Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri.
Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut
dalam arti ketidaktahuan serta invaliditas baik secara individu
maupunkelompok menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif
dan tidak efisien. Jumlah penderita gangguan jiwa ini terus menunjukkan
peningkatan prevalensinya yang salah satunya adalah skizofrenia.1
Pasien dengan gangguan Skizofrenia merupakan kelainan jiwa yang
menunjukkan gangguan dalam fungsi kognitif (pikiran) berupa disorganisasi.
Jadi, gangguannya ialah mengenai pembentukan arus serta isi pikiran, dan juga
ditemukan gangguan persepsi, wawasan diri, perasaan dan keinginan.2
Skizofrenia dijumpai di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
hampir sama. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa
sekitar 24 juta orang di seluruh dunia mengidap skizofrenia.3 Skizofrenia
mempunyai prevalensi sebesar 1% dari populasi di dunia (rata-rata 0,85%).
Angka insiden skizofrenia adalah 1 per 10.000 orang per tahun. 4
Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
penderita skizofrenia di Indonesia mencapai 1,7% per 1000. Prevalensi tertinggi
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Aceh yaitu 2,7%. Gangguan jiwa
skizofrenia tidak terjadi begitu saja. Ada banyak faktor yang berperan dalam
munculnya gejala-gejala skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori yang
dikembangkan untuk mengetahui penyebab skizofrenia. Menurut Stuart &
Laraia4 faktor-faktor predisposisi skizofrenia meliputi factor biologi, psikologi,
lingkungan dan sosiokultural. Faktor biologi dari skizofrenia dapat dilihat dari
segi herediter.

1
4

Hasil Riskesdas Propinsi Jambi Tahun 2013 adalah 41,8% menempati


angka kejadian tertinggi ke 5 dari 34 Propinsi di Indonesia, terlihat dari hasil
Riskesda tersebut maka dapat diambil kesimpulan terjadinya peningkatan
gangguan jiwa di Propinsi Jambi. Data tahun 2016 sebanyak 393 orang
menderita gangguan skizofrenia, tahun 2017 dari januari samapai juli sebanyak
396 orang menderita gangguan Skizofrenia.

Menurut Copel 5 satu persen masyarakat Amerika Serikat mengalami


skizofrenia, dan 10% turunan pertama mengalami skizofrenia sepanjang
kehidupan mereka. Jika skizofrenia didiagnosis pada satu anak kembar identik,
ada kemungkinan 40% sampai 55% dari pasangan kembarannya akan
mengalami skizofrenia. Pada kembar non identik, jika salah satu mengalami
skizofrenia, pasangan kembarnya memiliki 10% sampai 15% kemungkinan
untuk mengalami penyakit ini. Namun, ada orang lain yang mengalami
skizofrenia namun tidak mempunyai saudara dekat yang memiliki penyakit
tersebut. Hal ini memberikan kesan bahwa ada faktor lain, seperti psikologi,
lingkungan dan sosiokultural.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniarta (2009), didapatkan bahwa
jenis faktor psikososial yang terbanyak menyebabkan serangan pertama pada
pasien skizofrenia yang dirawat di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
periode Maret-Mei adalah kekecewaan dengan orang tua dengan jumlah 48
penderita atau sebesar 28.57%. Sedangkan stressor psikososial pengiring
terbanyak adalah faktor ekonomi dengan jumlah 51 penderita atau sebesar
30,36%. Dari data yang diperoleh, juga dapat diketahui bahwa banyak penderita
baru skizofrenia adalah berusia 25-44 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tidak
sekolah dan tidak memiliki pekerjaan.6
Skizofrenia merupakan salah satu penyakit yang paling membahayakan
kehidupan penderitanya karena mempengaruhi setiap aspek dari kehidupannya.
Seorang yang menderita skizofrenia akan mengalami gangguan dalam
pembicaraan yang terstruktur, proses atau isi pikir dan gerakan serta akan
tergantung pada orang lain selama hidupnya.7
5

Menurut Maramis gejala-gejala lain dari Skizofrenia antara lain


mengabaikan penampilan pada dirinya, cenderung menarik diri dari lingkungan
sosial, pembicaraan yang kacau dan sukar dimengerti, inkoheren, gejala
katatonik, stupor, gelisah, negativisme, gangguan afek, halusinasi dan waham.
Pengkajian pada status mental pasien Skizofrenia sangat penting dilakukan
guna untuk mengetahui bagaimana tingkat dan fungsi jiwa seseorang yang
mengandung aspek intelegensi, afek, emosi, sikap, minat kepribadian dan
psikomotor. 8
Pengkajian pada status mental dan perilaku dilakukan juga guna untuk
menegakkan diagnosa keperawatan pada tipe Skizofrenia pasien. Kontrol pada
status mental dan perilaku pasien dilakukan untuk mengetahui apakah
pengobatan yang telah dilakukan berhasil atau tidak. Perawatan pasien
Skizofrenia yang dilakukan secara kontinyu sangat penting dilakukan untuk
mengontrol gejala-gejala skizofrenia dan mencegah kekambuhan skizofrenia. 9
Hasil observasi dan wawancara di lapangan diketahui bahwa di RSJD
Provinsi Jambi di Poliklinik rawat jalan, terdapat pasien yang sering
menyendiri, lebih memilih untuk berdiam diri, mengejek dan mengkritik diri
sendiri dan menarik diri dari realita yang di tandai dengan rasa kurang percaya
diri, sulit konsentrasi, bicaranya pelan, kata-kata monoton, suara pelan, memilih
untuk sendirian dan berdiam diri; atau justru tidak bisa diam, sulit menemukan
solusi permasalahan, selain itu penulis juga menemukan pasien yang sulit di
ajak berkomunikasi. Hasil wawancara dengan perawat di poliklinik didapatkan
bahwa status mental dan perilaku pasien rawat jalan masih belum stabil.
Perubahan status mental dan perilaku pasien berdampak pada perubahan
perawatan dan pemberian obat, apakah akan ditingkatkan, apakah pasien
intoleran dengan obat yang diberikan dan apakah pasien telah resisten terhadap
obat yang diberikan. Pentingnya pengamatan atau pengukuran status mental
pasien dalam perawatan pasien Skizofrenia, dan tingginya jumlah pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi, serta belum pernah
adanya penelitian terdahulu yang melakukan penelitian mendalam tentang
gambaran perilaku pasien skizofrenia itu sendiri di poliklinik rawat jalan
6

tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang gambaran perilaku


pasien skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan pokok adalah


untuk mengetahui “gambaran perilaku pasien skizofrenia di poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi tahun 2018”.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum


Untuk mengetahui gambaran perilaku pasien skizofrenia di poliklinik rawat
jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi tahun 2018.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui gambaran perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi tahun 2018
2. Untuk mengetahui gambaran perilaku harga diri rendah pada pasien
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi tahun 2018
3. Untuk mengetahui gambaran perilaku waham pada pasien skizofrenia di
poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi tahun
2018
4. Untuk mengetahui gambaran perilaku halusinasi pada pasien
skizofrenia di poliklinik rawat jalan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi tahun 2018
7

1.4 Manfaat

Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah


1.4.1 Bagi peneliti
Memberikan pengalaman dan wawasan dalam metodologi penelitian
yang baik dan benar dan mengetahui gambaran mengenai perilaku
pasien skizofrenia.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bahan masukan
bagi pihak rumah sakit dalam menangani perilaku pasien skizofrenia
dan agar petugas kesehatan dapat mengetahui dan memahami perilaku
pasien skizofrenia.
1.4.3 Bagi profesi keperawatan
Sebagai bahan masukkan dalam pemberian pelayanan perawatan atau
pemberian asuhan keperawatan.

1.4.4 Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam
pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang.

1.4.5 Bagi pelayanan kesehatan


Keperawatan kesehatan jiwa merupakan salah satu sumber daya terpenting
dalam tim pemberian pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat mengahasilkan metode keperawatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan, baik kepada keluarg tekait dalam proses rawat inap, rawat jalan,
perawatan dirumah dan keluarga pasien serta dapat menjadi motivasi bagi
perawat kesehatan jiwa dalam menjalankan perannya untuk membantu
meningkatkan status kesehatan jiwa masyarakat terutama keluarga.
8

Anda mungkin juga menyukai