Anda di halaman 1dari 9

LAAPORAN PENDAHULUAN PERIANAL ABSES DI RUANG OK

RUMAH SAKIT RAJAWALI BANDUNG

Oleh :
Santy Rahayu (4118031)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2018
A. PENGERTIAN
Abses perianal adalah infeksi pada ruang para rectal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula. (Brunner & Sudart, 2007)
Abses Perianal adalah terkumpulnya nanah di daerah anus dan rektum
(Nelson RL Abcarian, 2006)
Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan
pembentukan abses rongga diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup
variabel, dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous.

B. ETIOLOGI
1. Bakteri stafilokokus dan Escherichia coli
2. Infeksi jamur kadang-kadang menyebabkan abses.
3. Anal sek
4. Radang pada usus
5. Sistem kekebalan tubuh menurun dan DM
6. Personal hygiene yang buruk

C. MANIFESTASI KLINIS
Abses dapat terjadi diberbagai ruang didalam dan sekitar rectum. Seringkali
mengandung pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka
akan tampak bengkak. Kemerahan dan nyeri tekan. Abses yang terletak lebih dalam
mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta demam. Sebagian
besar abses rectal akan mengakibatkan fistula.

D. KOMPLIKASI
1. Terjadi Fistula anal
2. Sakit yang sangat berat saat BAB
3. Masalah terus datang kembali (Kembuh)
4. Scars (Tanda yang tersisa setelah penyembuhan luka / proses penyakit lain)

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Foto rotgen
2. CT scan atau MRI lebih membantu dalam pengaturan terhadap penyakit infeksi
perirectal
3. USG
4. Pembedahan dilakukan untuk mengeringkan abses.
5. Mandi sitz hangat (duduk dalam bak air hangat) dapat membantu meringankan rasa
sakit dan bengkak

F. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi anatomi abses perianal dibagi menjadi empat yaitu:
1. Abses perianal dibawah kulit saluran dubur yaitu jenis yang paling umum terhitung
sekitar 60% yang sering muncul. Terdapat bahan purulen dibawah kulit saluran
dibawah dubur dan tidak melintang splingter eksternal
2. Abses dalam urutan frekuensi yang ischiorectal ketika nanah kedalam ischiorectal.
Nanah terkandung spingter analinternal dan eksternal
3. Abses Supralevator
Penyakit utama dipunggung yang menyebabkan (missal radang usus buntu , penyakit
diverticular , spesies ginekologi) atau nanah memperluas , melalui otot longitudinal
rectum dan mencapai diatas levator.
4. Abses Horseshoe Sangat jarang, hasil dari infiltrasi sekeliling nanah dalam
intersphincretik.

G. PENATALAKSANAAN
Terapi Paliatif terdiri dari rendam duduk dan analgesik. Namun tindakan bedah segera
untuk menginsisi dan mendrainase abses adalah tindakan pilihan. Apabila terdapat infeksi
lebih dalam dengan kemungkinan fistula, saluran fistula harus diangkat ketika abses
diinsisi dan didrain. Atau prosedur kedua dilakukan luka dapat diberi tampon dengan kasa
dan dibiarkan sembuh dengan granulasi.

H. PATHWAYS ABSES PERIANAL


Trauma atau tumor

Obstruksi saluran
perianal

Infeksi sekunder

Edem dan inflamasi

Kerusakan
Pre operasi Abses perianal Insisi abses
integritas kulit

Pemberian
Pelepasan mediator kimia Kerusakan Luka operasi Kelemahan anastesi
(bradikinin, histamin) kontrol suhu otot

Port de entery Perubahan


Reaksi nyeri Pelepasan mediator Hambatan konsistensi feces
kimia (prostaglandin) mobilisasi fisik
Resiko
infeksi Konstipasi/diare
Menuju hipotalamus
melalui vaskuler

Hipertermi
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Identitas terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, status pernikahan, pekerjaan,
suku bangsa,tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa, dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar, dan
nyeri beserta karateristiknya. Apakah ini terjadi selama defekasi? Berapa lama ini
berakhir? Adakah nyeri abdomen? Apakah terdapat perdarahan dari rectum? Seberapa
banyak? Seberapa sering ? Apa warnanya ? Pertanyaan lain berhubungan pola eliminasi
dan riwayat diet, termasuk masukan serat, jumlah latihan, tingkat aktifitas dan pekerjaan.
Pengkajian Objektif mencakup menginspeksi feses akan adanya darah atau muskus, dan
area perianal adanya hemoroid,fisura, iritasi, atau pus.
3. Riwayat Penyakit
Penyakit apa yang pernah di derit pasien, riwayat penyakit yang sama atau penyakit
lain yang pernah diderita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat. Adakah
penyakit yang sma diderita anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain yang
bersifat geneti maupun tidak.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Umunya pasien datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat
bisul pada daerah anus. Nilai GCS bias menurun bila terjadi nyeri hebt dan panas
atau demam tinggi, mual, muntah dan kaku kuduk.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal. Nadi lebih cepat, suhu meningkat, pernafasan meningkat.
c. Head to toe
- Kepala dan rambut
Inspeksi bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut, adanya massa
atau luka di kulit kepala.
- Mata
Inspeksi bentuk, warna konjungtiva, reflex pupil terhadap cahaya, reflex
mengedip dan gangguan penglihatan.
- Hidung
Inspeksi bentuk, letak septum, mukosa hidung, kebersihan, pernafasan
cuping hidung, dan adanya nyeri tekan sinus.
- Mulut
Inspeksi bentuk mulut, mukosa mulut, jumlah gigi, ada caries atau stomatitis,
penggunaan gigi palsu, keadaan gusi, dan kebersihan lidah.
- Telinga
Inspeksi bentuk antara kiri dan kanan, warna dengan area sekitar, kebersihan
telinga, perdangan dan gangguan fungsi pendengaran. Pada pasien bed rest lama
dengan posisi miring, maka kemungkinan besar akan terjadi ulkus daerah daun
telinga.
- Leher
Inspeki warna sekitar leher, adanya benjolan, letak trakea, denyut nadi
karotis, pembesaran vena jugulars dan kelenjar tiroid.
- Dada
Inspeksi bentuk dada, warna area sekitar dada. Palpasi pengembangan paru,
adanya nyeri tekan, batas paru dan vocal premitus. Perkusi batas paru dan
ketidaknormalan daerah thorax. Auskultasi bunyi nafas, irama pernafasan, suara
nafas tambahan, bunyi jantung dan suara tambahan bunyi jantung.
- Abdomen
Inspeksi bentuk dan warna area sekitar. Auskultasi bisisng usus biasanya
mengalami penurunan karea immobilisasi, ada massa karena konstipasi. Palpasi
adanya nyeri tekan abdomen, asites, pembesaran hepar dan limfe. Perkusi
menentukan batas organ, dan ketuk ginjal.
- Genetalia
Inspeksi adanya kelainan pada perineum, biasanya klien dengan abses yang
baru di operasi akan terpasang kateter unuk BAK. Kebersihan sekitar area
operasi, dan tanda-tanda adanya infeksi.
- Ekstremitas atas dan bawah
Akan terjadi penurunan otot sementara karena pasien harus bedrest pasca
operasi dilakukan.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1) Nyeri pada daerah perianal b.d adanya luka
2) Resiko tinggi infeksi b.d luka terbuka
3) Kecemasan b.d adanya indikasi tindakan operasi

b. Post operasi
a) Nyeri b.d tindakan eksisi luka operasi
b) Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare b.d efek anastesi dan pemasukan
cairan in adekuat.
c) Resiko tinggi infeksi b.d prosedur invasive
d) Kerusakan integritas kulit b.d colostomy

6. Intervensi Keperawatan
a. Pre Op
DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi dan intensitas Perubahan karakteristik
keperawatan selama 2x24 nyeri dengan skala 1-10. nyeri mengindikasikan
jam diharapkan nyeri adanya komplikasi
berkurang sampai hilang 2. Observasi TTV. Menunjukkan tingkat nyeri
dengan kriteria hasil : 3. Atur posisi nyaman Meningkatkan relaksasi
1
- Klien menunjukkan telungkup atau miring. terhadap nyeri
toeransi terhadap nyeri, 4. Berikan rendaman duduk Menjaga kebersihan dan
- Klien mengungkapkan kenyamanan.
nyeri berkurang 5. Kolaborasi dalam pemberian Membantu mengurangi
- TTV dalam batas normal analgetik nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat area luka, Adanya pus
keperawatan selama 2x24 karakteristik cairan yang mengindikasikan adanya
jam diharapkan tidak terjadi keluar infeksi
infeksi dengan kriteria hasil : 2. Monitor TTV (S dan Nadi) Peningkatan suhu dan nadi
- TTV dalam batas normal mengindikasikan adanya
2
- Leukosit normal proses infeksi
3. Rawat luka dengan prinsif Mencegah terjadinya
aseptik infeksi tambahan
4. Kolaborasi untuk pemberian Menghambat terjadinya
antibiotik infeksi
Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling Merupakan dasar dari
keperawatan selama 2x24 percaya komunikasi terapeutik
3 jam diharapkan kecemasan 2. Perhatikan perubahan prilaku Sebagai indicator
berkurang dengan kriteria kurang tidur, tidak ada peningkatan stress/
hasil : kontak mata kecemasan
- Ekspresi wajah tenang 3. Dengarkan ungkapan klien Diharapkan dapat
- Mampu mengungkapkan dengan empati mengurangi kecemasan
perasaan cemasnya 4. Berikan informati yang Dapat mengurangi
akurat kecemasan

b. Post Op
DX Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji lokasi dan intensitas Membantu menentukan
keperawatan selama 2x24 nyeri dengan skala 1-10. intervensi selanjutnya
jam diharapkan nyeri 2. Monitor TTV. Menunjukkan tingkat nyeri
berkurang sampai hilang 3. Kaji area operasi adanya Sebagai indikasi
dengan kriteria hasil : inflamasi peningkatan nyeri
1
- Klien menunjukkan 4. Ajarkan tehnik relaksasi Membantu mengontrol
toeransi terhadap nyeri, nyeri
- Klien mengungkapkan 5. Kolaborasi dalam pemberian Membantu mengurangi
nyeri berkurang analgetik nyeri
- Cukup istirahat
Setelah dilakukan tindakan 1. Auskultasi BU. Suara BU yang abnormal
keperawatan selama 2x24 merupakan tanda adanya
jam diharapkan konstipasi/ komplikasi.
diare tidak terjadi dengan
kriteria hasil : 2. Anjurkan banyak makan Menurunkan resiko iritasi
2
- BU normal sayur dan minum. mukosa
- Frekuensi dan
konsistensi BAB normal 3. Kolaborasi pemberian Membantu melunakkan
(1-2x/hari, lembek khas glyserin suppositoria. feces.
feces)
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji area luka operasi dan Penambahaan infeksi dapat
keperawatan selama 2x24 karakteristik drainage. menghambat penyembuhan
jam diharapkan infeksi tidak
terjadi dan luka sembuh 2. Monitor TTV dan hasil Peningkatan nilai TTV
tanpa komplikasi dengan leukosit. merupakan indikasi adanya
3 kriteria hasil : proses inflamasi.
- TTV dan leukosit dalam 3. Jaga balutan tetap kering. Menjaga pasien dari infeksi
batas normal silang selama penggantian
- Tidak ada tanda balutan.
peradangan pada area 4. Berikan antibiotik sesuai Dapat mencegah dan
luka operasi instruksi. melawan infeksi.
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi luka dan Perdarahan pasca operasi
keperawatan selama 2x24 karakteristik drainage. sering terjadi selama 48
jam diharapkan kerusakan jam pertama.
integritas kulit tidak terjadi 2. Irigasi luka sesuai indikasi. Untuk mengobati inflamasi
4 dengan kriteria hasil : infeksi pra /post op.
- Turgor kulit baik 3. Ganti balutan sesuai Untuk menurunkan iritasi
- Tidak ada anda-tanda kebutuhan. kulit dan potensial infeksi.
peradangan 4. Catat jumlah intake output. Untuk mengetahui tanda-
tanda dehidrasi post op.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.
http://healthyenthusiast.com/perianal-fistel.html
http://www.medistra.com/index.php)

Anda mungkin juga menyukai