Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE) PADA Tn.

B
DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PROVINSI RIAU

DI SUSUN OLEH:

WIDYA FANDRI, S.Kep


NIM. 18140193

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN JIWA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2018
RENCANA KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas Klien
Inisial klien : Tn. B
No. Rekam medik :-
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Harapan Gg. Mastran, Rumbai, Pekanbaru, Riau
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status dalam keluarga : Anak
Status perkawinan : Belum menikah

B. Tujuan Kunjungan Rumah


1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan jenis yang dialami pasien
serta fase-fase.
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
“Assalammualaikum”.
“Perkenalkan nama saya Widya Fandri, bapak dan ibu bisa memanggil saya Widya.
Saya adalah mahasiswa profesi keperawatan Universitas Riau.”
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini?
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang bapak dan ibu alami dan
bantuan apa yang harus bapak dan ibu berikan kepada Tn. B.”
“Bagaimana bapak dan ibu mau? Kita akan berbincang-bincang selama 30 menit,
disini saja, bagaimana pak bu?”

2. Kerja
“Apa masalah yang bapak hadapi dalam merawat anak bapak dan ibu Tn. B? Apa
yang sudah bapak dan ibu lakukan?”
“Masalah yang pernah dialami anak bapak dan ibu disebut gangguan perubahan
sensori persepsi: halusinasi pendengaran. Ini adalah persepsi individu terhadap
rangsangan luar yang sesungguhnya tidak ada atau tidak nyata, tetapi klien seolah-
olah merasakannya”. Walaupun sekarang Tn. B tidak ada lagi mendengar suara-
suara atau bisikan tersebut, tetapi kita tetap harus mengontrol atau mencegah agar
tidak terjadi lagi”.
“Jenis-jenis halusinasi meliputi halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan,
halusinasi peraba, halusinasi penghidu, dan halusinasi pengecap.”
“Tanda-tandanya antara lain bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
mendengarkan suara-suara aneh, menyendengkan telinga kearah tertentu serta
menutup telinga.”
“Apabila masalah gangguan perubahan sensori persepsi halusinasi dengar ini tidak
diatasi maka seseorang bisa mengalami resiko menciderai diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian, bapak dan anggota keluarga yang lain
harus sabar dalam merawat anak bapak dan ibu jika gejala ini muncul, untuk
merawat Tn. B, bapak dan ibu perlu melakukan beberapa hal jika halusinasi terjadi.
Pertama keluarga harus membantu Tn. B mengenali halusinasinya dengan cara
berdiskusi dengan Tn. B tentang isi halusinasinya seperti apa yang didengar, waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi dan respon Tn. B saat halusinasi muncul. Kedua, keluarga perlu melatih
Tn. B untuk mengontrol halusinasi dengan empat cara. Pertama, menghardik
halusinasi yaitu dengan mengatakan “pergi saya tidak mau dengar…kamu suara
palsu”. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak dan
ibu peragakan. Nah begitu, bagus ya pak bu. Kedua dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain yaitu mencari teman untuk diajak ngobrol jika suara-suara itu
terdengar. Begini contoh komunikasinya pak bu: Tn. B saya lihat sekarang kamu
sudah bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Saya senang sekali melihat perkembangan Tn. B, coba kamu berbincang-bincang
dengan saudara yang lain.”
“Nah, sekarang coba bapak dan ibu peragakan cara komunikasi yang saya
contohkan.”
“Bagus bapak dan ibu telah memperagakan dengan baik sekali.” Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal. Contohnya bapak dapat menyuruh Tn. B untuk
menyapu rumah dan mencuci piring jika suara-suara itu muncul.”
“Keempat, minum obat dengan teratur. Tn. B memiliki tiga macam obat. yang warna
oranye namanya CPZ berfungsi untuk menghilangkan suara-suara, yang warna putih
namanya THP itu fungsinya untuk membuat tenang dan tidak kaku, yang warnanya
biru namanya HLP fungsinya untuk menenangkan pikiran. Semua diminum 3 kali
sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang, dan pukul 7 malam. Kalau suara-suara sudah
hilang, obatnya tidak boleh dihentikan, harus tetap dilanjutkan pengobatan setiap
bulannya. karena kalau putus obat susah untuk mengembalikan ke kondisi semula.
Jadi sebelum dinyatakan benar-benar sembuh dari dokter tetap dilanjutkan
pengobatannya. Untuk lebih jelasnya bapak dan ibu bisa konsultasi dengan dokter
yang bersangkutan.”
“Baiklah bapak dan ibu, sampai disini ada yang mau ditanyakan?”

3. Terminasi
“Baiklah bapak dan ibu waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan bapak dan ibu
setelah kita latihan tadi?”
“Coba bapak dan ibu ulangi lagi apa yang dimaksud dengan gangguan perubahan
sensori persepsi: Halusinasi pendengaran?”
“Selanjutnya bapak dan ibu bisa sebutkan kembali cara-cara merawat Tn. B yang
mengalami masalah gangguan perubahan sensori persepsi: halusinasi pendengaran?”
“Bagus sekali bapak dan ibu, bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan
tersebut.”
“Nanti bapak dan ibu bisa menerapkan cara yang saya lakukan kepada Tn. B.
Tolong juga bapak ceritakan kepada semua keluarga agar mereka juga melakukan
hal yang sama.”
“Kalau bapak ada yang masih kurang jelas, bisa datang langsung ke Rumah Sakit
dan konsultasi dengan dokter yang ada di sana.”
“Baiklah pak, saya permisi pulang dulu.”
“Assalammualaikum,wr.wb.”
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN KELUARGA

Mata Ajar : Keperawatan Jiwa


Pokok Bahasan : Gangguan perubahan sensori persepsi
Sub pokok bahasan : Halusinasi pendengaran
Sasaran : Keluarga Tn. B
Waktu : 30 Menit
Tempat : Di rumah keluarga Tn. B
Nama Mahasiswa : Widya Fandri, S. Kep

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Memberikan informasi tentang keadaan klien pada keluarga
b. Memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga tentang bagaimana cara
merawat klien dengan halusinasi pendengaran di rumah.
c. Menjelaskan penggunaan obat secara teratur serta jenis dan fungsinya.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang bagaimana cara merawat klien
dengan halusinasi pendengaran di rumah selama 30 menit keluarga mampu:
a. Menjelaskan pengertian halusinasi dengar
b. Menyebutkan jenis halusinasi dengar
c. Menyebutkan tanda-tanda halusinasi dengar
d. Cara merawat pasien dengan halusinasi dengar

B. Garis Mata Ajar


1. Pengertian halusinasi dengar
2. Jenis-jenis halusinasi dengar
3. Tanda-tanda halusinasi dengar
4. Fase-fase terjadi halusinasi
5. Cara merawat pasien dengan halusinasi
C. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Diskusi

D. Media Pembelajaran
1. Leaflet
2. Lembar balik

E. Rincian kegiatan pembelajaran


Kegiatan Mahasiswa Keluarga pasien
Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam
(5 menit) - Memperkenalkan diri - Mendengarkan
- Menjelaskan topik yang akan diajarkan dan - Mendengarkan dan
waktu yang diperlukan menyimak
Isi (30 menit) - Menjelaskan pengertian halusinasi - Memperhatikan
- Menjelaskan faktor penyebab terjadinya - Memperhatikan
halusinasi
- Menjelaskan jenis-jenis halusinasi - Memperhatikan
- Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi - Memperhatikan
- Menjelaskan peran anggota keluarga dalam - Memperhatikan
merawat klien dengan halusinasi
- Menjelaskan cara keluarga merawat klien di - Memperhatikan
rumah
- Memberikan kesempatan keluarga untuk - Memperhatikan
bertanya
Kesimpulan (10 - Memberikan kesempatan kepada anggota - Menyimpulkan
menit) keluarga untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
- Salam penutup - Menjawab salam

F. Kriteria Evaluasi
1. Keluarga Mengetahui tentang Pengertian Halusinasi
2. Keluarga Mengetahui tentang jenis-jenis halusinasi
3. Keluarga Mengetahui tanda dan gejala halusinasi
4. Keluarga Mengetahui tentang fase-fase halusinasi
5. Keluarga mengetahui tentang cara mengontrol halusinasi
MATERI
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang tidak ada (Keliat
& Akemat, 2012).

B. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a) Faktor biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (herediter),
riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
b) Faktor psikologis
Memiliki riwayat kegagalan berulang. Menjadi pelaku maupun saksi dari perilaku
kekerasan serta kurangnya kasih saying dari orang-orang disekitar atau
overprotektif.
c) Sosial budaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi
rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari lingkungan pada usia
perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernah mengalami kegagalan dalam hubungan sosial
(perceraian, hidup sendiri) serta tidak bekerja.
2. Faktor presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak, adanya
riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat (Nurhalimah, 2016).
C. Tanda dan Gejala
1. Data subyektif
Mendengar suara-suara kegaduhan, orang yang bercakap-cakap mengajak ngobrol,
dan meyuruh melakukan sesuatu berbahaya. Melihat bayangan, sinar, dan hantu.
Mencium bau-bauan seperti darah. Merasa takut dengan halusinasinya.
2. Data Obyektif
Bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mengarahkan telinga kearah
tertentu, menutup telinga, ketakutan, sering meludah, menggaruk-garuk permukaan
kulit ((Nurhalimah, 2016)

D. Jenis-jenis halusinasi
Halusinasi menurut Candra, Harini, dan Sumirta (2017)
1. Halusinasi penglihatan
Sesuatu yang dilihat seolah-olah berbentuk orang, binatang, barang atau benda.
2. Halusinasi auditif
Halusinasi yang seolah olah mendengar suara manusia, hewan, barang, dan kejadia
yang dialami.
3. Halusinasi penciuman
Halusinasi yang seolah olah mencium bau sesuatu tertentu
4. Halusinasi pengecap
Halusinasi yang seolah olah mengecap sesuatu rasa
5. Halusinasi peraba
Halusinasi yang seolah merasa disentuh atau dicolek.
6. Halusinasi gerak
Halusinasi yang merasa badannya bergerak

E. Fase-Fase
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien
mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,
pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan
dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik
diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

F. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pasien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori
halusinasi adalah :
1. Membina hubungan saling percaya
a) Pasien
1) Tujuan
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Kriteria Evaluasi
Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
3) Intervensi
 Salam terapeutik
 Perkenalkan diri
 Jelaskan tujuan interaksi
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Buat kontrak yang jelas
 Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien senantiasa terjaga
 Tanyakan harapan terhadap pertemuan
b) Keluarga
1) Tujuan
Keluarga mampu membina hubungan saling percaya
2) Kriteria evaluasi
Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya dan keadaan pasien saat ini.
3) Intervensi
 Salam terapeutik
 Perkenalkan diri
 Jelaskan tujuan interaksi
 Ciptakan lingkungan yang tenang
 Buat kontrak yang jelas
 Tanyakan harapan terhaap pertemuan
 Tepati waktu

2. Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran


1) Pasien
a) Tujuan
Pasien mampu : mengenali halusinasi yang dialaminya, mengontrol
halusinasinya, dan mengikuti program pengobatan secara optimal.
b) Kriteria evaluasi
(1) Pasien dapat menyebitkan isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus, perasaan
dan mampu memperagakan cara mengontrol halusinasinya.
(2) Pasien dapat menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu
memperagakan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
(3) Pasien mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu
melakukan aktivitas terjadwal/jadwal kegiatan sehari-hari serta mampu
memperagakannya.
(4) Pasien mampu menyebutkan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan
mampu menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program dan
menyebutkan manfaat dari program pengobatan.
c) Intervensi
(1) Bantu pasien mengenal halusinasinya
a) Isi
b) Waktu terjadinya
c) Frekuensi
d) Situasi pencetus
e) Respon saat terjadi halusinasi
(2) Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik halusinasi, tahapan
tindakannya meliputi :
a) Jelaskan cara menghardik halusinasi
b) Peragakan cara menghardik
c) Minta pasien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
e) Masukkan dalam jadwal kegiatan sehari-hari
(3) Latih mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain, tahapan tindakannya meliputi :
a) Jelaskan cara bercakap-cakap dengan orang lain
b) Peragakan cara bercakap-cakap dengan orang lain
c) Minta pasien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
(4) Latih melakukan aktivitas terjadwal/jadwal kegiatan sehari-hari, tahapan
tindakannya meliputi :
a) Jelaskan cara melakukan aktifitas terjadwal/Jadwal kegiatan sehari-hari
b) Peragakan cara melukan aktifitas terjadwal/jadwal kegiatan sehari-hari
c) Minta pasien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
(5) Latih menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program dan
menyebutkan manfaat dari program pengobatan
a) Jelaskan dari manfaat obat dan penggunaan obat secara teratur sesuai
dengan program pengobatan.
b) Minta pasien menyebutkan ulang manfaat obat dan penggunaan obat
secara teratur sesuai dengan program pengobatan
c) Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
2) Keluarga
a) Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien dengan halusinasi di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien
b) Kriteria evaluasi
(1) Keluarga mampu menjelaskan tentang halusinasi
(2) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu
memperagakan cara merawat pasien serta mampu membuat jadwal
keluarga
(3) Keluarga mampu menyebutkan kegiatan yang sudah dilakukan dan mampu
melaksanakan follow up rujukan
c) Intervensi
(1) Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
(2) Jelaskan tentang pengetahuan halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi landasan keilmuan jiwa.
Yogyakarta: ANDI OFFSET
Keliat, B. A., & Akemat. (2012). Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta: EGC
Nurhalimah. (2016). Keperawtan jiwa. Kemenkes RI
Stuart, G. W., & Laraia, M.T. (2001). Principle and practice of pshychiatric nursing edisi 7,
Philadelpia: Mosby

Anda mungkin juga menyukai