Anda di halaman 1dari 26

A TEN-YEAR REVIEW OF

ENTEROCUTANEOUS FISTULAS
AFTER LAPAROTOMY FOR TRAUMA
Oleh :
Chandrika Karisa A
Lidya Marathus Sholihah
Shalahuddin El Ayyubi

Konsulen : dr. Adriansyah, Sp.B


Latar Belakang
Pada era penatalaksanaan penyakit dengan metode
laparotomi, komplikasi fistula enterokutan frekuensi nya
menjadi meningkat. Pada pasien non-trauma, kejadian
kematian dilaporkan 7% sampai 20% sedangkan rata-rata
penutupan spontan sekitar 25%. Tinjauan ini adalah tinjauan
terbesar mengenai fistula enterokutan yang khusus
disebabkan oleh trauma.
Tujuan
Tujuan dari tinjauan ini adalah menganalisa strategi
tatalaksana dan hasil dari satu institusi selama 10 tahun
dalam mengatasi fistula enterokutan.
Metode dan Sample
Tempat : Presley Regional Trauma Center, Texas
Waktu : January 1996 sampai Desember 2005

Kriteria Inklusi :
Semua pasien dengan laparotomi akibat trauma di Presley Regional
Trauma Center, Texas, sejak Januari 1996 sampai Desember 2005
Kriteria Eksklusi :
Pasien yang meninggal dalam < 4 hari dalam masa perawatan
Pasien yang memiliki fistula bedah terkontrol dari penempatan saluran
intraluminal.
Pasien trauma dengan fistula enterokutan pada trauma
center telah di evaluasi selama 10 tahun. Parameter
penelitian meliputi; output fistula, tempat terjadinya, status
gizi, riwayat operasi, dan resolusi fistula (spontan atau
operatif).
Hasil
DISKUSI
Penelitianini memeriksa institusi regional terbesar dengan fistula
enterokutan sekunder akibat trauma. Pemeriksaan terbaru dari institusi
menunjukan morbiditas meningkat pada wanita, tetapi secara keseluruhan
mengenai kematian tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan
gender.

Perkiraan output fistula dapat di pertimbangkan berdasarkan kesterilan alat


saat operasi, permasalahan perawatan, nutrisi dan ketidakseimbangan
cairan serta elektrolit pasien, dimana output fistula ini mempengaruhi
tingkat mortalitas pasien. Pada penelitian yang dilakukan Edmonds et al.
and Levy et al. Melaporkan rata-rata kematian 56% dan 50%, masing-masing
untuk high-output fistula dan 16% dan 20% masing-masing untuk low-output
fistula.
KESIMPULAN
Dengan peningkatan penggunaan metode laparotomi,
tingkat fistula enterocutaneus (ECF) traumatik juga
meningkat dan merupakan entitas yang berbeda dengan ECF
tanpa trauma. Meskipun kedua populasi tersebut memiliki
tingkat kematian yang serupa, kelompok trauma
menunjukkan tingkat penutupan spontan yang lebih tinggi
dan tingkat perkembangan yang lebih tinggi pada pria.
Output fistula bukanlah menjadi prediksi terhadap kejadian
penutupan spontan.
FISTULA
ENTEROCUTANEOUS
Fistula Enterocutaneous
fistula (Latin)
pipa or flute
Fistula didefinisikan sebagai
saluran abnormal antara dua
epithelium-lined atau vessel
yang secara normal tidak
berhubungan.
ileum
Lokasi asal paling sering fistula
enterocutaneous
External Internal

Anatomi High-output > 500 cc/day

Moderate-output 200-500 cc/day


Classification
Physiologic
Low-output < 200 cc/day (Usually
colonic)
Etiologi

Akibat
Spontan (15-25%) komplikasi post
operasi (75-85%)
Surg Clin N Am 91 (2011) 481491

Gejala Klinis

Nyeri pada
demam leukositosis
abdomen

Infeksi BB
pada luka menurun
FISTULA ENTEROKUTANEUS
Postoperative malignant enterocutaneous Enterocutaneous fistula with
fistula
severe skin excoriation
Wound pouch dressing
Pemeriksaan Penunjang :
a. Test methylen blue
b. USG
c. Fistulogram
d. Barium enema
e. CT scan
FISTULOGRAM
Surg Clin N Am 91 (2011) 481491

Barium enema

Saluran yang timbul dari ileum distal berdekatan dengan


anastomosis ileorectal
CT- Scan

Hasil CT Scan Abdomen pada


fistel enterokutaaneus
Penatalaksanaan Fistula Enterokutaneous

1. Stabilization 24-48 jam


a. Identification
b. Resuscitation
c. Control of sepsis
d. Nutritional
support
e. Control of fistula
drainage
Terapi Definitif
Tahap akhir jika penutupan spontan lama terjadi
80-90% fistula akan tertutup dalam 6 minggu tanpa
penanganan operasi
Syarat dilakukan operasi :
Status nutrisi optimal
Tidak dalam kondisi sepsis
Kondisi vital stabil
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai