Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yaitu
untuk melihat gambaran dari sebuah masalah yang di teliti. Desain
penelitian yang digunakan adalah cross sectional dimana pengukuran
dilakukan secara langsung saat itu juga yang bertujuan untuk mengetahui
gambaran perilaku pasien skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan menggunakan lembar kuesioner.

4.2 Keterbatasan penelitian


Proses penelitian ini memiliki keterbatasan, tekhnik dalam
pengumpulan data dimana peneliti menggunakan kuesioner ini, kuesioner
diisi menurut persepsi responden mengenai perilaku skizofrenia sehingga
hasil penelitian ini sangat tergantung pada subjektifitas responden dalam
mengisi kuesioner.
Dalam penelitian ini, peneliti sangat menyadari keterbatasan-
keterbatasan yang dirasakan diantaranya dalam pengumpulan data dan
pengolahan data, kekurangan mungkin saja terjadi dikarenakan keterbatasan
kemampuan peneliti dalam pengumpulan data. Akan tetapi disini peneliti
sudah melakukan upaya semaksimal mungkin demi efektifnya penelitian
ini, pada saat responden mengisi kuesioner peneliti menjelaskan cara
pengisian kuesioner.

4.3 Kualitas data


Penelitian ini bersumber dari data yang diperoleh melalui hasil
pembagian kuesioner langsung terhadap 34 responden untuk memperoleh
informasi tentang gambaran perilaku pasien skizofrenia di poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi . Pengumpulan data berlangsung pada
27
28

tanggal 23-24 Juli 2018. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri.
Data diperoleh dari pengumpulan data primer yang menggunakan lembar
kuesioner yang berisi pertanyaan perilaku pasien skizofrenia di Poliklinik
Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.

4.4.Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pasien
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Berdasarkan hasil instrumen penelitian yang dilakukan pada 34 pasien
skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi perilaku pasien skizofrenia di poliklinik rawat jalan
Rumah Sakit Jiwa Daerah provinsi Jambi 2018
No Perilaku Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 9 26,4
2 Cukup 19 56,2
3 Kurang 6 17,4
Jumlah 34 100

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa perilaku cukup baik
sebanyak 19 responden (56,2%). Hal ini menunjukkan perilaku pasien
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi
sudah menunjukkan perilaku yang cukup baik.
Hasil penelitian ini memperlihatkan masih ada perilaku pasien yang
kurang baik yaitu sebanyak 17,4% dikarenakan responden baru saja menjalani
rawat jalan sejak boleh dipulangkan dari rumah sakit.
29

4.5 Pembahasan

Hasil penelitian ini memperlihatkan masih ada perilaku pasien yang kurang
baik yaitu sebanyak 17,4% dikarenakan responden baru saja menjalani rawat
jalan sejak boleh dipulangkan dari rumah sakit.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardah Sri
Yati (2015) yang berjudul Gambaran perilaku kekerasan dan bunuh diri pasien
skizofrenia di Kudus dengan hasil 37,2 % pasien memiliki perilaku kekerasan
kurang, dan 24,4% pasien memiliki perilaku bunuh diri cukup baik.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) analisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar
periaku (non-behavior cause). Selanjutnya perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor
utama yang disebut PRECEDE yaitu Predisposing, Enabling, Dan Reinforcing
Cause In Educational Diagnosis and Evaluation. Precede merupakan arah
dalam menganalisis atau diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi
pendidikan (promosi) kesehatan.
Semakin baik perilaku pasien skizofrenia semakin rendah kemungkinan
kambuh ulang. Karena di poliklinik rawat jalan pasien dengan perilaku resiko
kekerasan, bunuh diri, harga diri rendah masih beresiko mengalami
kekambuhan ulang sehingga penanganan perilaku yang baik, terapi dan
tindakan masih sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai