Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TURP

(TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE)

DI OK SENTRAL/IBS RSUD ULIN

OLEH :

NAMA : NUR APRILISA WULANDARI

NIM : P07120217074

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN DIPLOMA IV KEPERAWATAN

BANJARMASIN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA MAHASISWA : NUR APRILISA WULANDARI

NIM : P07120217074

JUDUL LP : TRANSURETHRAL RESECTION OF PROSTATE (TURP)

BANJARMASIN, 08 JULI 2019

Mengetahui

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

Hj. Ns. Endang SPN, M.Kep, SpMB Khairul Islah, S.Kep, Ns


LAPORAN PENDAHULUAN
TURP
(TRANSURETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE)

A. DEFINISI
Transurethral Resection of the Prostat adalah sebuah operasi yang dimaksudkan
menghilangkan bagian dari prostat yang menekan urethra, operasi ini dilakukan untuk
mengangkat jaringan prostat lewat uretra menggunakan resektroskop. TURP
merupakan operasi tertutup tanpa insisi serta tidak mempunyai efek merugikan
terhadap potensi kesembuhan.

B. TUJUAN
Transurethral Resection of the Prostate (TURP) adalah suatu tindakan endoskopis
pengurangan masa prostat (prostatektomi) dengan cara mengeruk prostat yang
mengalami pembesaran dengan tujuan agar urin dapat mengalir lancar. TURP
merupakan gold standar pembedahan endoskopik untuk Benign Prostat Hypertrophy
(pembesaran prostat jinak). (Rassweiler, 2006)

C. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


1. INDIKASI
Indikasi untuk dilakukan TURP mengacu pada gangguan berkemih yang
sedang hingga berat walaupun dengan pemberian obat-obatan. Indikasi absolut
pembedahan pada BPH adalah sebagai berikut:
a. Retensi urin yang berulang.
b. Infeksi saluran kemih berulang akibat pembesaran prostat.
c. Gross hematuria berulang.
d. Insufisiensi ginjal akibat obstruksi saluran kemih pada buli.
e. Kerusakan permanen buli atau kelemahan buli-buli.
f. Divertikulum yang besar pada buli yang menyebabkan pengosongan buli
terganggu akibat pembesaran prostat.
Secara umum pasien TURP diindikasikan pada pasien dengan gejala
sumbatan saluran kencing menetap dan progresif akibat pembesaran prostat yang
tidak mengalami perbaikan dengan terapi obat-obatan (Roehrborn, 1996). Operasi
TURP dapat dilakukan pada prostat yang mengalami pembesaran antara 30-
60gram dan kondisi pasien cukup sehat.
2. KONTRA INDIKASI
TURP merupakan prosedur elektif dan tidak direkomendasikan pada pasien
tertentu. Hampir semua kontraindikasinya adalah kontraindikasi relatif,
berdasarkan kondisi komorbid pasien dan kemampuan pasien dalam menjalani
prosedur bedah dan anestesi. Kontraindikasi relatif antara lain adalah status
kardipulmoner yang tidak stabil atau adanya riwayat kelainan perdarahan yang
tidak bisa disembuhkan. Pasien yang baru mengalami infark miokard dan
dipasang stent arteri koroner sebaiknya ditunda sampai 3 bulan bila akan
dilakukan TURP (Roehrborn, 1996).

D. PENATALAKSANAAN / JENIS-JENIS TINDAKAN


TURP dilakukan di bawah general anastesia atau lumbal anastesia dengan
sedation, sebuah citoscope dimasukan melalui urethra sampai ke bladder, bladder di
isi dengan solution sehingga memudahkan surgeon melihat-memeriksa bagian dari
prostat yang membesar, kemudian di masukan surgical loop melalui citoscope untuk
meremove bagian yang membesar. dan katater akan dibiarkan sampai beberapa hari.
Kadang-kadang di pasang irigasi untuk menghindari pembentukan bekuan darah.
Obseravasi kesadaran, vital sign, perdarahan, intake output, urination harus dilakukan
setelah operasi.
TURP dilakukan dengan cara bedah elektro (electrosurgical) atau metode
alternatif lain yang bertujuan untuk mengurangi perdarahan, masa rawat inap, dan
absorbsi cairan saat operasi. Metode alternatif ini antara lain vaporization TURP
(VaporTode), TURP bipolar, vaporisasi fotoselektif prostat (VFP), dan enukleasi laser
holmium serta tidanakan invasif minimal lainnya seperti injeksi alkohol, pemasangan
stent prostat, dan laser koagulasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup
murah adalah H2O steril (aquades) (Rahardjo, 1999).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. DRE (digital rectal examination), pemeriksaan ini direkomendasaikan dilakukan
setiap tahun pada laki-laki dengan usia > 50 tahun
2. PSA (prostat spesific antigen) test. PSA adalah sebuah protein yang di hasilkan
oleh cell prostat. PSA diketahui meningkat pada cancer prostat, dan ada
kecenderungan meningkat pada usia tua, sehingga kecenderungan pula pada usia
tua untuk munculnya kelainan ini.
3. Rectal ultrasound dan prostat biopsi. jika ada kecurigaan adanya tumor pada
prostat, maka dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan ini. pemeriksaan
ini dilakukan dengan memasukan melalui rectum direct wave sound pada prostat,
dimana gambaran apakah ada tumor atau tidak dapat dilihat pada sebuah screen.
Dokter juga dapat menggunakan ultrasoun image sebagai guide dalam biopsi.
4. Urin flow study (Uroflowmetre). adalah sebuah pemeriksaan untuk mengukur
seberapa cepat aliran urin.
5. Cystoscopy. pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukan sebuah tube melalui
urethra, alat ini dilengkapi dengan lensa, light sistem, sehingga memudahkan
dokter dalam pemeriksaan
6. Labratorium
7. EKG
8. Rontgen

F. PATHWAY KEPERAWATAN (YANG BERHUBUNGAN DENGAN KASUS


TINDAKAN)

TURP

PREOPERASI INTRA OPERASI POST OPERASI

Kurang Prostat Pembedahan Pembiusan Efek bius


informasi membesar

Insisi Kesadaran
dalam Gelisah
Kesalahan Penekanan pengaruh
interpretasi serabut obat bius
saraf Terkikisnya
kontinuitas
jaringan Risiko jatuh
obstruksi
Kurang saluran
nyapengetahuan kemih
tentang Fungsi
Perdarahan
pembedahan hipotalamus
posteior
menurun
Perdarahan
banyak
Ansietas
hipotermia

Nyeri akut
Shok
Hipovolemik

Suplai O2 Hemoglobin
Cyanosis ke jaringan menurun
berkurag

Gangguan
perfusi
jaringan
G. GAMBAR
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN, INTERVENSI DAN RASIONAL
1. PRE OPERASI
a. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang pembedahan
Intervensi Rasional
1. Memberitahu px tentang prosedur 1. Px dapat mengetahui prosedur
pembedahan. pembedahan.
2. Beri kesempatan pada px untuk 2. Dapat meringankan beban
mengungkapkan rasa cemas. fikiran px.
3. Ciptakan suasana tenang dan 3. Dapat meringankan beban
nyaman fikiran px.
4. Gunakan teknik relaksasi 4. Memfokuskan perhatian klien
membantu menurunkan
tegangan otot.

b. Nyeri akut b.d agen cidera biologis : pembesaran prostat yang menekan saraf
uretra
Intervensi Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas 1. Membantu menentukan
karakteristiknya, lokasi, lamanya, pilihan intervensi dan
faktor yang memperburuk dan memberikan dasar untuk
meredakan perbandingan dan evaluasi
terhdap terapi.
2. Observasi adanya tanda-tanda 2. Perilaku vebal dan non verbal
nyeri non verbal seperti ekspresi menunjukkan
wajah, gelisah, ketidaknyamanan klien
menangis/meringis, perubahan terhadap nyeri .
tanda vital. 3. Komunikasi terapeutik dapat
menenangkan klien .
3. Gunakan strategi komunikasi 4. Memfokuskan perhatian klien
terapeutik membantu menurunkan
4. Gunakan teknik distraksi tegangan otot.

2. INTRA OPERASI
- Resiko perdarahan berhubungan dengan terkikis kontinuitas jaringan
intervensi Rasional
1. Lakukan manual pressure (tekanan) 1. Untuk mengehentikan
pada area perdarahan perdarahan
2. Lindungi sekitar kulit dan anatomi 2. cegah kerusakn integritas kulit
yang sesuai seperti penggunaan
kassa untuk menghentikan
perdarahan
3. Pantau pemasukan dan pengeluaran 3. kemungkinan terjadinya
cairan selama prosedur operasi kekurangan cairan yang
dilakukan mempengaruhi keselamatan
pemakaian obat anestesi,
fungsi organ dan kondisi
pasien
4. Pastikan keamanan elektrikal dan 4. kegagalan fungsi alat dapat
alat-alat yang digunakan selama terjadi selama prosedur
prosedur operasi. operasi.

3. POST OPERASI
- Resiko jatuh berhubungan dengan anestesi narkotik
intervensi Rasional
1. Mengidentifikasi perilaku dan 1. Untuk mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi risiko apa saja yang dapat
jatuh menyebabkan pasien jatuh
2. Berkolaborasi dengan anggota tim 2. Dosis yang tepat untuk
kesehatan lain untuk menghindari efek samping
meminimalkan efek samping dari yang berlebihan
obat yang berkontribusi terhadap
jatuh
3. Memberikan pengawasan yang 3. Mencegah terjadinya resiko
tepat terhadap pasien jatuh pada pasien

I. DAFTAR PUSTAKA (10 tahun terakhir)


Doenges, E Marlyin (1999), Rencana asuhan keperawatan, Jakarta: EGC
Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EG.
Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta:Salemba Medika
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65172/Chapter%20II.pdf?sequ
ence=4&isAllowed=y diakses pada 08 juli 2019 pukul 22.30

Anda mungkin juga menyukai