TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam
rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3000 gr dan panjang badan
sekitar 50 cm (Pudjiadi S, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang normal antara 3000
gr-4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat badan lahir rendah
(BBLR). Menurut Jumiarni (1995:75), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir
pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Dahulu bayi ini dikatakan premature, kemudian
disepakati disebut low birth weight infant atau berat badan lahir rendah (BBLR). Karena
bayi tersebut tidak selamanya premature atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan
bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), 2)
bayi cukup bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42
minggu (259-293 hari), dan 3) bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai
Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan menjadi dua
golongan yaitu prematur dan dismatur. Dikatakan prematur bila neonatus dengan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.
Penyebab premature berasal dari faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Sedangkan
dismatur atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilan (KMK).
sampai menyebabkan kematian. Bayi BBLR ini dikategorikan kelompok risiko tinggi
karena memberikan kontribusi tinggi terhadap angka kematian bayi dan balita.
Negara berkembang pada tahun 2000 sebesar 13-38%, sedangkan laporan untuk di
Indonesia pada tahun yang sama sebesar 14% dari seluruh kelahiran hidup (Sjahmien M,
2003:40).
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses
mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati (1985:21) antara lain sebagai berikut :
Yang termasuk faktor lingkungan internal antara lain; umur ibu, jarak kelahiran, paritas,
kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, dan penyakit penyerta saat kehamilan.
Yang tergolong dalam faktor lingkungan eksternal antara lain; kondisi sosial ekonomi,
asupan zat gizi, pola makan dan kondisi lingkungan (kemiskinan, pengangguran,
Faktor utama yang mempengaruhi kejadian BBLR dari kelompok ini adalah frekuensi
Menurut Almatsier (2001:3) status gizi diartikan “ keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi”. Merujuk pendapat Almatsier ini maka
status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan
zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh pada pertumbuhan
status gizi ibu hamil buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi berat
lahir rendah, pertumbuhan otak terhambat, anemia pada bayi baru lahir, bayi mudah
Menurut Sitorus (1999:141) dinyatakan bahwa pemantauan gizi ibu hamil sangat
penting. Ukuran antropometri sangat cocok untuk mengetahui apakah status gizi ibu hamil
buruk, normal atau lebih. Indikator antropometri ini antara lain ukuran LILA (lingkar
(1986:27) kenaikan berat badan selama hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk
menentukan status gizi ibu hamil. Pertambahan berat badan ibu saat kehamilan normal
berkisar antara 7-12 Kg, dan sebaiknya sebelum mulai hamil seseorang ibu beratnya tidak
kurang dari 40 Kg. LILA dapat dipakai sebagai indikator ibu hamil mengalami KEK
(kekurangan energy kronik) atau tidak. Batasan acuan LILA ibu hamil adalah 23,5 cm. Bila
hamil adalah LILA. Tujuan pengukuran LILA adalah : 1) mengetahui risiko KEK pada
Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil, 2) meningkatkan perhatian dan kesadaran
masyarakat untuk deteksi dini kejadian KEK, 3) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan
anak, 4) pengelolaan upaya perbaikan gizi keluarga yang menderita KEK. Apabila
deteksi ukuran LILA segera diketahui dan dipantau terus menerus secara periodik, maka
Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan pencerminan dari status gizi
ibu hamil. Status gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan ukuran plasenta lebih
kecil sehingga suplay oksigen dan makanan ke janin berkurang. Akibat suplay dan
kebutuhan tidak imbang maka dampaknya pertumbuhan janin terhambat, hingga terjadi
BBLR.
Pada kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan belum tampak nyata,
karena pertumbuhan janin belum pesat. Pada kehamilan trimester II pertambahan berat
badan ibu sangat pesat dan merupakan masa kritis terjadinya penurunan status gizi pada
ibu hamil. Pada trimester I pertambahan berat badan kurang dari satu kilogram. Pada
trimester kedua sekitar tiga kilogram, sedangkan pada trimester ketiga sekitar enam
kilogram. Pertambahan berat badan yang sangat pesat pada trimester II dan III, sebagian
besar terjadi karena pertumbuhan janin, plasenta dan bertambahnya jumlah cairan
amnion. Berikut disajikan komponen yang menyebabkan kenaikan berat badan ibu
Sejak tahun 1961 World Health Organitation (WHO) telah mengganti istilah
premature baby dengan low birth baby (bayi dengan berat badan lahir rendah/BBLR).
Pergantian istilah ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi premature. Menurut WHO berat badan
lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500
gram (Surasmi,2003:35).
Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dapat dikategorikan menjadi dua
golongan yaitu :
1) Prematuritas Murni
Yaitu bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan
Yaitu bayi yang berat badannya kurang dari semestinya yaitu berat badan lahir
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dengan
BBLR premature, dimana masa gestasi kurang dari 37 minggu dan, 2) BBLR
dismatur dimana masa gestasi lebih dari atau sama dengan 37 minggu.
menjadi tiga yaitu; 1) bayi berat lahir rendah, yaitu berat lahir 1500-2500 gram, 2)
bayi berat lahir sangat rendah, yaitu berat kahir kurang dari 1500 gram dan 3) bayi
berat lahir ekstrim rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1000 gram.
Penyebab BBLR sangat kompleks dan umunya tidak hanya satu, oleh karena itu
sulit untuk dilakukan pencegahan. Upaya yang bisa dilakukan adalah menurunkan
prevalensi BBLR dengan memberikan perawatan antenatal yang standar dan paripurna.
Faktor-faktor risiko yang menyebabkan BBLR antara lain; usia ibu berisiko, riwayat
kehamilan pernah BBLR, ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan pre eklamsi, ibu
hamil dengan penyakit penyerta, adanya cacat bawaan dan infeksi dalam kandungan.
Menurut Yayan (2008) faktor risiko BBLR terdiri dari tiga kategori yaitu: 1)
Faktor ibu; penyakit, komplikasi pada kehamilan, usia ibu, paritas, merokok, pecandu
alcohol dan pengguna narkoba, 2) faktor janin; bayi premature, hidramnion, gemelli,
dan kelainan kromosom dan 3) Faktor lingkungan; radiasi, social ekonomi, terpapar zat
ibu; penyakit penyerta kehamilan, usia ibu, jarak kehamilan dan factor pekerjaan, 2)
factor janin meliputi; gemelli, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi
kandungan, isufisiensi plasenta dan inkomtabilitas darah ibu dan janin, 3) faktor
Pada bayi berat badan lahir rendah akibat kurang sempurnanya organ-organ
visceral tubuh, secara fisiologis akan timbul dampak; sering hipotermia, gangguan
vitamin K, sering terjadi perdarahan, penurunan daya tahan tubuh imunologi karena
777)
Pada bayi berat badan lahir rendah yang digolongkan dismatur akan berisiko
tinggi sehingga sering berisiko kern ikterus, hipoglikemia karena cadangan glikogen
rendah, dan keadaan lain yang menyebabkan perdarahan, hipertermia dan cacat bawaan.
bayi tetap hangat; caranya selimuti bayi untuk menghindarkan kehilangan panas, bayi
bisa ditaruh di incubator, 2) bayi tetap diberikan air susu ibu (ASI) meskipun reflek
menghisapnya kurang, 3) hindarkan dari risiko infeksi caranya dengan cuci tangan
sebelum dan sesudah menyentuh bayi, 4) timbang berat badan secara ketat. Prinsip lebih