Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori

1. Berat Bayi Lahir

Pada umumnya bayi dilahirkan setelah dikandung kurang lebih 40 minggu dalam

rahim ibu. Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3000 gr dan panjang badan

sekitar 50 cm (Pudjiadi S, 2003:11). Secara umum berat bayi lahir yang normal antara 3000

gr-4000 gr, dan bila di bawah atau kurang dari 2500 gr dikatakan berat badan lahir rendah

(BBLR). Menurut Jumiarni (1995:75), BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr. Dahulu bayi ini dikatakan premature, kemudian

disepakati disebut low birth weight infant atau berat badan lahir rendah (BBLR). Karena

bayi tersebut tidak selamanya premature atau kurang bulan tetapi dapat cukup bulan

maupun lebih bulan.

Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dikategorikan tiga kelompok yaitu; 1)

bayi kurang bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), 2)

bayi cukup bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42

minggu (259-293 hari), dan 3) bayi lebih bulan yaitu bayi dengan masa kehamilan mulai

42 minggu atau lebih (Jumiarni, 1995:74).

Dari pengertian di atas maka bayi dengan BBLR dapat dikategorikan menjadi dua

golongan yaitu prematur dan dismatur. Dikatakan prematur bila neonatus dengan usia

kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan

untuk masa kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

Penyebab premature berasal dari faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Sedangkan

dismatur atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena janin mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilan (KMK).

BBLR merupakan masalah penting dalam perawatan dan pengelolaan, karena

memiliki kecenderungan adanya infeksi, kesulitan bernafas sehingga mudah mengalami

hipotermia. Keadaan ikterus, hipoglikemia merupakan komplikasi dari akibat BBLR

sampai menyebabkan kematian. Bayi BBLR ini dikategorikan kelompok risiko tinggi

karena memberikan kontribusi tinggi terhadap angka kematian bayi dan balita.

Organisasi Kesehatan Sedunia memperkirakan bahwa angka prevalensi BBLR di

Negara berkembang pada tahun 2000 sebesar 13-38%, sedangkan laporan untuk di

Indonesia pada tahun yang sama sebesar 14% dari seluruh kelahiran hidup (Sjahmien M,

2003:40).

2. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui suatu proses

yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi berat bayi lahir menurut Kardjati (1985:21) antara lain sebagai berikut :

a. Faktor Lingkungan Internal

Yang termasuk faktor lingkungan internal antara lain; umur ibu, jarak kelahiran, paritas,

kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, dan penyakit penyerta saat kehamilan.

b. Faktor Lingkungan Eksternal

Yang tergolong dalam faktor lingkungan eksternal antara lain; kondisi sosial ekonomi,

asupan zat gizi, pola makan dan kondisi lingkungan (kemiskinan, pengangguran,

sanitasi lingkungan, air bersih, penyakit endemis di masyarakat).


c. Faktor Penggunaan Sarana Kesehatan

Faktor utama yang mempengaruhi kejadian BBLR dari kelompok ini adalah frekuensi

pemeriksaan kehamilan (ANC).

3. Status Gizi Ibu Hamil

Menurut Almatsier (2001:3) status gizi diartikan “ keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi”. Merujuk pendapat Almatsier ini maka

status gizi ibu hamil berarti keadaan sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi sewaktu hamil. Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh pada pertumbuhan

dan perkembangan janin dalam kandungan. Supariasa (2003:29) menyatakan bahwa “

status gizi ibu hamil buruk sebelum dan selama kehamilan akan menyebabkan bayi berat

lahir rendah, pertumbuhan otak terhambat, anemia pada bayi baru lahir, bayi mudah

infeksi, risiko abortus tinggi”.

Menurut Sitorus (1999:141) dinyatakan bahwa pemantauan gizi ibu hamil sangat

penting. Ukuran antropometri sangat cocok untuk mengetahui apakah status gizi ibu hamil

buruk, normal atau lebih. Indikator antropometri ini antara lain ukuran LILA (lingkar

lengan atas) dan pertambahan berat badan selama kehamilan.Menurut Tjokronegoro

(1986:27) kenaikan berat badan selama hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk

menentukan status gizi ibu hamil. Pertambahan berat badan ibu saat kehamilan normal

berkisar antara 7-12 Kg, dan sebaiknya sebelum mulai hamil seseorang ibu beratnya tidak

kurang dari 40 Kg. LILA dapat dipakai sebagai indikator ibu hamil mengalami KEK

(kekurangan energy kronik) atau tidak. Batasan acuan LILA ibu hamil adalah 23,5 cm. Bila

ukuran kurang dari 23,5 cm dikatakan KEK (Depkes, 2000:15).

a. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Ukuran antropometri yang paling sering digunakan untuk menilai status gizi ibu

hamil adalah LILA. Tujuan pengukuran LILA adalah : 1) mengetahui risiko KEK pada

Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil, 2) meningkatkan perhatian dan kesadaran

masyarakat untuk deteksi dini kejadian KEK, 3) Meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak, 4) pengelolaan upaya perbaikan gizi keluarga yang menderita KEK. Apabila

deteksi ukuran LILA segera diketahui dan dipantau terus menerus secara periodik, maka

risiko BBLR dapat dihindari.

b. Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan

Pertambahan berat badan ibu selama hamil merupakan pencerminan dari status gizi

ibu hamil. Status gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan ukuran plasenta lebih

kecil sehingga suplay oksigen dan makanan ke janin berkurang. Akibat suplay dan

kebutuhan tidak imbang maka dampaknya pertumbuhan janin terhambat, hingga terjadi

BBLR.

Pada kehamilan trimester I laju pertambahan berat badan belum tampak nyata,

karena pertumbuhan janin belum pesat. Pada kehamilan trimester II pertambahan berat

badan ibu sangat pesat dan merupakan masa kritis terjadinya penurunan status gizi pada

ibu hamil. Pada trimester I pertambahan berat badan kurang dari satu kilogram. Pada

trimester kedua sekitar tiga kilogram, sedangkan pada trimester ketiga sekitar enam

kilogram. Pertambahan berat badan yang sangat pesat pada trimester II dan III, sebagian

besar terjadi karena pertumbuhan janin, plasenta dan bertambahnya jumlah cairan

amnion. Berikut disajikan komponen yang menyebabkan kenaikan berat badan ibu

selama kehamilan sebagaimana tabel 2.1 berikut :


Tabel 2.1 : Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan
PERTAMBAHAN BERAT BADAN(GRAM) PADA
KOMPONEN MINGGU
KE-10 KE-20 KE-30 KE-40
Fetus 5 300 1500 3300
Plasenta 20 170 430 650
Amnion 30 250 600 800
Uterus 135 585 810 900
Glandula Mammae 34 180 360 405
Darah Ibu 100 600 1300 1250
Lain-Lain 326 1915 350 5195
TOTAL 650 4.000 8.500 12.500
Sumber : WHO nutritional and Pregnancy, Technical Report, Series No.32;1995

4. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah

Sejak tahun 1961 World Health Organitation (WHO) telah mengganti istilah

premature baby dengan low birth baby (bayi dengan berat badan lahir rendah/BBLR).

Pergantian istilah ini dikarenakan tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari

2500 gram pada waktu lahir merupakan bayi premature. Menurut WHO berat badan

lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500

gram (Surasmi,2003:35).

b. Pembagian Berat Badan Lahir Rendah

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dapat dikategorikan menjadi dua

golongan yaitu :
1) Prematuritas Murni

Yaitu bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan berat badan

sesuai dengan masa gestasi.

2) Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK).

Yaitu bayi yang berat badannya kurang dari semestinya yaitu berat badan lahir

dibawah persentil ke-10 dari grafik pertumbuhan (wiknjosastro, 1999:771).

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dengan

mengabaikan penyebabnya dan tanpa memperhatikan umur kehamilan / masa

gestate (Claus,1998:201). Dalam bidang kebidanan dikenal dua macam yaitu; 1)

BBLR premature, dimana masa gestasi kurang dari 37 minggu dan, 2) BBLR

dismatur dimana masa gestasi lebih dari atau sama dengan 37 minggu.

Didasarkan pada cara penanganan dan harapan hidup, BBLR dibedakan

menjadi tiga yaitu; 1) bayi berat lahir rendah, yaitu berat lahir 1500-2500 gram, 2)

bayi berat lahir sangat rendah, yaitu berat kahir kurang dari 1500 gram dan 3) bayi

berat lahir ekstrim rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1000 gram.

c. Penyebab Berat Badan Lahir Rendah

Penyebab BBLR sangat kompleks dan umunya tidak hanya satu, oleh karena itu

sulit untuk dilakukan pencegahan. Upaya yang bisa dilakukan adalah menurunkan

prevalensi BBLR dengan memberikan perawatan antenatal yang standar dan paripurna.

Faktor-faktor risiko yang menyebabkan BBLR antara lain; usia ibu berisiko, riwayat

kehamilan pernah BBLR, ibu hamil dengan anemia, ibu hamil dengan pre eklamsi, ibu

hamil dengan penyakit penyerta, adanya cacat bawaan dan infeksi dalam kandungan.
Menurut Yayan (2008) faktor risiko BBLR terdiri dari tiga kategori yaitu: 1)

Faktor ibu; penyakit, komplikasi pada kehamilan, usia ibu, paritas, merokok, pecandu

alcohol dan pengguna narkoba, 2) faktor janin; bayi premature, hidramnion, gemelli,

dan kelainan kromosom dan 3) Faktor lingkungan; radiasi, social ekonomi, terpapar zat

beracun dan bahan berbahaya lainnya.

Menurut Manuaba (1998:326-327), faktor risiko BBLR antara lain; 1) faktor

ibu; penyakit penyerta kehamilan, usia ibu, jarak kehamilan dan factor pekerjaan, 2)

factor janin meliputi; gemelli, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi

kandungan, isufisiensi plasenta dan inkomtabilitas darah ibu dan janin, 3) faktor

plasenta yaitu; plasenta previa dan solution plasenta.

d. Penyulit Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah

Pada bayi berat badan lahir rendah akibat kurang sempurnanya organ-organ

visceral tubuh, secara fisiologis akan timbul dampak; sering hipotermia, gangguan

pernapasan, gangguan alat pencernaan, mudah hiperbilirubinemia dan defisiensi

vitamin K, sering terjadi perdarahan, penurunan daya tahan tubuh imunologi karena

rendahnya kadar immunoglobulin G (Ig G) gamma globulin (Wiknjosastro, 1999:776-

777)

Pada bayi berat badan lahir rendah yang digolongkan dismatur akan berisiko

sering aspirasi mekonium sehingga menyebabkan pnemothorak, kadar hemoglobin

tinggi sehingga sering berisiko kern ikterus, hipoglikemia karena cadangan glikogen

rendah, dan keadaan lain yang menyebabkan perdarahan, hipertermia dan cacat bawaan.

e. Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah


Prinsip penanganan bayi BBLR yang perlu diperhatikan adalah; 1) pastikan suhu tubuh

bayi tetap hangat; caranya selimuti bayi untuk menghindarkan kehilangan panas, bayi

bisa ditaruh di incubator, 2) bayi tetap diberikan air susu ibu (ASI) meskipun reflek

menghisapnya kurang, 3) hindarkan dari risiko infeksi caranya dengan cuci tangan

sebelum dan sesudah menyentuh bayi, 4) timbang berat badan secara ketat. Prinsip lebih

lanjut penanganan bayi BBLR sebagaimana tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

KRITERIA Berat Lahir Bayi < 2500 gram


Kategori Bayi Berat Lahir Sangat Bayi Berat Lahir Rendah
Rendah (BBLSR) (BBLR)
Penialaian BBL < 1500 gram BBL 1500-2500 gram
Penanganan
Puskesmas 1. Keringkan bayi dengan handuk secepatnya
2. Kain yang basah ganti dengan kain yang kering,
pertahankan tubuh tetap hangat
3. Pertahankan lingkungan sekitar tetap hangat, kurangi
pelepasan panas dari bayi dengan cara; suhu ruang tidak
dingin.
4. Beri lampu 60 watt, dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
5. Kepala bayi ditutup topi
6. Beri oksigen
7. Tali Pusat dalam keadaan bersih
Tetesi ASI bila dapat menelan, Beri ASI, bila tidak dapat
bila tidak mampu bayi bisa menghisap, berikan secara
dirujuk ke Rumah Sakit tetes langsung ke mulut.
Bila tidak dapat menelan
dirujuk ke RS.
Rumah Sakit 1. Sama dengan penanganan di Puskesmas
2. Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
3. Bila tidak mungkin berikan infuse dextrose 10% +
Bicarbonas natrius 1,5% perbandingan 4:1.
Pemberian hari I sebanyak 60 cc/Kg/hari
Hari II sebanyak 70 cc/Kg/hari
4. Berikan antibiotika sesuai prosedur
5. Bila tidak dapat menghisap putting susu/ tidak dapat
menelan langsung/sesak/biru/ada tanda hipotermia
berat observasi ketat dan terangkan kondisi kritis bayi
pada keluarga.

B. landasan Teori Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai