Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KONTUSIO

Oleh:

RENI AFRIANA - G1B114020


MELAN SARI - G1B114044
MARTONO - GIB111060
REZKI FAJRIN - G1B114001

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah swt atas taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada

waktunya. Karya ilmiah ini ditulis dengan judul "Asuhan Keperawatan Kontusio”

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak dan

Ibu dosen blok Muskuloskeletal atas saran, arahan, dan bimbingannya selama

penulisan makalah ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis tujukan kepada

teman-teman sejawat yang telah memberikan saran dan kritik sehingga karya ilmiah

ini terwujud.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak dan

rekan-rekan pembaca. Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini dapat

memberikan manfaat dan dapat menjadi sumber referensi bagi para pembaca.

Jambi, 25 September 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan memar atau kontusio pada
kulit, adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar
biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah
permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan
seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah kebiru-
biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya
pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma (Van Mechelen et al. 1992).
Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang
menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah
kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala
dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat. Kontisio ini merupakan
kejadian yang sering terjadi, baik dari kejadian kecelakaan lalu lintas, kekerasan
dalam rumah tangga, hingga cidera yang terjadi dalam olahraga.
Karena kejadian terjadinya kontusio menigkat, menyebabkan tingginya
tuntutan kepada seorang perawat untuk mampu memberikan asuhan keperawatan
pada orang – orang yang mengalaminya, tentunya dalam memberikan asuhan
keperawatan akan lebih efektif jika perawatnya mengetahui semua hal mengenai
kontusio, baik dari definisi,penyebab, perjalanan timbulnya kontosio, hingga
penatalaksaan medis yang diberikan.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kontusio.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang dan penatalaksanaan pada kontusio.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena
berbagai penyebab. Penyebab trauma berupa kecelakaan lalu lintas, industri,
olahraga, dan rumah tangga. Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang
langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh (Arif
Muttaqin,2008: 69). Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,
misalnya pukulan, tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355). Kontusio
adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di
bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan
cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)
Dapat disimpulkan bahwa kontusio adalah suatu injuri yang mengenai
jaringan lunak yang biasanya diakibatkan oleh adanya benturan tubuh terhadap benda
keras atau disebabkan oleh pukulan. Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam
jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio yang disebabkan oleh cedera akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.

2.2. Etiologi
a. Benturan benda keras dan tumpul
b. Pukulan
c. Tendangan/jatuh

2.3. Manifestasi Klinis


a. Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) disebabkan oleh rupturnya
pembuluh darah kecil, terkadang juga dialami pada orang yang juga
mengalami fraktur.
b. Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan syaraf pada area injuri. Nyeri pada
kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai
sedang sampai berat (Hartono Satmoko, 1993:191).

c. Bengkak yang disebabkan oleh kerusakan sel, yang menyebabkan


perpindahan cairan dari intrasel ke ekstrasel, dari pecahnya kapiler darah kecil
yang berada di bawah kulit juga dapat menyebabkan pembengkakan .

d. Perubahan warna pada kulit yang mengalami benturan, biasanya akan


berwarna hijau kebiruan hingga hitam .

e. Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan


kehilangan darah yang banyak (Brunner & Suddart,2001: 2355).

f. Kompres dingin intermitten kulit akan berubah menjadi hijau/kuning,


sekitar satu minggu kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan
pergerakan terbatas.

g. Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau


ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera.

h. Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.

i. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang


terbatas disebut hematoma.

2.4 Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada
kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan
rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru.
Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga
bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut
menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192).
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis dan
didaurulang oleh magrofak. Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio
merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut
bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap
mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh
darah, jumlah dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah
yang harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan
terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu (Hartono
Satmoko, 1993: 192).

2.5 Komplikasi
a. Paralisisneralisis
b. Sindrom post traumatic (post contusion sindrom)
c. Epilepsy post trauma
d.Osteomyelik
e. Atelectasis
f. Hiperthermi
g. Syock
.
2.6 Penatalaksanaan
a. Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :
1. Tinggikan daerah injury
2. Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap
pemberian) untuk vasokonstriksi, menurunkan edema, dan
menurunkan rasa tidak nyaman
3. Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama
(20-30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan
absorpsi
b. Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak
1. Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila
ada indikasi (Brunner & Suddart,2001: 2355).

Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio


adalah sebagai berikut:
1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan
kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan
jaringan-jaringan lunak yang rusak.
3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan
berikutnya.
BAB III

Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian.
a. Identitas pasien: Nama, Alamat, jenis kelamin, usia, pekerjaan
(biasanya sering terjadi pada atlet-atlet)
b. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan
mobilitas / ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot
dan tendon.
c. Riwayat Penyakit Sekarang.
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau
setelah berolah raga.Daerah mana yang mengalami trauma.Bagaimana
karakteristik nyeri yang dirasakan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada system musculoskeletal lainnya
e. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
f. Pemeriksaan Fisik.
· 1. Keadaan umum pasien : GCS
2. Sistem kardiovaskuler : tekanan darah, nadi, suara jantung.
3. Sistem integumen : warna kulit, mukosa lembab atau kering adakah
penurunan turgor kulit.
4. Sistem respirasi : respirasi beberapa kali permenit, suara nafas
tambahan.
5.Sistem pencernaan dan eliminasi : merasakan mual, muntah, adakah
kesulitan menelan, perut kembung atau tidak, pasien dapat BAK /
BAB dengan lancer tanpa ada kesulitan apa tidak.
6.Sistem genitourinaria : produksi urine berapa perhari, warna serta
bau urin.
7.Sistem neurogikal : kesadaran kompos mentis, orientasi terhadap
orang, tempat dan waktu.
8.Sistem muskuloskeletal :adakah gangguan pada extrimitas atas dan
bawah maupun pada persendian.

2.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan rupture pada otot, ligament
atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan d.d ketidakmampuan menggunakan
otot,tendon, dan ligament.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan angota tubuh yang
ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi).

3. Intervensi

3.1. Nyeri akut berhubungan dengan rupture pada otot, ligament atau tendon
ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan
terkontrol.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.
- Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program
control nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi- 1. Membantu dalam menentukan
dan intensitas( skala 0-10). Catat kebutuhan managemen nyeri dan
faktor-faktor yang meningkatkan keefektifan program.
nyeri dan tanda-tanda vital.
2 2. Menghilangkan nyeri dan mencegah
2. 2.Pertahankan immobilisasi bagian kesalahan posisi tulang / tegangan
yang sakit dengan tirah baring jaringan yang cedera.

3. 3.Tinggikan bagian ekstremitas- 3.Meningkatkan aliran balik vena,


yang sakit. menurunkan edema, dan menurunkan
nyeri.
4. 4. Dorong pasien untuk
mendiskusikan masalah sehubungan- 4.Membantu untuk menghilangkan
dengan cedera. ansietas.

5. 5.Dorong pasien untuk melakukan- 5.Mengalihkan rasa nyeri.


aktifas yang mengalihkan rasa nyeri,
seperti menonto TV, mendengar lagu.- 6. Menurunkan edema /
pembentukan hematoma, menurunkan
6. 6. Kolaborasi : sensasi nyeri.
- Lakukan kompres dingin/es 24-48- Untuk menurunkan nyeri.
jam pertama dan sesuai keperluan.
- Pemberian obat-obatan analgetik
untuk menurunkan dan
menghilangkan nyeri.
3.2. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan d.d ketidakmampuan menggunakan
otot,tendon,dan ligamen
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas
fisik.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi
bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan untuk melakukan aktifitas.

INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Kaji tingkat mobilitas yang- 1.Membantu dalam menentukan
masih dapat dilakukan klien. kebutuhan bantuan mobilitas yang akan
diberikan dan keefektifan program.
2. 2. Instruksikan klien / bantu
dalam rentang gerak klien / aktif- 2.Meningkatlan aliran darah ke otot dan
pada ekstremitas yang sakit dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
yang tidak sakit. mempertahankan gerak sendi.

3. 3. Bantu atau dorong perawatan- 3.Meningkatkan kekuatan otot dan


diri / kebersihan (seperti mandi). sirkulasi.

4. 4. Berikan lingkungan yang- 4.Menghindari terjadinya cedera


aman, misalnya menggunakan berulang.
alat bantu mobilitas atau kursi
roda.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan angota tubuh yang
ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi).

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu melakukan


perawatan diri secara mandiri
Kriteria Hasil :
- Klien mampu melakukan perawatan diri sesuai dengan kondisi fisiknya sekarang.

INTERVENSI RASIONAL
1. 1.Dorong penggunaan mekanisme 1. Penghentian mendadak rutinitas
penyelesaian masalah. dan rencana memerlukan mekanisme
2. 2.Libatkan orang terdekat pasien, penyelesaian masalah.
jika pasien tidak mampu memenuhi
ADL. 2. Orang lain dapat membentu pasien
3. 3.Dorong partisipasi aktif dalam memenuhi aktivitas sehari-hari.
melakukan aktivitas sehari-hari dalam
batasan terapeutik dan semampu 3.Rasa harga diri dapat ditingkatkan
pasien. dengan aktivitas perawatan diri.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan
pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah
kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan
sekitarnya, kontusio ini sering dialami oleh atlet, karena trauma akibat
olahraga, namun juga sangat sering terjadi pada kecelakaan lalu lintas.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dalam masalah
kontusio ini adalah, nyeri akut berhubungan dengan rupture pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan,
edema, nyeri. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan d.d ketidakmampuan
menggunakan otot,tendon, dan ligament dan defisit perawatan diri
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai
dengan gerakan yang minim (imobilisasi).

3.2 Saran
Dengan adanya pemahaman mengenai patofisologi dan konsep dari
kontusio diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang
efektif pada klien yang mengalmi kontusio.
DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA NIC-NOC Rencana Asuhan Keperawatan. 2013, Edisi 9. Jakarta:EGC


2. Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
3. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai