Oleh:
Zumrotul mufida
1564100080
B. Etiologi CKD:
Penyakit
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
Gangguan
kongenital
dan
herediter
misalnya
penyakit
ginjal
C. Insidensi
Nefropati Diabetika adalah komplikasi Diabetes mellitus pada ginjal yang
dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Keadaan ini akan dijumpai pada 35-45%
penderita diabetes militus terutama pada DM tipe I. Pada tahun 1981 Nefropati
diabetika ini merupakan penyebab kematian urutan ke-6 di Negara barat dan saat
ini 25% penderita gagal ginjal yang menjalani dialisis disebabkan oleh karena
Diabetes mellitus teritama DM tipe II oleh karena DM tipe ini lebih sering
dijumpai. Dibandingkan DM tipe II maka Nefropati Diabetika pada DM tipe I
jauh lebih progresif dan dramatis. Dengan meremehkan penyakit DM maka bisa
berkomplikasi ke Nefropati diabetika. Berdasar studi Prevalensi mikroalbuminuria
(MAPS), hampir 60% dari penderita hipertensi dan diabetes di Asia menderita
Nefropati
diabetik.
Presentasi
tersebut
terdiri
atas
18,8
dengan
Source: United States Renal Data System. USRDS 2007 Annual Data Report.
D. Prognosis
Prevalensi nefropati diabetik sekitar 15 tahun dari onset awal diabetes, jadi
biasanya terjadi pada pasien berusia lanjut (antara 50-70 tahun). Penyakit ini
cukup progresif dan dapat menyebabkan kematian dalam 2 atau 3 tahun dari lesi
pertama, dan lebih banyak terjadi pada pria. Adanya mikroalbuminuria pada DM
tipe II merupakan prognosis yang buruk.
E. Patofisiologi
DIABETES
Defisiensi insulin
Glukagon
Glukoneogenesis
Hiperglikemia
Nutrisi sel
Lemak
Protein
Glycosuria
Polyphagi
Ketogenesis
BUN
Osmotic diuresis
Polyuri
Ketonemia
Nitrogen urin
Dehidrasi
Polydipsi
pH
Hemokonsentrasi
asidosis
arteriosklerosis
Mual
Muntah
Koma
Kematian
Makrovaskuler
Jantung
IMA
Cerebral
Stroke
ekstremitas
Gangran
Mikrovaskuler
Retina
Ginjal
Retinopati
Nefropati
CKD
retensi Na
sindrom uremia
edema
perpospatemia
pruritus
Gangguan
warna kulit Integritas
Kulit
suplai O2
beban jantung naik
kesadaran
Mual
Muntah
sekresi eritropoitin
Gangguan nutrisi
alkalosis respiratorik
Perubahan pola nafas
edema paru
ggn. pertukaran gas
intoleransi aktivitas
gangguan
perfusi jaringan
intoleransi aktivitas
Kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction rub perikardial
Pulmoner
o KrekelS
o Nafas dangkal
o Kusmaul
o Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan perdarahan pada mulut
o Konstipasi / diare
o Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
o Foot drop
Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Kulit kering, bersisik
o Pruritus
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
o Amenore, atrofi testis
G. Pemeriksaan Penunjang
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan
visibilitas, diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria
diagnosis klasifikasi Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana.
Diagnosis Nefropati Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di
bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa
penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari
gejala penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi,
penurunan berat badan. Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar
sembuh, gatal-gatal pada kulit, ginekomastia, impotens.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan
tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam
kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler
vena.
3. Eksudat berupa :
Cor _ cardiomegali
3. Pemeriksaan Laboratorium
Urin
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh
pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan
menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn
ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
Darah
-
Kalium: meningkat
Magnesium;
Meningkat
Kalsium ; menurun
b) Dialysis
-
peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
Hemodialisis
c) Operasi
-
Pengambilan batu
transplantasi ginjal
sehingga
mengalami
penumpukan
akibatnya
terjadi
hipoglikemia
e) Diet
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik
dan memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk
mengurangi retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema.
Diet rendah kalium dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia
yang dapat menimbulkan aritmia jantung yang fatal.
f) Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air.
Pemberian diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala
sesak napas akibat edema paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1
tab/hari. Selain itu diuretik juga digunakan untuk menurunkan tekanan darah.
Target tekanan darah yang dianjurkan adalah <130/80
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada
pasien, karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan
menambah beban jantung sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan
K. Intervensi Keperawatan
N
o
1
Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung
Tujuan : Penurunan curah jantung tidak terjadi a. Auskultasi bunyi jantung dan paru
berhubungan dengan
Kriteria hasil :
meningkat
0-10)
Intervensi
Gangguan keseimbangan
berhubungan dengan
edema sekunder : volume
dari kebutuhan
yang adekuat
berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
berhubungan dengan
hiperventilasi sekunder:
Kriteria hasil:
kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
berhubungan dengan
pruritis
Kriteria hasil :
o Mempertahankan kulit utuh
o Menunjukan perilaku / teknik untuk
mencegah kerusakan kulit
kemerahan
b. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit
dan membran mukosa
c.Inspeksi area tergantung terhadap udem
d. Ubah posisi sesering mungkin
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.