Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

APENDISITIS

Disusun Oleh :
AGNES ADIGUNA WIJAYA
SN162003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDISITIS

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermoformis, karena
struktur yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010).
Apendisitis adalah infeksi pada apendiks karena tersumbatnya lumen
oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus.
Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Erosi membran
mukosa apendiks dapat terjadi karena parasit seperti entamoeba histolytica,
trichuris trichuria, dan enterobius vermikularis (Ovedolf, 2011).

2. Etiologi
Ulserasi pada mukosa
Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
Pemberian barium
Berbagai macam penyakit cacing
Tumor
Struktur karena fibrosis pada dinding usus

3. Manifestasi Klinik
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan
Nyeri tekan lokal pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
Nyeri tekan lepas dijumpai
Terdapat konstipasi atau diare
Nyeri lumbal bila apendiks berada dekat rektal
Nyeri kemih, jika ujung apendiks berada didekat kandung kemih atau
ureter
Pemeriksaan rektal positif jika ujung apendiks berada diujung pelvis
Tanda rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
Apabila apendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar

1
Pada pasien lansia tanda dan gejala apendiks sangat bervariasi, pasien
mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur apendiks.

4. Komplikasi
Abses
Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini
mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang
mengandung pus. Hal ini terjadi bila apendisitis ganggren
mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
Perforasi
Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga
bakteri menyebar ke rongga perut.
Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritonium, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.

5. Patofisiologi dan Pathway


Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum.
Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding
mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras).
Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan perlengketan,
infeksi dan terhambatnya aliran darah. Dari keadaan hipoksia menyebabkan
gangren atau dapat terjadi ruptur dalam waktu 24-36 jam. Bila proses ini
berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi
perlengketan dan akan menjadi abses (kronik). Apabila proses infeksi
sangat cepat (akut) dapat menyebabkan peritonitis. Peritonitis merupakan
komplikasi yang sangat serius. Infeksi kronis dapat terjadi pada apendik,
tetapi hal ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen.

2
Apendiks

Hiperplasi folikel benda asing erosi mukosa felkalit striktur tumor


Limfoid apendiks

Obstruksi

Mukosa terbendung

Apendiks teregang
Nyeri
Tekanan intraluminal

Aliran darah terganggu

Ulserasi dan invasi bakteri


Pada dinding apendiks

Apendisitis

Ke peritonium trombosit pada vena intramuskular

Peritonitis pembengkakan dan iskemia

Pembedahan operasi Perforasi

Luka insisi Perdarahan


Ansietas

Defisit self Nyeri jalan masuk kuman

(Mansjoer, 2007) Resiko infeksi

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

3
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
Penanggulangan Konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian
antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita apendisitis perforasi, sebelum operasi dilakukan penggantian
cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik
Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan apendektomi dengan pemberian antibiotik
dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses appendiks
dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila
diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci dengan garam
fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
1) Identitas pasien dan penanggung jawab meliputi nama, jenis
kelamin, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, nomor rekam medik,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nama penanggung
jawab.

2) Status kesehatan
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah
mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di
epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan

4
nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien
mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah sakit sebelumnya, apakah menderita
penyakit lain ataupun penyakit yang sama, dan apakah pernah
dirawat di rumah sakit.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji riwayat keluarga, apakah ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien.

b. Pengkajian Pola Fungsi Gordon


1) Pola Makan atau Cairan
Kaji pola nutrisi sebelum masuk rumah sakit dan saat masuk
rumah sakit.
2) Pola Istirahat Tidur
Kaji perubahan pola tidur sebelum dan saat sakit. Biasanya klien
mengalami perubahan pada pola istirahat tidur karena nyeri dan
ansietas.
3) Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi sebelum dan saat sakit (konstipasi
pada awitan awal, diare kadang-kadang).
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Klien dengan apendisitis biasanya mengalami malaise.
5) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Kaji bagaimana klien mamandang dirinya serta penyakit yang
dideritanya.
6) Pola Peran Hubungan
Kaji bagaimana peran dan fungsi hubungan klien dengan
keluarga serta hubungan dengan masyarakat.
7) Pola Nilai dan Kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap penyakit yang dialami
klien.
8) Pola Kebersihan Diri
Kaji personal hygiene.
9) Pola Reproduksi
Kaji pola seksualitas pasien saat sakit.
10) Pola Stressor dan Strategi Koping

5
Kaji factor dan tingkat stress yang dialami dan strategi koping
yang digunakan.
11) Pola Persepsi
Kaji keadaan sosial seperti pekerjaan, situasi, keluarga,
kelompok sosial. Kaji identitas personal seperti penjelasan tentang
diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimilki. Kaji harga diri
seperti perasaan mengenai diri sendiri.

c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
Kesadaran : Composmentis
Tanda - tanda vital :
- TD : biasanya normal
- N : biasanya takikardi
- RR : biasanya takipnea, pernapasan dangkal
- S : biasanya demam lebih dari 38c

d. Pemeriksaan Head To Toe


1) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan/lepas.
2) Mata
Inspeksi : Mata simetris, konjungtiva anemis, reflek pupil isokor.
Palpasi : Normal.
3) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada serumen.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
4) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, tidak ada lesi.
5) Leher
Palpasi : Tidak ada pembersaran kelenjar tiroid, tidak ada
benjolan
6) Dada
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi :
Perkusi : Sonor.
7) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak ada bengkak.

6
Auskultasi : Penurunan atau tidak bising usus.
Palpasi : Ada nyeri tekan / nyeri lepas sekitar epigastrium
dan umbilicus yang meningkat berat dan
terlokalisasi pada titik Mc. Burney, kekakuan pada
perut bagian bawah dan distensi abdomen, nyeri
pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi
kaki kanan atau posisi duduk tegak
Perkusi : Timpani

8) Genetalia dan Anus


Inspeksi :
Palpasi : Pada pemeriksaan rectal toucher akan terbaba benjolan
dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
9) Ektremitas Atas
Inspeksi : Simteris, tidak ada kelainan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
10) Ektremitas Bawah
Inspeksi : Simetris, tidak ada kelainan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000
-18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi.
2) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
Ultrasonografi (USG) dan CT scan.
Kasus kronik dapatdilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan appendikogram.

2. Diagnosa keperawatan
a. Pre Op
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari inflamasi
gastrointestinal
3) Ansietas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.

b.

7
1) Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi
appenditomi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post
pembedahan).
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan post op
appendiktomi.
4) Defisit self care berhubungan dengan nyeri.

3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan menggunakan
pendekatan NOC dan NIC.
a. Pre Op
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi NIC
o Keperawatan NOC
1 Nyeri akutNOC : NIC :
berhubungan Pain level Pain management :
dengan agen injuri Pain control - Kaji tingkat nyeri,
biologi (distensi Comfort level lokasi dan karasteristik
jaringan intestinal Setelah dilakukan asuhan nyeri.
keperawatan, diharapkan - Jelaskan pada pasien
oleh inflamasi)
nyeri klien berkurang tentang penyebab
dengan kriteria hasil: nyeri.
- Mampu mengontrol - Ajarkan tehnik untuk
nyeri (tahu penyebab pernafasan
nyeri, mampu diafragmatik
menggunakan tehnik lambat/napas dalam.
nonfarmakologi untuk - Berikan aktivitas
mengurangi nyeri, hiburan (berbincang
mencari bantuan). dengan anggota
- Melaporkan bahwa keluarga).
nyeri berkurang - Observasi vital sign.
- Kolaborasi dengan tim
dengan menggunakan
medis dalam
manajemen nyeri.
pemberian analgetik.
- Tanda vital dalam
rentang normal.
- Klien tampak rileks
mampu tidur/istirahat.
2 Hipertemi NOC : NIC :
berhubungan Thermoregulation - Monitor suhu minimal
dengan respon Setelah dilakukan asuhan 2 jam.
sistemik dari keperawatan suhu tubuh - Monitor warnah dan
inflamasi klien normal dengan suhu kulit.

8
gastrointestinal kriteria hasil: - Monitor vital sign.
- Suhu tubuh dalam - Monitor penurunan
rentang normal. tingkat kesadaran.
- Nadi dan pernapasan - Monitor WBC, Hb, dan
dalam rentang normal. Hct.
- Tidak perubahan - Monitor intake dan
warnah kulit dan tidak output.
ada pusing. - Kolaborasi pengobaan
untuk mengatasi
demam dan
pemasangan infus.
- Kompres pasien.
3 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety self-control Anxiety Reduction
dengan akan Anxiety level (Peurunan Kecemasan):
dilaksanakan Coping - Kaji tingkat ansietas,
operasi. Setelah dilakukan asuhan catat respon verbal dan
keperawatan, diharapkan non verbal pasien.
kecemasan klien - Jelaskan semua
berkurang dengan kriteria prosedur dan apa yang
hasil: dirasakan selama
- Klien mampu prosedur.
mengidentifikasi dan - Temani pasien untuk
mengungkapkan gejala memberikan keamanan
Ansietas. dan mengurangi takut.
- Mengidentfikasi, - Instruksikan pasien
mengungkapkan dan menggunakan teknik
menunjukan tehnik relaksasi.
- Anjurkan keluarga
untuk mengontrol
untuk menemani
Ansietas.
- Vital sign dalam batas disamping klien.
normal.
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukan
kecemasan kurang.

b. Post Op
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi NIC
o Keperawatan NOC
1 Nyeri berhubungan : NIC :
dengan injuri fisik Pain level Pain management :

9
berhubungan Pain control - Kaji tingkat nyeri,
dengan luka post Comfort level lokasi dan karasteristik
operasi Setelah dilakukan asuhan nyeri.
appendiktomi keperawatan, diharapkan - Jelaskan pada pasien
nyeri klien berkurang tentang penyebab
dengan kriteria hasil: nyeri.
- Mampu mengontrol - Ajarkan tehnik untuk
nyeri (tahu penyebab pernafasan
nyeri, mampu diafragmatik lambat /
menggunakan tehnik napas dalam.
nonfarmakologi untuk - Berikan aktivitas
mengurangi nyeri, hiburan (ngobrol
mencari bantuan). dengan anggota
- Melaporkan bahwa keluarga).
nyeri berkurang dengan - Observasi vital sign.
menggunakan - Kolaborasi dengan tim
manajemen nyeri. medis dalam
- Tanda vital dalam pemberian analgetik.
rentang normal.
- Klien tampak rileks
mampu tidur/istirahat.
2 Risiko tinggi NOC : NIC :
infeksi Immune Status Infection Control
berhubungan Knowledge : Infection (Kontrol infeksi) :
dengan tindakan control - Batasi pengunjung bila
invasif (insisi post Risk control perlu.
pembedahan) Kriteria Hasil : - Instruksikan pada
- Klien bebas dari tanda pengunjung untuk
dan gejala infeksi. mencuci tangan saat
- Mendeskripsikan berkunjung dan setelah
proses penularan meninggalkan pasien.
penyakit, factor yang - Cuci tangan setiap
mempengaruhi sebelum dan sesudah
penularan serta tindakan keperawatan.
penatalaksanaannya, - Tingkatkan intake
- Menunjukkan nutrisi.
kemampuan untuk - Jaga kulit tetap bersih
mencegah timbulnya dan kering.
infeksi. - Kolaborasi pemberian
- Jumlah leukosit dalam terapi antibiotic bila
batas normal. perlu.
- Menunjukkan perilaku Infection Protection
hidup sehat. (proteksi terhadap

10
infeksi) :
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local.
- Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah.
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
dan cara perawatan
luka.
3 Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissu e integrity : Pressure ulcer prevention
berhubungan skin and mucous wound care
dengan post op Wound healing : - Jaga kulit agar tetap
appendiktomi prymary and bersih dan kering
secondary intention - Monitor kulit akan
Setelah dilakukan adanya kemerahan
tindakan keperawatan - Monitor aktivitas dan
selama 2x24 jam mobilisasi pasien
dengan kriteria hasil : - Monitor status nutrisi
- Perfusi jaringan pasien
normal - Observasi luka : lokasi,
- Tidak ada tanda- dimensi, dan tanda
tanda infeksi infeksi
- Ketebalan dan - Ajarkan tentang
tekstur jaringan perawatan luka setelah
normal kemabali ke rumah
- Menunjukan - Dorong masukan
pemahaman dalam nutrisi yang adekuat
proses perbaikan (tinggi kalori dan
kulit dan protein)
mencegah
terjadinya cidera
4 Ketidakseimbanga NOC : NIC :
n nutrisi kurang Nutritional status Nutritional
dari kebutuhan Setelah dilakukan Management:
tubuh berhubungan tindakan keperawatan - Kaji adanya alergi
dengan faktor 2x24 jam kebutuhan makanan.
biologis dan nutrisi pasien terpenuhi - Kolaborasi dengan ahli
ketidakmampuan dengan kriteria hasil : gizi untuk menentukan
untuk mencerna - Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
makanan berat badan sesuai dibutuhkan.
dengan tujuan. - Berikan makanan yang
terpilih yang sudah

11
- Berat badan ideal dikonsultasikan dengan
sesuai dengan tinggi ahli gizi.
badan. Nutrition Monitoring :
- Mampu - Monitor adanya
mengidentifikasi penurunan BB.
kebutuhan nutrisi. - Monitor mual dan
- Tidak ada tanda muntah.
malnutrisi. - Monitor kalori dan
- Tidak terjadi penurunan intake nutrisi.
berat badan yang
berarti.

4. Evaluasi Keperawatan
a. Pre Op
Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
(distensi jaringan intestinal oleh inflamasi).
Evaluasi : Ekspresi verbal dan non verbal menunjukan tidak terdapat
nyeri.
Diagnosa 2 : Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari
inflamasi gastrointestinal.
Evaluasi : Suhu dalam batas normal.
Diagnosa 3 : Ansietas berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
Evaluasi : Pasien tampak lebih nyaman dan mengatakan
pemahaman tentang tindakan dan prosedur.

b. Post Op
Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi
post operasi appenditomi).
Evaluasi : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol, ekspresi verbal
dan non verbal menunjukan tidak terdapat nyeri.
Diagnosa 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
(insisi post pembedahan).
Evaluasi : Luka sembuh tanpa tanda-tanda infeksi dan cairan yang
keluar dari luka tidak purulen.
Diagnosa 3 : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan post
op appendiktomi.

12
Evaluasi : Luka post op sembuh.
Diagnosa 4 : Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
Evaluasi : Klien dapat melakukan self care secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J, Corwin. (2009). Buku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.

Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

Mansjoer, A. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius


FKUI.

13
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Smeltzer, Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8. Volume 2. Jakarta, EGC.

http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/laporan-pendahuluan-
apendisitis.html#.WSrMzBJjQ2w. Diakses tanggal 29 mei 2017

Carpenito,Lynda Juall. 2001. BukuSakuDiagnosaKeperawatan.EGC. Jakarta.

Doengoes, M.E. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan:


PedomanuntukPerencanaandanPendokumentasianPerawatanPasien.
EGC. Jakarta. 2000. Diktat KuliahMedikalBedah II. PSIK FK.Unair. TA:
2000/2001. Surabaya.

Rothrock,Jane C. 2000. PerencanaanAsuhanKeperawatanPerioperatif. EGC.


Jakarta.

Sjamsuhidajat. R &Jong,Wim de.1997.Buku Ajar IlmuBedah. Ed. Revisi. EGC.


Jakarta.

14
15

Anda mungkin juga menyukai