Normal. http://content.karger.com/ProdukteDB/produkte.asp?
Doi=82317
Price A, Sylvia., Loraiine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit edisi 6 EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C.,Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddart edisi 8. Vol. 2, EGC : Jakarta