Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIOTOMI
DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

OLEH
YOLANDA EKA PUTRI
NPM. 1614901110210

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : YOLANDA EKA PUTRI

NPM : 1614901110210

JUDUL LP : HERNIOTOMI

BANJARMASIN, 9 JANUARI 2017

--------------------------------------------------

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

............................................... ..................................................
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIOTOMI

A. DEFINISI
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
hernia dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong. Herniopastik adalah
tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dengan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis.
Hernia adalah keluarnya isi suatu rongga melalui suatu celah di mana terdapat daerah
yang mempunyai tekanan yang paling rendah (Mansjoer Arief, 2000).
Hernia adalah penonjolan suatu alat dalam (viskus) atau bagiannya, keluar dari
pembungkusnya, hingga merupakan suatu keadaan abnormal. Hernia terutama terjadi
melalui dinding abdomen atau diafragma (Dr. Lyndon Saputra, 2009).
Menurut  Suster Nada (2007) hernia adalah sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi di
salah satu bagian tubuh yang seharusnya tidak ada. Hernia adalah protusi (penonjolan)
ruas organ , isi organ ataupun jaringan melalui bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan atau lubang abnormal.
Menurut Ester (2001)  hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ
melalui struktur yang secara normal berisi.
Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan  isi suatu rongga  melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Herniotomi adalah pembesaran kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong hernia dijahit-
ikat setinggi mungkin lalu dipotong (Sjamsuhidayat, 2004 : 531).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada
klien dengan herniotomi.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi herniotomi
b. Mahasiswa mampu memahamiindikasi dan kontraindikasi herniotomi
c. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada herniotomi
d. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang pada herniotomi
e. Mahasiswa mampu memahami pathway herniotomi
f. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan herniotomi
C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI
Indikasi herniotomi:
1. Hernia reponibel
2. Hernia irreponibel
3. Hernia inkaserata
4. Hernia strangulata
Kontraindikasi herniotomi:
1. Umum
2. Khusus ( adanya peninggian tekanan intra abdomen: hipertrofi prostat, kelainan
paru-paru)

D. PENATALAKSANAAN/ JENIS-JENIS TINDAKAN


Tindakan definitif yaitu  dengan jalan operasi.cara yang paling efektif mengatasi hernia
adalah pembadahan.untuk mengembalikan lagi organ dan menutup lubang hernia agar
tidak terjadi lagi. Ada dua prinsip pembedaahan yaitu:
1. Herniorafi
Perbaikan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka atau laparoskopik
2. Herniotomi
Pada Herniotomy di lakukan pembedahan kantong  hernia sampai lehernya,kantong
di buka dan di isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan kemudian direposisi
kantong hernia dijahit  ikat setinggi mungkin kalau di potong . Menurut  Oswari
penatalaksanaan hermia yang terbaik adalah  operasi dengan jalan menutup lubang
hernianya. Bila bagian dinding perut yang lemah dipotong dan dijahit maka di sebut
herniorhapy,bila seluruh kantong hernia di potong  misalnya pada hernia inkarserata
yang telah menjadi gangren maka di sebut herniorapy .Bila dinding perut  yang
lemah itu ditempati dengan fasia , misal di ambil dari fasia otot perut maka disebut
hernioplastik.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk faktor penentu terjadinya hernia RO –thorax :
COPD – USG : adalah BPH.

F. PATHWAY KEPERAWATAN (YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS


TINDAKAN)
Herniotomi

Pre Op Intra Op Post Op

Terdapat Pembedahan Post anesthesi


Gelisah,
batu di
khawatir,
saluran Cidera jaringan
takut, dll
kemih
Cideranya jaringan kesadaran
terutama pembuluh diturunkan
darah yang berdinding
<terpapar tipis
: Retensi
<informa urin penurunan
otot-otot Nyeri
si
Resiko pernafasan
perdarahan

Kurang Penurunan
pengetahuan Perdarahan tak refleksi batuk
Nyeri
terkontrol

Koping Akumulasi
Syok sekret
individu hipovolemik
inefektif

Penurunan HB Ketidakefektifan
bersihan jalan
Ansietas
nafas
ansietas Penurunan
suplai O2

sianosis

Gangguan
Perfusi
jaringan

G. GAMBAR
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Pre operasi
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan batu pada vesika
urinaria
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri teratasi
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang, klien tampak tenang dan tidak
meningkatkan, klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
Intervensi dan rasional :
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-10). Dan
perhatikan tanda-tanda peningkatan tekanan darah, nadi, tidak bisa beristirahat,
gelisah dan rasa nyeri yang meningkat.
Membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan pergerakan batu.
2) Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi perubahan
terjadinya karakteristik nyeri.
pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu meningkatkan
koping klien dan dapat menurunkan kecemasan.
3) Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi pengunjung,
lingkungan yang tenang.
meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan meningkatkan
koping.
4) Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot.
5) Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi  secara teratur sesuai dengan
indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4 liter/hari sesuai toleransi
jantung hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine statis dan
mencegah pembentukan batu.
6) Kolaborasi: Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin
biasanya diberikan pada fase akut untuk menurunkan kolik dan meningkatkan
relaksasi otot/mental.

b. Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan adanya penutupan


saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi mekanik, peradangan
Tujuan : Perubahan pola eliminasi BAK
Kriteria : Retensio urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Intervensi dan rasional :
1) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 – 4 liter/hari
sesuai dengan toleransi jantung.
Memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi seperti infeksi
dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau iritasi
ureter.
2) Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim
kelaboratorium untuk dianalisa.
Meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan dapat
mamfasilitasi pengeluaran batu.
3) Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
Dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan membantu pilihan
terapi.
4) Kolaborasi: Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti
elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.
Peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu menindikasikan
adanya disfungsi ginjal.

c. Ansietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit


Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan tertasi.
Kriteria: Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengidentifikasi cara yang
tepat untuk menangani kecemasannya
Intervensi dan rasional :
1) Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum operasi
jika mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat menimbulkan ketakutan
kekhawatiran pada klien misalnya masker, lampu, elektroda, suara outoclave,
tangisan kecil.
Dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan meredakan kecemasan
klien sekaligus memberikan informasi untuk tindakan operatif.
2) Informasikan tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien.
Membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan
control dilingkungan yang baru/asing.
3) Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan penundaan
prosedur operasi.
Ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan reaksi
stress yang berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang merugikan
terhadap prosedur pembedahan dan obat anastesi.
4) Perkenalkan staf operasi saat klien dipindahkan keruang operasi
memberi hubungan dan kenyamanan psikis
5) Bina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control
dilingkungan yang baru/asing. Menurunkan ketakuatan bahwa prosedur yang
salah mungkin dilakukan

2. Intra operasi
a. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan konsentrasi Hb dalam darah
Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Monitor tandadangejalapenurunanperfusijaringan
R: Klien dipantau terhadap tanda dan gejala yang menandakan menurunnya
perfusi jaringan, yaitu: penurunan tekanan darah: saturasi O2 yang tidak
adekuat: pernafasan cepat atau sulit: peningkatan frekuensi nadi >100x/m:
gelisah: respon melambat: kulit dingin; kusam dan sianosis; denyut perifer tak
teraba; salah satu tanda dan gejala ini harus dilaporkan
2) Beri intervensi sesuai dengan penyebab penurunan perfusi perifer
R: Tindakan dilakukan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat,
tergantung pada penyebab tidak adekuatnya perfusi jaringan. Tindakan yang
dilakukan dapat mencakup penggantian cairan, terapi komponen darah dan
memperbaiki fungsi jantung
3) Lakukan percepatan mobilisasi aktvitas
R: Aktivitas seperti latihan tungkai diakukan untuk menstimulasi sirkulasi dan
klien didorong untuk berbalik dan mengubah posisi dengan perlahan dan untuk
menghindari posisi yang mengganggu arus balik vena.

3. Post operasi
a. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan cidera jaringan
Tujuan : gangguan rasa nyaman nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang
Intervensi dan rasional :
1) Evaluasi nyeri secara teratur (setiap 2 jam), catat karakteristik lokasi dan
intensitas nyeri (skala 0-10) memberikan informasi tentang kebutuhan untuk
dan atau keaktifan intervensi.
2) Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti latihan napas dalam
menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3) Posisikan sesuai indikasi, misalnya semifowler. dapat menghilangkan nyeri
dan menunjang sirkulasi jaringan, semifowler dapat menurunkan tegangan otot
abdomen dan tulang belakang.
4) Berikan informasi tentang ketidaknyamanan yang akan terjadi yang hanya
bersifat sementara pemahaman tentang ketidaknyaman dapat memberikan
keterangan emosional.
5) Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik intravena sesuai indikasi, dll
analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera

b. Ansietas berhubungan dengan koping individu yang infektif mengenai penyakit


Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan tertasi.
Kriteria: Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengidentifikasi cara yang
tepat untuk menangani kecemasannya
Intervensi dan rasional :
1) Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum operasi
jika mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat menimbulkan ketakutan
kekhawatiran pada klien misalnya masker, lampu, elektroda, suara outoclave,
tangisan kecil.
Dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan meredakan kecemasan
klien sekaligus memberikan informasi untuk tindakan operatif.
2) Informasikan tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien.
Membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan
control dilingkungan yang baru/asing.
3) Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan penundaan
prosedur operasi.
Ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan reaksi
stress yang berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang merugikan
terhadap prosedur pembedahan dan obat anastesi.
4) Perkenalkan staf operasi saat klien dipindahkan keruang operasi
memberi hubungan dan kenyamanan psikis
5) Bina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan control
dilingkungan yang baru/asing.
Menurunkan ketakuatan bahwa prosedur yang salah mungkin dilakukan

c. Resiko infeksi berhubungan dengan cidera jaringan


Tujuan : infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi luka.
Intervensi dan rasional :
1) Observasi tanda-tanda infeksi pad luka post operasi
dapat diketahui secra dini tanda-tanda infeksi pada luka operasi seperti edema,
kemerahan, nyeri, yang bertambah berat/terdapat pus pada luka tersebut.
2) Monitor tanda-tanda vital, catat serangan panas, perubahan kesadaran, atau
keluhan meningkatnya nyeri yang hebat.
merupakan tanda-tanda adanjya peradangan/sepsis yang berkembang.
3) Monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan
dapat diketahui adanya infeksi pada luka operasi.
4) Berikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi daya tahan tubuh
dengan meningkatkan pengetahuan klien tentang hal-hal yang mempengaruhi
daya tahan tubuh diharapkan klien dapat operatif dengan tindakan keperawatan
yang akan dilakuakan.
5) Kolaborasi: Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat yang sesuai
dapat memberikan propilaksis/menurunkan jumlah organisme untuk
menurunkan membrane lebih lanjut
I. DAFTAR PUSTAKA
http://alipzdisiska.blogspot.co.id/2010/09/asuhan-keperawatan-pada-klien
dengan_29.html

http://arindracase.blogspot.co.id/2014/10/laporan-pendahuluan-hernia.html

https://bedahumum.wordpress.com/2008/10/08/herniotomi/

http://cintabedah.blogspot.co.id/2010/07/herniotomi.html

http://emedicine.medscape.com/article/1534281-technique

http://obattradisionalterbaik.web.id/obat-yang-ampuh-untuk-hernia/

http://sanirachman.blogspot.co.id/2009/10/hernia-definisi-hingga-penatalaksanaan.html

T. Heather Hermand, Shigemi Kamitsuru. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan


Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2015.

Anda mungkin juga menyukai