Anda di halaman 1dari 8

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

PRODI NERS
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN KMB II
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KASUS ABDOMINAL PAIN
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA TULUNGAGUNG

Mahasiswa :

Pinilih Faridatul Lazulfa


NIM. A3R21037

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(Berlian Yuli Saputri, S.Kep.,Ns.,M.Kep) ( )


NIDN. 07-1507-9103
LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

A. PENGERTIAN

Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa


disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua
yaitu, nyeri abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.

Nyeri Abdomen Akut

Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan


onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri pada
suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri.

Keluhan yang menonjol dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut.
Rasa nyeri perut dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar
abdomen seperti organ-organ di rongga toraks. Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua
yaitu nyeri visceral dan nyeri somatik.

1. Nyeri Viseral :

Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi organ
intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum viseral tidak
sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat melakukan sayatan atau
jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien, akan tetapi bila dilakukan tarikan,
regangan atau kontraksi yang berlebihan dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang
tumpul disertai rasa sakit.

Pasien biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,


digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan. Karena
nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak aktif tanpa
menyebabkan bertambahnya rasa nyeri.

2. Nyeri somatik :

Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh saraf
tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau disayat
dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan menunjukkannya
memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan, perubahan suhu, kimiawi atau
proses peradangan.

Pergeseran antara organ viseral yang meradang dengan peritoneum parietal akan
menimbulkan rangsangan yang menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya
sendiri maupun gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau
perubahan intensitas rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pasien dengan apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa
nyeri, baik itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk.
Hal inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk.

Lokalisasi nyeri, sifat nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan
kita dapat lebih mendekati diagnosis kemungkinan.

Nyeri Abdomen Kronis

Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut,


baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
behubungan dengan ekserbasi akut.

B. ETIOLOGI
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan
atau diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa
berakibat fatal.
C. WOC abdominal pain

Apendisitis
akut,kolesistisis Kehamilan ektopik anuerisma yang
akut pecah,perdarahan limpa,hati,perforasi
Hernia
pancreatitis organ dalam
stanguelate

Peradangan Obstruksi Perdarahan

Penigkatan
regangan/tarikan,o
Hambatan pasase dalam
rgan kontrasi
organ
berlebih

Peningkatan regangan
Mual,muntah
Peningkatan tekanan /tarikan ,organ kontraksi
intraluminer berlebih

Anoreksia
Penurunan aliran Merangsang
darah peritorium visceral

Intake kurang
Hipoksia jaringan
dinding saluran Nyeri viseral

Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan Peningkatan Respon nyeri
metabolisme an aerob

Nyeri akut
Penumpukan asam
laktat

Kelemahan Intoleransi aktivitas

Factor psikologis

Penanggulangan
dalam periode watu

Kecemasan
D. MANIFESTASI KLINIS

1. Nyeri abdomen
2. Mual, muntah
3. Tidak nafsu makan
4. Lidah dan mukosa bibir kering
5. Turgor kulit tidak elastis
6. Urine sedikit dan pekat
7. Lemah dan kelelahan

E. KOMPLIKASI

a. Perporasi gastrointestinal
b. Obstruksi gastrointestinal

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan diagnostik
pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih akurat
daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara
dalam cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Pemberian analgetik
b. Pembedahan
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST


b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri

I. INTEVENSI

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Nyeri Akut D. 0077 Tingkat Nyeri L.08066 Manajemen Nyeri I.08238
setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam
1. lokasi, karakteristik, durasi,
diharapkan tingkat nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas
menurun dengan kriteria
nyeri
hasil sbb :
2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non
menurun verbal
2. Meringis menurun Terapeutik
3. Sikap protektif
1. Berikan teknik
menurun
nonfarmakologis untuk
4. Gelisah menurun
mengurangi rasa nyeri (mis.
5. Kesulitan tidur
TENS, hypnosis, akupresur,
menurun
terapi musik, biofeedback,
6. Frekuensi nadi
terapi pijat, aroma terapi,
membaik
teknik imajinasi terbimbing,
7. Pola nafas membaik
kompres hangat/dingin, terapi
8. Tekanan darah
bermain)
membaik
2. Control lingkungan yang
9. Nafsu makan
memperberat rasa nyeri (mis.
membaik
Suhu ruangan, pencahayaan,
10. Pola tidur membaik
kebisingan)
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Defisit nutrisi D.0019 Status nutrisi L.03030 MANAJEMEN NUTRISI (I.
03119)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan status 1. Observasi
nutrisi membaik dengan  Identifikasi status
nutrisi
Kriteria hasil :
 Identifikasi alergi dan
1. Porsi makan yang intoleransi makanan
dihabiskan  Identifikasi makanan
yang disukai
meningkat
 Identifikasi kebutuhan
2. Nyeri abdomen kalori dan jenis nutrient
menurun  Identifikasi perlunya
3. Perasaan cepat penggunaan selang
kenyag menurun nasogastrik
4. Berat badan  Monitor asupan
membaik makanan
 Monitor berat badan
5. Frekuensi makan
 Monitor hasil
membaik pemeriksaan laboratorium
6. Nafsu makan 2. Terapeutik
membaik  Lakukan oral hygiene
7. Membrane mukosa sebelum makan, jika perlu
membaik  Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan suhu
yang sesuai
 Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
DAFTAR PUSTAKA

1. www.scribd.com/doc/237668081/79204432-LP-Abdominal-Pain-doc
2. www.scribd.com/doc/185999364/Abdominal-Pain
3. Arief Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W.I., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. CordellWH, KeeneKK, GilesBK, etal: TheHighPrevalenceofPain in Emergency
Medicalcare. Am J Emerg Med 20:165-169, 2002.
5. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17. New
York. Mcgrawhill companies.
6. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department Evaluation. Emerg
MedClin North Am 19:123-136, 2001.
7. Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EMS
8. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku  Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
9. Sudoyo, Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai