Disusun Oleh :
Azrul Faiz
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis
adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh
feses atau akibat terputusnya apendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2009).
Apendisitis adalah merupakan infeksi bakteri pada apendiks. Apendisitis biasanya
disebabkan karena sumbatan lumen apendiks, hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan
cacing askaris yang menyebabkan sumbatan (Mansjoer, 2009)
B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15- 30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda gejala yang mungkin timbul pada pasien apendisitis yaitu (Grace, 2007) :
a. Nyeri abdomen periumbilikal, mual, muntah
b. Lokalisasi nyeri menuju fosa iliaka kanan
c. Pireksia ringan.
E. Pathway
Idiopatik Infeksi bakteri
Massa feces
Obstruksi lumen
Suplai darah
menurun
Mukosa terkikis
Perforasi, Abses,
Peradangan pada Peritonitis
appendiks
Appendiktomy
Nyeri Akut
Insisi bedah
Resiko Infeksi
FfkkkKKKKKKKK
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu leukositosis) dan
CRP (biasanya meningkat)
b. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masih ada keraguan untuk
menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
c. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendisektomi pada wanita muda
d. CT Scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin
G. PENATALAKSANAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah). Selain itu
dapat dilakukan laparotomi. Laparotomi merupakan salah satu pembedahan mayor,
dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka
dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
6) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus
7) Nyeri/kenyamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
8) Demam lebih dari 38oC.
9) Data psikologis klien nampak gelisah.
10) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan
11) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan appendiksitis yaitu :
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peristaltik.
3) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi
b. Post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka insisi post operasi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajiannyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif
agens cedera fisik diharapkan nyeri berkurang
(luka insisi post dengan kriteria hasil : (lokasi, karakteristik,
operasi) durasi, frekuensi,kualitar,
(Pain Level, Pain Control,
Comfort Level) faktor presipitasi)
2. Observasi reaksi non
1. Melaporkan nyeri berkurang
verbal dari ketidaknya
2. Menyatakan rasa nyaman
manan
setelah nyeri berkurang
3. Berikan penanganannyeri
nonfarmakologi
4. Berikan analgesic
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DENGAN PENDEKATAN POLA KEBUTUHAN VIRGINIA HANDERSON
DEPARTEMEN KMB STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
IDENTITAS PASIEN
Status perkawinan : gadis/perjaka √ menikah
Nama : Tn. A
Umur : 43 tahun Janda/duda