Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.A DENGAN APPENDIKSITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Azrul Faiz

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Apendisitis akut adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis
adalah inflamasi pada apendiks yang dapat terjadi karena obstruksi apendiks oleh
feses atau akibat terputusnya apendiks dan pembuluh darahnya (Corwin, 2009).
Apendisitis adalah merupakan infeksi bakteri pada apendiks. Apendisitis biasanya
disebabkan karena sumbatan lumen apendiks, hiperplasia jaringan limfa, fekalit, dan
cacing askaris yang menyebabkan sumbatan (Mansjoer, 2009)

Appendiktomi adalah tindakan pengangkatan jaringan appendik. Tetapi


pendapat lain mengatakan appendictomi sebagai nama yang menyatakan upaya untuk
mengangkat jaringan appendik yang terinfeksi. Maka secara singkat appendiktomi
dapat disimpulkan adalah tindakan pembedahan yang berfungsi untuk mengangkat
jaringan appendik yang mengalami peradangan.

B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor prediposisi
yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.

2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15- 30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks :
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
C. TANDA DAN GEJALA
Tanda gejala yang mungkin timbul pada pasien apendisitis yaitu (Grace, 2007) :
a. Nyeri abdomen periumbilikal, mual, muntah
b. Lokalisasi nyeri menuju fosa iliaka kanan
c. Pireksia ringan.

d. Pasien menjadi kemerahan, takikardia, lidah berselaput, halitosis


e. Nyeri tekan (biasanya saat lepas) disepanjang titik Mc.Burney
f. Nyeri tekan pelvis sisi kanan pada pemeriksaan per rectal (Nyeri tekan mungkin
ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak
retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum
apabila posisi appendiks di pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa
nyeri)

g. Peritonitis jika apendiks mengalami perforasi


h. Massa apendiks jika pasien datang terlambat
i. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di
kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-
samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat
jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke
kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara progesif bertambah hebat
apabila pasien bergerak
j. Demam tidak tinggi (kurang dari 38oC), kekakuan otot, dan konstipasi
k. Appendisitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan terdapat
nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita hamil rasa nyeri
terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya
l. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar, dan terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
D. PATOFISIOLOGI…
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks, dapat terjadi
karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith. Feses
mengeras, menjadi seperti batu (fecalith) dan menutup lubang penghubung apendiks
dan caecum tersebut. Terjadinya obstruksi juga dapat terjadi karena benda asing
seperti permen karet, kayu, batu, sisa makanan, biji-bijian. Hiperplasia folikel
limfoid apendiks juga dapat menyebabkan obstruksi lumen. Insidensi terjadinya
apendisitis berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang hiperplasia. Penyebab dari
reaksi jaringan limfatik baik lokal atau general misalnya akibat infeksi virus atau akibat
invasi parasit entamoeba. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi apendiks,
khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal (Warsinggih, 2016).

E. Pathway
Idiopatik Infeksi bakteri

Massa feces

Obstruksi lumen

Suplai darah
menurun
Mukosa terkikis
Perforasi, Abses,
Peradangan pada Peritonitis
appendiks

Appendiktomy
Nyeri Akut
Insisi bedah

Resiko Infeksi

FfkkkKKKKKKKK
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu leukositosis) dan
CRP (biasanya meningkat)
b. Ultrasonografi untuk massa apendiks dan jika masih ada keraguan untuk
menyingkirkan kelainan pelvis lainnya (misalnya kista ovarium)
c. Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendisektomi pada wanita muda
d. CT Scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin
G. PENATALAKSANAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
1. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
2. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah). Selain itu
dapat dilakukan laparotomi. Laparotomi merupakan salah satu pembedahan mayor,
dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
3. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi luka
dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan perawatan
intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar
infeksi intra-abdomen
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
6) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus
7) Nyeri/kenyamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak
8) Demam lebih dari 38oC.
9) Data psikologis klien nampak gelisah.
10) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan
11) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan appendiksitis yaitu :
a. Pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (distensi jaringan
intestinal oleh inflamasi)
2) Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan penurunan
peristaltik.
3) Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.
4) Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi

b. Post operasi

1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (luka insisi post operasi).
2) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan).
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajiannyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif
agens cedera fisik diharapkan nyeri berkurang
(luka insisi post dengan kriteria hasil : (lokasi, karakteristik,
operasi) durasi, frekuensi,kualitar,
(Pain Level, Pain Control,
Comfort Level) faktor presipitasi)
2. Observasi reaksi non
1. Melaporkan nyeri berkurang
verbal dari ketidaknya
2. Menyatakan rasa nyaman
manan
setelah nyeri berkurang
3. Berikan penanganannyeri
nonfarmakologi
4. Berikan analgesic

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 sebelum dan sesudah
tindakan invasif jam diharapkan tidak terjadi tindakan keperawatan
(insisi post infeksi dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan
pembedahan) gejala infeksi sistemik
(Risk Control, Immune
dan local
Status)
3. Monitor leukosit
1. Klien bebas dari tanda 4. Berikan nutrisi dan
dan gejala infeksi cairan yang cukup
2. Jumlah leukosit dalam 5. Inspeksi kondisi luka
batas normal
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.A DENGAN POST APENDIKTOMI
DI RUANG MULTAZAM 2 RSI PKU MUHAMMADIYAH TEGAL

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DENGAN PENDEKATAN POLA KEBUTUHAN VIRGINIA HANDERSON
DEPARTEMEN KMB STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
IDENTITAS PASIEN
Status perkawinan : gadis/perjaka √ menikah
Nama : Tn. A
Umur : 43 tahun Janda/duda

Pendidikan : SD √ SLTP SLTA Ruang rawat : Multazam 2

Suku : Jawa No. Rekam medik : 24.76.93

Agama : √ Islam Kristen Tgl/jam masuk : 02/08/2022 jam 10.00

KatolikBudha Hindu Tgl/jam pengkajian : 04/08/2022 jam 08.30


Diagnosa : Appendisitis + Post Appendiktomy
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama :
Pasien mengeluh nyeri pada luka post operasi
P : Bergerak / saat ditekan
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan perih
R : Perut / luka operasi
S:4
T : Hilang timbul
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan sakit pada perut bagian kanan bawah sejak 1minggu sebelum masuk
RS.3 hari sebelumnya pasien sempat berobat ke IGD diberikan injeksi analgetik dan obat
oral. Setelah diinjeksi, pasien sudah tidak merasakan sakit lalu rawat jalan. Tanggal
2/8/2022 pasien mengeluh nyeri dirasakan secara terus menerus dan semakin bertambah
jika saat berjalan. sehingga keluarga pasien memutuskan untuk dibawa ke RS.
Riwayat penyakit dahulu: hipertensi stroke Riwayat penyakit keluarga : hipertensi
PPOK TBC Asma ………………... stroke asma TBC …………
sejak………………………penyakit tersebut penyakit tersebut dialami oleh…………
diobatkan ke …………………jenis obat yang sejak……………….
saat ini masih dikonsumsi……………………
Keadaan umum : Baik nilai GCS : E4M6V5 skor total : 15 kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg Nadi : 82x/mnt SB : 36,8ºC RR : 20x/mnt
PENGKAJIAN POLA KEBUTUHAN
Pernafasan dan Oksigenasi : frekwensi 20x/menit, teratur
Suara pernafasan: √ Vesikuler ronkhi wheezing
keluhan : Tidak sesak nafas
ortopnea parosismal nocturnal dipnea. Saturasi oksigen : 99%, AGD : -
Foto thoraks : kesimpulan kondisi paru paru : -
Keluhan yang dirasakan pasien : Ѻ sesak nafas
Status oksigenasi sentral : Ѻ nyeri kepala, migraine, berputar (coret yang tidak).
Hasil pemeriksaan CT Scan -
Ѻ nyeri dada kiri, type nyeri dada (-) timbulnya nyeri dada saat (-)
Pemeriksaan jantung : suara jantung normal Ѻ mur-mur Ѻ gallop.
Hasil pemeriksaan foto thorak jantung (-)
Hasil pemeriksaan ECG (-)
Status oksigen perifer : akral kaki teraba hangat. CRT < 3 detik
Nutrisi : konsumsi nutrisi target 2250 kalori. Jenis diet : Lunak
Menu yang disajikan : Bubur kasar, sayur satu mangkuk, sayur berupa sop lauk 2 butir.
TB 177 cm, BB 60kg, LILA 32cm, lingkar abdomen 71cm, peristaltik usus : 21x/menit,
Hb : 12,7gr/dL, protein darah : - mg/dL, kolesterol total HDL: - mg/dL, LDL : - mg/dL,
GDS 96 mg/dl, hematokrit : 39%
Keluhan : Ѻ mual Ѻ muntah Ѻ tidak nafsu makan. Keluhan tersebut dirasakan sejak
(-) Frekwensi muntah : (-) Jumlah muntah (-) cc
Gerak dan keseimbangan : postur tubuh √ simetris Ѻ tidak simetris.
Kemampuan mobilisasi saat ini : Ѻ bedrest total Ѻ miring kanan kiri dengan bantuan
√ duduk secara mandiri Ѻ duduk dengan bantuan Ѻ berdiri secara mandiri Ѻ berdiri
dengan bantuan Ѻ berjalan secara mandiri Ѻ berjalan dengan bantuan.
Kemampuan jalan terbatas. Keluhan pada saat aktifitas : nyeri
Kelumpuhan / kelemahan anggota gerak : Ѻ ya √ tidak, pada bagian…………………
Kebutuhan eleminasi : BAB. Frekwensi 1x/hari, konsistensi : √ lembek ‫ם‬keras ‫ם‬cair.
peristaltik usus 21x/menit.
Hasil USG abdomen : (-)
Alat bantu BAB : ‫ם‬obat pencahar, berupa : (-) ‫ם‬Huknah.
Keluhan BAB : belum BAB 1 hari sebelum operasi
Hasil laborat tinja (kalau ada) : (-)
BAK. Frekwensi 6-7 x/hari. Volume : 1200-1400 cc/hari. Warna urin : kuning jernih.
Alat bantu pengeluaran urin : kateter sementara
Istirahat dan tidur. Lama tidur malam 6-7 jam. Jam tidur malam 23.30 s/d 05.00
Kebiasaan selama tidur (-) kebiasaan sebelum tidur (-) Kondisi tubuh setelah bangun tidur
segar.
Kebutuhan mempertahankan suhu tubuh. Suhu 36,8˚C. Keluhan yang dirasakan saat
ini : ‫ ם‬badan panas ‫ ם‬badan dingin ‫ם‬menggigil. Perabaan pada bagian punggung tangan :
hangat. Kebiasaan khusus tiap hari untuk menjaga susu tubuh : tidak ada
Menjaga Kebersihan. Tampilan tubuh terkesan : bersih. Aroma tubuh tercium : wangi.
Tampilan rambut : bersih, rapid dan aroma wangi. Kebersihan gigi : terlihat bersih.
Kebersihan kulit : bersih ,terawat, lembab.
Kebutuhan beribadah. Ibadah yang masih dijalankan pada saat sakit : sholat nda berdoa.
Ibadah yang ingin diperbaiki untuk dilaksanakan : sholat berjamaah.
Kebutuhan berpakaian. Kesan pakaian yang dipakai saat ini : bersih dan rapi. Bahan
pakaian yang nyaman menurut pasien : tipis. Frekwensi ganti pakaian : sehari 2x
Menghindari bahaya lingkungan (aman&nyaman). Menurut pasien kondisi yang
mengancam saat ini (-). Kondisi ketidak nyamanan yang dirasakan saat ini : nyeri, skala
nyeri 4, lokasi nyeri perut / luka operasi, lama timbulnya nyeri <5 menit. Resiko terjatuh :
sedang. Alat pengaman di tempat tidur : ada bentuk manual.
Kebutuhan belajar. Informasi tentang penyakit pasien yang sudah didapatkan :
pengertian, penyebab ,tanda gejala ,pengobatan, perawatan di rumah dan aktifitas.
Informasi yang paling dibutuhkan pasien saat ini perawatan luka post operasi setelah
dirumah. Pemahaman pasien terhadap istilah medis : mudah
Kebutuhan komunikasi. Bahasa sehari-hari yang digunakan : Indonesia. Type
komunikasi pasien : bahasa sederhana. Intonasi suara : lembut. Sikap komunikasi: terbuka
dengan berbagai pendapat.
Obat-obatan pasien :
RL 20tpm
Inj. Anbacim 2x1
Inj. Omeprazole 2x1
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Ketorolac 3x1
Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Hematologi
Hemoglobin 12,7 11,7 – 15,5 g/dl
Leukosit 12,4 3,6 – 11,0 10˄3/uL
Eritrosit 4,3 3,8 – 5,2 10˄6/uL
Trombosit 466 150 – 400 10˄3/uL
Hematokrit 39 35 – 47 %
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 0–1 %
Eosinofil 2 2–4 %
Netrofil Batang 0 3–5 %
Netrofil Segmen 74 50 – 70 %
Limfosit 21 25 – 40 %
Monosit 3 2–8 %
Laju Endap Darah 14 < 20 mm/jam
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Urine Makroskopik
Warna Urine Kuning Kuning
Kejernihan Agak Keruh Jernih
PH 6, 5 6,0 – 7,0
Berat Jenis 1,020 1,003 – 1,030
Protein Negatif Negatif
Reduksi Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah 3+ Negatif
Leukosit 1+ Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Urine Mikroskopik
Leukosit 5 – 10 0–5
Eritrosit Penuh 0–2
Sel Epithel Positif 1 Positif 1
Silinder Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
ANALISA DATA

No Data Penunjang Masalah Etiologi


1 DS : Pasien mengeluh nyeri pada luka Nyeri Akut Agen injuri fisik
post op. (luka insisi pasca
P : Bergerak / saat ditekan pembedahan)
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan
perih
R : Perut / luka operasi
S:4
T : Hilang timbul
DO : Kes CM GCS 15, akral hangat,
nadi kuat, pasien tampak meringis
kesakitan, memegang perut / luka,
TD : 110/70 mmHg
N : 82x/mnt
SB : 36,8ºC
RR : 20 x/mnt

2 DS : Pasien mengatakan verbannya Resiko Infeksi Tindakan Invasif


kotor (Insisi Post
DO : Terdapat luka operasi pada perut Pembedahan)
bawah, terpasang drain keluar
cairan ± 50 cc, daerah sekitar luka
tidak merah, teraba tidak panas,
luka sedikit basah. Terpasang
kateter urine
TD : 110/70 mmHg
N : 82x/mnt
SB : 36,8ºC
RR : 20 x/mnt
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri
dengan agen injuri fisik keperawatan selama 2x24 jam secara komprehensif
(luka insisi pasca diharapkan nyeri berkurang termasuk lokasi, karak
pembedahan) dengan kriteria hasil : teristik, durasi,
1. Klien melaporkan secara frekuensi, kualitas, dan
verbal nyeri berkurang factor presipitasi
2. Klien tampak nyaman 2. Kaji respon nyeri non-
3. TTV dalam batas normal verbal
3. Monitor TTV
4. Ajarkan teknik non-
farmakologis
5. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda infeksi
tindakan invasif (insisi keperawatan selama 2x24 2. Lakukan perawatan luka
post pembedahan) jam diharapkan tidak terjadi 3. Dressing kateter/hari
infeksi dengan kriteria hasil : 4. Ajarkan keluarga untuk
1. Tidak ada tanda – tanda hand higyne
infeksi 5. Kolaborasi pemberian
2. Menunjukkan kemampuan obat antibiotic
untuk mencegah
timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam
batas normal
4. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Tanggal Implementasi Evaluasi

1 04/08/2022 1. Melakukan TTV S : pasien mengeluh nyeri pada


09.00 TD : 110/70 mmHg luka post operasi, dirasakan
N : 82x/mnt hilang timbul
SB : 36,8ºC O : Kes CM GCS 15, akral hangat,
RR : 20 x/mnt nadi kuat, pasien tampak
2. Mengkaji skala nyeri meringis kesakitan, memegang
P : Bergerak / saat ditekan perut / luka,
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan TD : 110/70 mmHg
perih N : 82x/mnt
R : Perut / luka operasi SB : 36,8ºC
S:4 RR : 20 x/mnt
T : Hilang timbul
A : Masalah belum teratasi
3. Megajarkan teknik relaksasi P : Intervensi dilanjutkan
napas dalam.Pasien mengikuti
dengan baik.
4. Memberi terapi injeksi sesuai
instruksi dokter.
keterolac 1 amp IV.

04/08/2022 1. Kaji tanda-tanda infeksi S : Pasien mengatakan verbannya


2 kotor
11.00
2. Melakukan TTV O : Terdapat luka operasi pada
TD : 110/70 mmHg perut bawah, terpasang drain
N : 82x/mnt keluar cairan ± 50 cc, daerah
SB : 36,8ºC sekitar luka tidak merah, teraba
RR : 20 x/mnt tidak panas, luka sedikit basah.
3. Melakukan Dressing kateter Terpasang kateter urine
/ hari TD : 110/70 mmHg
4. Mengajarkan keluarga untuk N : 82x/mnt
hand higyne SB : 36,8ºC
5. Melakukan ganti balut RR : 20 x/mnt
6. Memberikan pemberian obat A : Masalah belum teratasi
antibiotic P : Intervensi dilanjutkan
1 05/08/2022 1. Melakukan TTV S : pasien mengeluh nyeri sudah
09.00 TD : 120/80 mmHg berkurang
N : 80x/mnt O : Kes CM GCS 15, akralhangat,
SB : 36ºC nadi kuat, pasien tampak meringis
RR : 20 x/mnt kesakitan
2. Mengkaji skala nyeri TD : 120/80 mmHg
P : Bergerak / saat ditekan N : 80x/mnt
Q : Seperti ditusuk-tusuk SB : 36ºC
dan perih RR : 20 x/mnt
R : Perut / luka operasi A : Masalah belum teratasi
S:3 P : Intervensi dilanjutkan
T : Intermiten
3. Memberi terapi injeks sesuai
instruksi dokter. keterolac 1
amp IV

2 1. Kaji tanda-tanda infeksi S : Pasien


RR : 20mengatakan
x/mnt verbannya
05/08/2022
11.00 2. Melakukan Dressing kateter/ kotor
hari O : Terdapat luka operasi pada
3. Mengevaluasi cara hand perut bawah, terpasang drain
higyne keluar cairan ± 20 cc, daerah
4. Memberikan pemberian obat sekitar luka tidak merah
antibiotic , teraba, tidak panas, luka
5. Melakukan ganti balut kering.
Terpasang kateter urine
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/mnt
SB : 36,8ºC
RR : 20 x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai