Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
DEFINISI
PENYEBAB
GEJALA
NEFROPATI DIABETIK
FAKTOR RESIKO
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Pertanyaan :
Nefropati diabetik memengaruhi kemampuan ginjal untuk melakukan pekerjaan biasa dalam
membuang produk limbah dan cairan ekstra dari tubuh Anda. Cara terbaik untuk mencegah atau
menunda nefropati diabetik adalah dengan mempertahankan gaya hidup sehat dan mengelola
diabetes dan tekanan darah tinggi Anda secara memadai.
Selama bertahun-tahun, kondisi tersebut secara perlahan merusak sistem penyaringan halus
ginjal Anda. Perawatan dini dapat mencegah atau memperlambat perkembangan penyakit dan
mengurangi kemungkinan komplikasi. Penyakit ginjal dapat berkembang menjadi gagal ginjal,
juga disebut penyakit ginjal stadium akhir. Gagal ginjal adalah kondisi yang mengancam jiwa.
Pada tahap ini, pilihan pengobatan adalah dialisis atau transplantasi ginjal.
B. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada nefron, yaitu bagian pada ginjal yang fungsinya
menyaring racun dan membuang kelebihan cairan dalam tubuh. Kondisi tersebut akan membuat
fungsi nefron terganggu sehingga menyebabkan protein (albumin) terbuang dalam urine. Selain
itu, kerusakan pada nefron juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang
akhirnya membuat ginjal semakin rusak. Belum diketahui secara pasti mengapa kondisi di atas
bisa terjadi pada penderita diabetes. Namun, ada dugaan bahwa kerusakaan ini ada kaitannya
dengan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) serta hipertensi yang tidak terkontrol.
C. Gejala
Pada tahap awal nefropati diabetik, kemungkinan besar Anda tidak akan melihat tanda atau
gejala apa pun. Pada tahap selanjutnya, tanda dan gejala mungkin termasuk :
1. Memburuknya kontrol tekanan darah.
2. Protein dalam urin.
3. Pembengkakan kaki, pergelangan kaki, tangan atau mata.
4. Meningkatnya kebutuhan untuk buang air kecil.
5. Mengurangi kebutuhan insulin atau obat diabetes.
6. Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi.
7. Sesak napas.
8. Kehilangan selera makan.
9. Mual dan muntah.
10. Gatal terus-menerus.
11. Kelelahan
D. Faktor Resiko
Setiap penderita diabetes memiliki risiko untuk mengalami nefropati diabetik, namun beberapa
faktor lain dapat meningkatkan risiko tersebut, diantaranya yaitu :
1. Gula darah tinggi yang tidak terkontrol (hiperglikemia)
2. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi)
3. Menjadi perokok
4. Kolesterol darah tinggi
5. Kegemukan
6. Riwayat keluarga diabetes dan penyakit ginjal
E. Diagnosis
Diagnosis Nefropati Diabetika dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini :
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa penyebab
proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus kadar kreatinin serum
>2,5mg/dl.
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Mata Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang
merupakan tanda retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan
Funduskopi, berupa :
➢ Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah
➢ Dalam kapiler retina.
➢ Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah
➢ Kapiler vena.
➢ Eksudat berupa :
~ Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
~ Cotton wool patches.
➢ Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi kapiler.
➢ Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas
mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
➢ Neovaskularisasi
➢ Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-V) atau CRF end stage,
didapatkan perubahan pada :
~ Cor (kkardiomegali
~ Pulmo (edema pulmo)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Proteinuria yang persisten selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu tanpa
ditemukan penyebab proteinuria yang lain atau proteinuria satu kali pemeriksaan plus kadar
kreatinin serum > 2,5 mg/dl.
F. Penatalaksanaan
➢ Nefropati Diabetik Pemula (Incipatien diabetic nephropathy)
Pengendalian hiperglikemia
Pengendalian hiperglikemia merupakan langkah penting untuk mencegah/mengurangi
semua komplikasi makroangiopati dan mikroangiopati.
1) Insulin
Optimalisasi terapi insulin eksogen sangat penting karena :
a. Normalisasi metabolisme seluler dapat mencegah penimbunan toksin seluler
(polyol) dan metabolitnya (myoinocitol)
b. Isnulin dapat mencegah kerusakan glomerulus
c. Mencegah dan mengurangi glikolisis protein glomerulus yang dapat menyebabkan
penebalan membran basal dan hilangnya kemampuan untuk seleksi protein dan
kerusakan glomerulus (permselectivity).
d. Memperbaiki fatal tubulus proksimal dan mencegah reabsorpsi glukosa sebagai
pencetus nefomegali. Kenaikan konsentrasi urinary N-acetyl-Dglucosaminidase
(NAG) sebagai petanda hipertensi esensial dan nefropati.
e. Mengurangi dan menghambat stimulasi growth hormone (GH) atau insulin-like
growth factors (IGF-I) sebagai pencetus nefromegali.
f. Mengurangi capillary glomerular pressure (Poc)
Diet
Diet harus sesuai dengan rekomendasi dari Sub Unit Endokrinologi & Metabolisme,
misalnya reducing diet khusus untuk pasien dengan obesitas. Variasi diet dengan
pembatasan protein hewani bersifat individual tergantung dari penyakit penyerta :
a. Hiperkolesterolemia
b. Urolitiasis (misal batu kalsium) – Hiperurikemia dan artritis Gout
c. Hipertensi esensial
Mikroalbuminuri
Pembatasan protein hewani
Efek hemodinamik :
a. Perubahan hemodinamik intrarenal terutama penurunan LFG, plasma flow rate (Q)
dan perbedaan tekanan-tekanan hidrolik transkapiler, berakhir dengan penurunan
tekanan kapiler glomerulus (PGC = capillarry glomerular preessure)
b. Efek non-hemodinamik ; 1) Memperbaiki selektivitas glomerulus, 2) Penurunan ROS,
3) Penurunan hipermetabolisme tubular, 4) Mengurangi growth factors & systemic
hormones
c. Efek antiproteinuria dari obat antihipertensi
• Obat antihipertensi
Pemberian antihipertensi pada diabetes mellitus merupakan permasalahan tersendiri.
Bila sudah terdapat nefropati diabetik disertai penurunan faal ginjal, permasalahan lebih
rumit lagi. Beberapa permasalahan yang harus dikaji sebelum pemilihan obat
antihipertensi antara lain :
a. Efek samping misal efek metabolik
b. Status sistem kardiovaskuler.
Miokard iskemi/infark
Bencana serebrovaskuler
c. Penyesuaian takaran bila sudah terdapat insufisiensi ginjal.
• Antiproteinuria
1) Diet rendah protein (DRP)
DRP (0,6-0,8 gram per kg BB per hari) sangat penting untuk mencegah progresivitas
penurunan faal ginjal.
2) Obat antihipertensi
Semua obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan Darah sistemik, tetapi tidak
semua obat antihipertensi mempunyai potensi untuk mengurangi ekskresi
proteinuria.
- Penghambat EAC
- Banyak laporan uji klinis memperlihatkan penghambat EAC paling efektif untuk
mengurangi albuminuria dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya.
- Antagonis kalsium Laporan studi meta-analysis memperlihatkan antagonis kalsium
golongan nifedipine kurang efektif sebagai antiproteinuric agent pada nefropati
diabetik dan nefropati non-diabetik.
- Kombinasi penghambat EAC dan antagonis kalsium non dihydropyridine.
Penelitian invitro dan invivo pada nefropati diabetic (DMT) kombinasi penghambar
EAC dan antagonis kalsium non dihydropyridine mempunyai efek.
• Managemen Substitusi
Program managemen substitusi tergantung dari kompliaksi kronis lainnya yang
berhubungan dengan penyakit makroangiopati dan mikroangiopati lainnya.
- Retinopati diabetik
Terapi fotokoagulasi
- Penyakit sistem kardiovaskuler Penyakit jantung kongestif Penyakit jantung
iskemik/infark
- Bencana serebrovaskuler Stroke emboli/hemoragik
- Pengendalian hiperlipidemia Dianjrkan golongan sinvastatin karena dapat
mengurangi konsentrasi kolesterol-LDL.