Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

N DENGAN
CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) DIRUANG HCU
RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA – TEGAL

STASE KGD

Disusun Oleh :
Azrul Faiz
0899

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021-2022
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Congestive Heart Failure (CHF) atau Gagal jantung Kongestif adalah suatu keadaan
ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan
tubuh, meskipun tekanan darah pada vena itu normal. Gagal jantung menjadi penyakit
yang terus meningkat terutama pada lansia (Asikin, 2018). CHF merupakan suatu
keadaan patofisiologis dimana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee & Ganong,
2010).
Congestive Heart Failure adalah sindrom klinis yang kompleks yang dihasilkan dari
setiap gangguan struktural atau fungsional dari pengisian ventrikel atau ejeksi darah.
Manifestasi utama dari Heart Failure adalah dyspnea dan kelelahan, yang dapat
membatasi toleransi latihan, dan retensi cairan yang dapat menyebabkan paru dan / atau
kemacetan splanchnic dan / atau edema perifer CHF merupakan keadaan dimana
jantung gagal dalam memompa darah yang ditandai dengan sesak nafas, kelelahan dan
edema perifer (AHA, 2015).
Berdasarkan sejumlah definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gagal jantung
kongestif atau Congestive Heart Failure merupakan suatu keadaan dimana jantung
gagal memompakan darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh.

Gambar. Perbedaan jantung normal dengan gagal jantung

2. Etiologi
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif Menurut (Agustina, Alfiyanti,
& Ilmi, 2017) sebagai berikut:
a Penyakit jantung koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk menderita
penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner dengan hipertrofi
ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit jantung koroner selama 7-8
tahun akan menderita penyakit gagal jantung kongestif.
b Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan komplikasi
terjadinya gagal jantung. Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui
mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel
kiri menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.
c Cardiomiopathy
Cardiomiopathy merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak disebabkan
oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan kongenital.
Cardiomiopathy terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya ialah dilated
cardiomiopathy yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya gagal
jantung kongestif. Dilated Cardiomiopathy berupa dilatasi dari ventrikel kiri
dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini disebabkan oleh hipertrofi
sel miokardium dengan peningkatan ukuran dan penambahan jaringan fibrosis.
d Kelainan katup jantung
Dari beberapa kelainan katup jantung, yang paling sering menyebabkan gagal
jantung kongestif ialah regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan preload
sehingga terjadi peningkatan volume di jantung. peningkatan volume jantung
memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat di
distribusi ke seluruh tubuh. Kondisi ini jika berlangsung lama menyebabkan gagal
jantung kongestif.
e Aritmia
Atrial fibrasi secara independen menjadi pencetus gagal jantung tanpa perlu
adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi. 31% dari pasien
gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi dan ditemukan 50%
pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi setelah dilakukan pemeriksaan
echocardiografi. Aritmia tidak hanya sebagai penyebab gagal jantung tetapi juga
memperparah prognosis dengan meningkatkan mordibitas dan mortalitas

f Alkohol dan obat-obatan


Alkohol memiliki efek toksik terhadap jantung yang menyebabkan atrial
fibrilasi ataupun gagal jantung akut. Konsumsi alkohol dalam jangka panjang
menyebabkan dilated cardiomiopathy. Didapatkan 2- 3% kasus gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh konsumsi alkohol jangka panjang. Sementara itu
beberapa obat yang memiliki efek toksik terhadap miokardium
g Lain-lain
Merokok merupakan faktor resiko yang kuat dan independen untuk
menyebabkan penyakit gagal jantung kongestif pada laki-laki sedangkan pada
wanita belum ada fakta yang konsisten. Sementara diabetes merupakan faktor
independen dalam mortalitas dan kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung
kongestif melalui mekanisme perubahan struktur dan fungsi dari miokardium.
selain itu, obesitas menyebabkan peningkatan kolesterol yang meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab utama dari gagal jantung
kongestif
3. Manifestasi klinis
Gagal jantung menyebabakan timbulnya berbagai manifestasi klinis yang dapat
diamati. Menurut American Heart Association (2012 dalam Rubiah, 2019) berikut
adalah manifestasi klinis yang terdapat pada penderita gagal jantung :
a. Dispnea atau sesak nafas Sesak nafas biasanya dirasakan oleh penderita gagal
jantung saat melakukan kegiatan, saat beristirahat, bahkan saat tidur. Hal ini
dikarenakan pada paru-paru terdapat adanya penumpukan cairan atau bendungan
darah yang tidak dapat disalurkan ke jantung.
b. Batuk mengi Batuk mengi juga disebabkan oleh adanya penumpukan cairan pada
paru-paru.
c. Nyeri dada Nyeri dada yang dirasakan seperti rasa sakit tertekan, panas, dan dapat
menjalar ke bahu ataupun lengan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot pernafasan,
saluran pernafasan, dan diafragma. Nyeri dapat tiba-tiba terjadi dan berhenti
dengan sendirinya.
d. Kelelahan dan Penurunan kualitas hidup Kelelahan merupakan hal yang biasa
didapatkan pada penderita gagal jantung. Hal tersebut dikarenkan ketidakmampuan
jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh, dan terjadi
kekurangan saturasi oksigen dalam tubuh.
e. Peningkatan denyut nadi. Pada penderita gagal jantung sering terjadi adanya
palpitasi atau jantung berdebar-debar, hal ini dikarenkan adanya kompensasi
jantung terhadap gangguan yang terjadi.
f. Oedema perifer Oedema perifer pada gagal jantung sering ditemui pada vena
jugularis, dan tungkai bawah. Hal ini disebabkan oleh adanya cairan yang
menumpuk pada jaringan. Kerusakan ginjal sehingga tidak mampu mengeluarkan
natrium dan air menyebabkan retensi cairan dalam jaringan.
g. Anoreksia dan mual Penderita gagal jantung sering mengalami mual dan tidak
adanya nafsu makan karena adanya gangguan pada sistem pencernaan yang
disebabkan oleh kurangnya nutrisi yang disalurkan ke sistem pencernaan. Mual dan
anoreksia juga dapat disebabkan oleh asites yang menekan lambung.
4. Patofisiologi
Bila cadangan jantung untuk berespons terhadap stres tidak adekuat dalam
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh, maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya
sebagai pompa dan akibatnya terjadi gagal jantung. Demikian juga, pada tingkat awal,
disfungsi komponen pompa secara nyata dapat mengakibatkan gagal jantung. Jika
cadangan jantung normal mengalami kepayahan dan kegagalan, respon fisiologis
tertentu pada penurunan curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukkan
upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital tetap normal. Terdapat empat
mekanisme respons primer terhadap gagal jantung meliputi:
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis
b. Meningkatnya beban awal akibat aktivasi neurohormon
c. Hipertrofi ventrikel
d. Volume cairan berlebih (overload volume).
Keempat respon ini adalah upaya untuk mempertahankan curah jantung. Mekanisme
mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah jantung pada tingkat
normal atau hampir normal pada gagal jantung dini dan pada keadaan istirahat. Tetapi,
kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada saat
beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung, maka kompensasi akan semakin
kurang efektif (Muttaqin, 2012).
5. Pathway

Gagal Jantung Congestive


Beban tekanan Beban sistolik Peningkatan Beban volume
berlebihan berlebihan keb.metabolisme berlebihan

Beban Systole Preload

Kontraktilitas

Hambatan Pengosongan ventrikel

COP
Beban Jantung Meningkat

Gagal jantung kanan


CHF

Gagal pompa ventrikel kiri


Gagal pompa Ventrikel
kanan

Forward Tekanan Distole


Failure

Suplai darah jantung Bendungan atrium kanan

Bendungan vena sistemik


Metab.anserob

Asidosis Metabolik Hepar


Lien

Splenonomegali Hepatomegali
Fatigue
Penimbunan as. Laktad

Mendesak diafragma

Inteloransi aktifitas Sesak nafas


(pemenuhan ADL)
Pola nafas tidak efektif
6. Kalasifikasi Derajat Keparahan Gagal jantung
Berdasarkan klasifikasi oleh New York Heart Association (NYHA) derajat keparahan
gagal jantung adalah sebagai berikut : (AHA, 2012)
a. NYHA kelas I : Penderita dengan kelainan jantung tanpa batasan aktivitas fisik.
Aktivitas fisik sehari-hari tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnoe atau
angina.
b. NYHA kelas II : Penderita dengan kelainan jantung yang berakibatkan pembatasn
aktivitas fisik ringan. Merasa enak saat istirahat. Aktivitas fisik sehari-hari
menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnoe atau angina.
c. NYHA kelas III : Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pembatasan
aktivitas berat. Merasa enak saat istirahat.
d. NYHA kelas IV : Penderita dengan kelainan jantung dengan akibat tidak mampu
melakukan aktivitas fisik apapun, keluhan timbul meski beristirahat.
Klasifikasi berdasarkan American College of Cardiology/American heart Association
(ACC/AHA) seperti berikut : (Dumitru,2015)
a. Tingkat A : Pasien dalam resiko tinggi untuk mengalami gagal jantung di masa
yang akan datang namun belum memiliki kelainan fungsional maupun struktural
jantung.
b. Tingkat B : Terdapat gangguan struktural jantung namun belum tampak gejala
apapun.
c. Tingkat C : Tampak gejala gagal jantung namun dapat dikontrol dengan
pengobatan farmakologis.
d. Tingkat D : tahap lanjut dimana dibutuhkan perawatan rumah sakit, transplantasi
jantung atau perawatan intensif.
7. Pemeriksaan penunjang
a. EKG (Elektrokardiogram)
EKG untuk mengukur kecepatan dan keteraturan danyut jantung, untuk
mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat. Distritmia,misalnya: takikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persenten 6 minggu atau lebih setelah infrank miokard
menunjukan adanya aneurime ventricular
b. Ekokardiogram

Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran


dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup
jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
c. Foto rontgen dada
Foto rontgen dada digunakan untuk mengetahui adanya pembesaran jantung,
penimbunancairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
d. Tes darah BPN
Tes darah BPN untuk mengukur kadar hormon BPN (B-type natriuretic
peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
e. Sonogram
Dapat menunjukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau area penurunan kontraktilitas ventrikular.
f. Scan jantung
Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
g. Keteterisasi jantung
Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal
jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi. Selain
itu, juga mengkaji potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikan ke dalam
ventrikel; menunjukkan ukuran abnormal dan ejeksi frank atau perubahan
kontraktilitas. (Majid, 2016)

B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah adalah faktor yang penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif kesehatan (Doenges,
Moorhouse & Geissler 2014).
1. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyektif


maupun obyektif. Tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus
menerus mengenai kesehatan pasien. Menurut Doenges, Moorhouse & Geissler (2014),
pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain:
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari. Nyeri dada dengan
aktifitas, Dispnea pada istirahat atau pada pengarahan tenaga.
Tanda: gelisah, perubahan setatus mental, mis, letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, IM baru/akut, GJK sebelumnya, penyakit katup jantung,
bedah jantung, endokarditis, SLE, anemia, syok septik, Bengkak pada kaki, telapak
kaki, abdomen, sabuk (pada gagal bagian kanan)
Tanda: TD mungkin rendah (gagal pemompaan); normal (GJK ringan atau kronis);
atau tinggi (kelebihan beban cairan / peningkatan TVS). Tekanan nadi: mungkin
sempit, menunjukan volume sekuncup. Frekuensi jantung: Takikardi, (gagal jantung
kiri). Irama jantung: distritmia, mis, fibrilasi atrium, kontrasi ventrikel prematur/
takikardi, blok jantung. Nadi apikal: PMI mungkin menyebar dan berubah posisi
secara inferior kekiri. Bunyi jantung: S3 (gallop) adalah diagnostik; S4 dapat terjadi;
S1 dan S2 lemah. murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis
katup atau insufisiensi. Nadi perifer berkurang; perubahan dalam kekuatan denyut
dapat terjadi; nadi sentral mungkin kuat mis, nadi jugularis, karotis, abdominal
terlihat. Warna: kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik, pucat atau sianotik dengan
pengisian kapiler lambat. Hepar: pembesaran/ dapat teraba, refleks hepatojugularis.
Bunyi nafas: krekels, ronki. Edema: mungkin dependen, umum atau pitting,
khususnya pada ekstremitas; DVJ
c. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, kuatir, takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/ keprihatian
finansial (perkerjaan/biaya perawatan medis).
Tanda: berbagi manisfestasi perilaku, mis, ansietas, marah, ketakutan, mudah
tersinggung.
d. Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, urine berwarna gelap. Berkemih malam hari
(nokturia) diare/konstipasi.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah. Penambahan berat badan signifikan.
Pembengkakan pada ekstrimitas bawah, terasa sesak nafas. Diet tinggi makan yang
telah diproses, lemak, gula dan kafein, pengunaan duretik.
Tanda: penambahan berat badan cepat. Distensi abdomen (asites); edema (umum,
dependen, tekanan)
f. Hygiene
Gejala : keletihan/ kelemahan, kelelahan selama aktivitas.
Tanda: penampilan menandakan kelainan perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala: kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda: letargi, kusut pikir, disorientasi. Perubahan perilaku, mudah tersinggung.
h. Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen atas dan sakit pada otot.
Tanda: tidak tenang, selalu gelisah
i. Pernafasan
Gejala: dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal.
Batuk dengan tangan tampak pembentukan riwayat penyakit paru kronis. Pengunaan
bantuan pernafasan, mis, oksigen atau medikasi.
Tanda: pernafasan takipnea, nafas dangkal, pernafasan labore breathing; pengunaan
otot aksesoris pernafasan nasal faring. Batuk kering, non produktif atau mungkin
batuk terus menerus dengan tanpa pembentukan sputum. Sputum mungkin darah,
merah mudah berbau/ berbuih edema pulmonal. Fungsi mental mungkin menurun
letargi, kegelisahan dan warna kulit pucat atau sianosis
j. Keamanan:
Gejala: perubahan fungsi mental. Kehilangan kekuatan tonus otot, kulit kering.
k. Interaksi sosial
Gejala: penurunan keikutsertaan dalam aktifitas sosial yang bisa dilakukan.
l. Pembelajaran/pengajaran
Gejala: mengunakan obat-obatan jantung, mis, tugas-tugas peliharan pengaturan
rumah, perubahan dalam terapi, penggunaan obat dalam tatanan fisik.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), diagnosa keperawatan cara mengidentifikasi,
memfokuskan dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah
aktual dan resiko tinggi. Didalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)
diagnosa keperawatan Cogestive Heart Failure (CHF) meliputi:
m. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, Kelebihan asupan
cairan (D.0022)
n. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen kelelahan atau dispnea, kelemahan (D.0056)
o. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan irama jantung, Perubahan
frekuensi jantung, Perubahan kontraktilitas, Perubahan preload, Perubahan afterload
(D.0008).
p. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Dispnea (D.0005)
q. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)
r. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan, maka intervensi yang akan
dilakukan (Sue , Marion , Elizabeth , & L , 2016)
1. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan aliran balik vena,
Kelebihan asupan cairan (D.0022)
SLKI : keseimbangan cairan Kode
Tujuan : setelah dilakukan ntervensi keperawatan maka keseimbangan cairan
meningkat (L.05020), dengan kriteria hasil:
b. Asupan cairan (5)
c. Keluaran urin (5)
d. Kelembaban membran mulkosa (5).
Intervensi : Manajemen Cairan (I.03098)
a. Observasi
1) Monitor status hidrasi (mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2) Monitor berat badan harian
3) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl, berat
jenis urin , BUN)
4) Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
b. Terapeutik
1) Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
2) Berikan  asupan cairan sesuai kebutuhan
3) Berikan cairan intravena bila perlu
c. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik,  jika perlu
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen kelelahan atau dispnea, kelemahan (D.0056)
SLKI : setelah dilakukan Intervensi keperawatan maka Toleransi aktivitas
(L.05047) meningkat, dengan kriteria hasil:
a. Saturasi oksigen (5)
b. Kemudahan beraktivitas (5)
c. Jarak berjalan (5)
Intervensi : Manajemen Energi (I.05178)
a. Observasi: Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan,
Monitor pola dan jam tidur, Monitor kelelahan fisik dan emosional
b. Edukasi : Anjurkan tirah baring, Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c. Terapeutik: Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus, Lakukan latihan
rentang gerak pasif dan/atau aktif, Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan, Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
d. Kolaborasi : kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatan aspan
makanan
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan irama jantung, Perubahan
frekuensi jantung, Perubahan kontraktilitas, Perubahan preload, Perubahan afterload
(D.0008).
SLKI : Setelah dilakukan intervensi selama maka penuruanan curah jantung
(L.02008) Menurun dengan kriteria hasil:
a. Edma (5)
b. Dispnea (5)
Intervensi : Perawatan curah jantung (I.02075)
a. Observasi
1) Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea,
kelelahan, adema ortopnea paroxysmal nocturnal dyspenea, peningkatan CPV)
2) Identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan, hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4) Monitor intake dan output cairan
5) Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi
yang mengurangi nyeri)
b. Terapeutik
1) Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi
nyaman
2) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi lemak)
3) Berikan dukungan emosional dan spiritual
4) Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen >94%
c. Edukasi
1) Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
2) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
3) Anjurkan berhenti merokok
4) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
5) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
4. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Dispnea (D.0005)
SLKI : Setelah dilakukan tindakan keeperawatan maka gangguan
pola nafas (L.01004) dapat menurun dengan kriteria hasil:
a. Dispneu (5)
b. Penggunaan otot bantu nafas (5)
Intervensi : Manajemen Jalan Napas (I.01011)
a. Observasi:
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronchi
kering), Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik: Pertahankan kepatenan jalan napas dengan headtilt dan chin-
lift (jawthrust jika curiga trauma servical), Posisikan semi-fowler atau
fowler, Berikan minum hangat, Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
c. Edukasi: Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi,
Ajarkan tehnik batuk efektif
d. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
5. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077)
SLKI : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka tingkat nyeri
(L.08066) dapat menurun dengan kriteria hasil:
a. Keluhan nyeri (5)
b. Meringis (5)
c. Kesulitan tidur (5)
Intervensi : manajemen nyeri (I. 08238)
a. Observasi
1) lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2) Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
c. Edukasi
1) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
2) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang terpapar informasi (D.0111)
SLKI : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka pengetahuan meningkat
(L.12111) dengan kriteria hasil:
a. Perilaku sesuai anjuran (5)
b. Perilaku sesuai pengetahuan (5)
Intervensi : Edukasi Kesehatan (I.12383)
a. Observasi : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi,
Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perliku hidup sehat
b. Terapeutik : Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, Jadwalkan
pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Edukasi : Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, Ajarkan
perilaku hidup sehat
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam mengevaluasi
asuhan keperawatan adalah menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang
berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di
masa depan (Marrelli, 2014). Perumusan evaluasi formatif meliputi empat komponen
yang dikenal dengan istilah SOAP yaitu :
a. S (Subjektif) : perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan,
ikeluhkan, dan dikemukakan klien.
b. O (Objektif) : perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim
kesehatan lain.
c. A (Analisis) :penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif) apakah
berkembang kearah perbaikan atau kemunderan.
d. P (Perencanaan) : rencana penanganan klien yang didasarkan pada hasil analisis
diatas yang berisi melanjutkan perencaan sebelumnya apabila keadaan atau masalah
belum teratasi.
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan klien dengan gangguan sistem
Kardiovaskular Congestive Heart Failure adalah :
a. Bebas dari nyeri.
b. Terpenuhinya aktivitas sehari-hari.
c. Menunjukkan peningkatan curah jantung.
d. Tidak ada dypsneu.
e. Menunjukan penurunan kecemasan.
f. Memahami penyakit dan tujuan keperawatannya.
16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN


CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) PADA NY.N
DIRUANG HCU RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA-TEGAL

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a Nama : Ny. N
b Umur : 49 tahun
c Jenis kelamin : Perempuan
d Diagnose medis : CHF
e Tanggal MRS : 9 September 2022
f No. RM : 23.59.11
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD tanggal 9 september 2022 jam 00:55 dengan keluhan
sesak nafas, batuk 1 minggu. Sebelum masuk IGD pasien juga mengeluh dada
berdebar – debar. Pasien mngatakan punya riwayat jantung 1 tahun, riwayat DM dan
Asma. di IGD dilakukan pemeriksaan TD 140/90 mmHg, N 93x/mnt, RR 30x/mnt, SB
36°C, SpO2 90% GDS 170, diberikan therapi O2 masker 7liter, extra nebulizer, infus
Nacl 5tpm, Syring pump NTG 1,8cc/jam, extra furosemid 20mg, uperio ½ , bisoprolol
2,5 solvinex 1A, dexametason 1A, pasang DC dan dilakukan pemeriksaan penunjang
Darah Rutin, SGOT SGPT, Ureum, Creatinine, foto thorax dan EKG. Pasien masuk
HCU tanggal 9 september 2022 jam 03:30 TD 130/80 mmHg, N 81x/mnt, RR 30x/mnt,
SB 36°C, SpO2 99%.
3. Pengkajian fokus
a. Pengkajian primer
1) Airway
Tidak terdapat sumbatan lendir pada jalan nafas
2) Breathing
Pasien sesak nafas tanpa beraktifitas dan menggunakan otot tambahan RR
30x/mnt, SpO2 99%, TD 130/80 mmHg, N 81x/mnt, SB 36°C. Pengembangan
dada pasien simetris kanan dan kiri, irama nafas reguler, cepat dan dangkal,
batuk berdahak, bunyi nafas terdapat suara ronchi.
3) Circulation
Sirkulasi perifer dengan N 81x/mnt dengan irama teratur, denyut kuat. TD
130/80 mmHg, akral keringat dingin, warna kulit pucat CRT < 3dtk, mukosa
kering, tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah.
4) Dissability
Kesadaran composmentis GCS 15 E4V5M6 nilai kekuatan otot 4,
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan dari anggota keluarga tidak mempunyai penyakit
yang menular dan keturunan seperti hipertensi, DM dan jantung
17

2) Riwayat penyakit dahulu


Pasien mempunyai penyakit jantung 1 tahun, DM dan Asma
3) Pola fungsional kesehatan
4) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Composmentis GCS 15 E4V5M6
c) TTV : TD 130/80 mmHg, N 81x/mnt, RR 30x/mnt, SB 36°C, SpO2 99%.
d) Kepala : Mesosepal, rambut rapi
e) Mata : Konjungtiva anemis, sclera ikterik, pupil isokor
f) Hidung : Bentuk simetris, tidak ada polip
g) Mulut : Gigi bersih, mulut kering
h) Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak ada pengeluaran cairan.
i) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
j) Dada
Paru I : Bentuk simetris
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Sonor
A : Terdapat suara ronchi pada kedua paru
Jantung I : Tampak ikhtus cordis
P : Ikhtus cordis ada di interkosta ke 5 median clavicula sinistra
P : Redup
A : Suara I dan II ireguler murmur
Abdomen I : Simetris tidak terdapat luka
A : Bising usus +
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Timpani
k) Genetalia : Terpasang DC
l) Ekstremitas atas
Kekuatan otot baik
4 4
4 4
Tidak ada fraktur
Ekstremitas bawah
Kekuatan otot baik
4 4
4 4
5) Prosedur diagnostik dan laboratorium
Laboratorium tanggal 09-09-2022
HB : 12,0 Ureum : 16,5 Kalium : 3,88
HT : 31,3 Creatinin : 1,11 Natrium : 127,4
AT : 176.000 SGOT : 17 Chrolida : 82,5
AE : 4,53 SGPT : 10
AL : 13,500 GDS : 170
18

Therapi
Nacl 5tpm
Inj. Furosemide 20-0-0
SP NTG 1,8 cc/jam
Po. Uperio ½-0-½
Bisoprolol 25-0-0
B. Analisa Data

No Hari / Tanggal Data Problem Etiologi


1 Jumat DS : Pasien mengatakan sesak Pola nafas Penurunan
09-09-2022 nafas, batuk tidak efektif ekspansi paru
DO : Pasien tampak sesak, ter-
dapat suara ronkhi, pola
nafas ireguler, cepat dan
dangkal
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru
2.
D. Perencanaan

No Dx Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Monitor TTV (irama,
selama 2x24 jam diharapkan status pernapasan kecepatan pernafasan)
membaik dengan kriteria hasil 2. Berikan posisi semi
1. Frekuensi pernafasan 16-20 fowler
2. Irama pernapasan teratur 3. Berikan oksigenasi
3. Suara nafas vesikuler sesuai yang dibutuhkan
4. SpO2 95-100 % 4. Kolaborasi dengn dokter

dalam pemberian obat

E. Implementasi

No Hari/Tanggal Implementasi Respon


1 Jumat 1. Mengkaji ku pasien dan TTV DS : Pasien mengatakan lemas
09-09-2022 DO : Ku lemah CM GCS 15
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)
2. Mengatur posisi semi fowler DS : Pasien mengatakan sesak
untuk memaksimalkan ventilasi
19

nafas
DO : Tampak sesak nafas
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)
3. Memberikan oksigenasi sesuai
kebutuhan DS : Pasien mengatakan sesak
nafas
DO : Tampak sesak nafas,
Terpasang O2 masker 7ltr
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)

F. Evaluasi

1. TERSERY SURVEY

c. Perubahan Pola Kesehatan

1) Nutrisi dan cairan


Sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3x seharinasi sayur dan lauk.
Pasien mengatakan suka makan ikan asin. Suka minuh teh manis jarang minum air
putih. Setelah masuk rumah sakit pasien makan diit halus rendah garam 3x sehari.
Minum dibatasi karena klien edema.
2) Istirahat dan Tidur
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan tidur malam ± 7 jam perhari,
Setelah masuk rumah sakit pasien tidur hanya 3-4jam.
3) Eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan BAB 1x/hari, BAK sedikit-
sedikit. Setelah masuk rumah sakit pasien belum BAB, pasien terpasang urine
cateter produksi urin ± 2000cc/hari,
4) Personal Hygine
20

Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan mandi 2x/hari, ganti pakaian
2x/hari, keramas 2x/minggu, sikat gigi 2x/hari. Setelah masuk rumah sakit pasien
mandi di seka oleh perawat 1x/hari, ganti baju 1x/hari di bantu oleh perawat.
5) Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan hanya duduk-duduk, aktivitas
terkadang di bantu oleh keluarga atau berpegangan tembok. Setelah masuk rumah
sakit pasien hanya bedrest di tempat tidur.
d. Kebutuhan psikologis dan spiritual

a. Pola persepsi dan pemeliharan kesehatan


pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan klien kurang
mengetahui baik tentang diit bagi penderita CHF. pasien mengatakan kesehatan itu
sangat penting, pasien menganggap bahwa sakitnya yang sekarang ini pemberian
dari Allah SWT dan pasrah akan keadanya sekarang yang sedang sakit, jika ada
anggota keluarga pasien atau pasien yang sakit segera berobat ke pelayanan
kesehatan terdekat.

b. Pola kognitif dan persepsi

pasien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya yang dialami sekarang.

c. Pola sensori dan visual

pasien mengatakan sebelum sakit dan selama sakit pola sensual dan pola visual
tidak mengalami gangguan, penglihatan dan pendengaran baik, pengecapan baik
bisa membedakan manis, asam, pahit.

d. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti
biasanya.

e. Peran diri : pasien mengatakan seorang ibu rumah tangga dan bertanggung jawab
mengurusi anak-anaknya

G. ANALISA DATA

No. Tanggal/Jam Data Poblem Etiologi


1. Jumat, 9 DS : Pasien Penurunan curah Perubahan
September mengatakan sesak, jantung D.0008 preload
21

2022 sesak saat beraktivitas SDKI (Hal 34) jantung


DO ;
Ku Cukup
GCS : composmentis
E4V5M6
TD : 157/93 mmHg
HR : 87 x/mnt
SB : 36ºC
RR : 36 x/mnt\
Spo2 : 100% (O2
nasal 3Lpm)
Dispneu, CRT 3
detik,
Thorax :
cardiomegali dengan
edema pulmo:
EKG : sinus ritme,
HR 89
Echo : EF 30%
2. Jumat, 9 DS : Sesak, sesak Ketidakefektifan Dispneu
September memberat saat pola nafas
2022 beraktivtas (D.0005) SDKI Hal
DO : RR : 36x/mnt 26
Irama nafas teratur
Prnggunaan otot bantu
nafas abdomen
3. Jumat, 9 DS: Nyeri akut Agen
September P : Nyeri ulu hati (D.0077) SDKI Hal pencedera
2022 menjalar ke 172 fisiologis
punggung, nyeri
memberat saat
beraktivitas
Q : nyeri seperti ter
22

tusuk-tusuk
R : Nyeri Terlokalisasi
di uluhati
S : sekala nyeri 6
T : Intermiten
DO: pasien terlihat
gelisah
Tidak bisa tidur
Pasien tampak
meringis

4. Jumat, 9 DS: klien mengatakan Defisit Kurang


September kurang pengetahuan terpapar
2022 mengetahui manajemen proses informasi
tentang penyakit (D.0111)
penyakitnya SDKI Hal 146
DO: pasien tampak
bertanya tentang
penyakitnya

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peurunan curah jantung (D.0008) berhubungan dengan perubahan preload jantung
dibuktikan dengan adanya Edema
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan dispneu dibuktikan dengan
pengunaan otot bantu nafas, pola nafas abnormal
3. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
sulit tidur, tampak meringis, gelisah
4. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi

I. INTERVENSI
23

Nama klien : Ny. S


Ruang : HCU

Tanggal/Jam No Tujuan dan Kriteria Intervensi TTD


. Hasil
Jumat, 9 1. Setelah dilakukan Perawatan curah jantung Ners
September intervensi selama 1x8 (I.02075) Hal 317 tegal
2022 jam, maka penuruanan 1. Monitor vital sign
Jam 09.00 curah jantung pasien
(L.02008) Menurun 2. Monitor intake dan
dengan kriteria hasil: output
1. Edma (5) 3. Berikan oksigen untuk
2. Dispnea (5) mempertahankan
saturasi >94%
4. Anjurkan beraktivitas
fisik secaa bertahap
5. Kolaborasi dengan
dokter pemberian anti
aritmia, bila perluss
Jumat, 9 2. Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas Ners
2022 tindakan keeperawatan (I.01011) tegal
Jam 09.00 selama 3x24 maka 1. Monitor pola nafas
gangguan pola nafas (frekuensi kedalaman
(L.01004) dapat usaha nafas)
menurun dengan 2. Posisikan semi fowler
kriteria hasil: 3. Anjurkan batasi asupan
1. Dispneu (5) cairan
2. Penggunaan otot 4. Kolaborasi pemberian
bantu nafas (5) obat bronkodilator bila
perlu
Jumat, 9 3. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238) Ners
September tindakan keperawatan 1. Identivikasi lokasi, tegal
2022 selama 3x24 jam karakteristik, durasi,
Jam 09.00 diharapkan tingkat frekuensi, kualitas,
24

nyeri menurun intensitas, skala nyeri


(L.08066) dengan 2. Kontrol lingkungn yang
kriteria hasil: memperberat nyeri,
1. Keluhan nyeri (5) fasilitasi istirahat dan tidur
2. Meringis (5) 3. Ajarkan teknik relaksasi
3. Kesulitan tidur (5) nafas dalam
4. Kolaborsi pemberian
analgetik jka perlu

Jumat, 9 4. Setelah dilakukan Edukasi kesehatan (I.12383) Ners


September tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan tegal
2022 selama 1x8 jam kemampuan menerima
09.00 WIB diharapkan tingkat informasi
pengetahuan meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
(L.12111) dengan kesehatan sesuai
kriteria hasil: kesepakatan
1. Perilaku sesuai 3. Sediakan materi dan
anjuran (5) media pendidikan
2. Perilaku sesuai kesehatan
pengetahuan (5) 4. Jelaskan faktor resiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan

J. Implementasi Keperawatan
Hari Pertama
Tanggal/ No. IMPEMENTASI RESPON mmt
Jam Dx
9 1 1. Mengobservasi KU S : pasien mengatakan Sesak nafas, sesak Ner
25
Septerber dan TTV saat beaktivitas, lemes s
2022 2. memerikan oksigen tega
09.00 nasal kanul 3Lpm O: l
wib untuk KU: Lemah, GCS : E4V5M6
mempertahankan RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien
saturasi oksigen tampak sesak
>94% TD : 108/80 mmHg SB: 36,6 HR: 71
4.menganjurkan x/mnt nafas spontan, terpasang O2 nasal
beraktifitas fisik kanul
secara bertahap 3 Lpm. Akral hangat, nadi kuat, CRT
3. Memberikan therapi >3detik
sesuai advice dokter Mukosa bibir Lembab, Turgor kulit
memberikan therapi elastis
obat sesuai advice Kekuatan otot
4. Memonitor intake
dan output 5 5
4 4

Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9

Memberikan Inf RL 20cc/jam, Sp.


Furosemid 3mg/jam, Uperio 100 (1/2-0-
1/2) jam 24, Spironolacton 100mg/24 jam
(jam 16), Bisoprolol 2,5mg/24 jam (jam
18)
 balance cairan
Input/CM (cairan masuk) :
total infus : 120cc/6jam
Makan : 50, Minum : 50
Am = 5x BB (60Kg) : 24jam x 6 jam
300 : 24 jam = 12,5/jam
12,5 x 6 jam = 75/6jam
Input = infus + makan/minum + AM
120 + 50+ 50 + 75 = 295
 Output/CK (cairan keluar):
Urine : 1200 cc/6jam
IWL: 10xBb(60kg) : 24 x 6 jam
26

Hari kedua
Tanggal/ NO. implementasi respon
Jam DX
10 1. 1.Mengobservasi S : pasien mengatakan Sesak nafas Ners
Septembe KU dan TTV O: tegal
r 2022 2. memberikan KU: Lemah, GCS : E4V5M6
oksigen nasal nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
09.30 wib kanul 3Lpm untuk RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien
mempertahankan tampak sesak
saturasi oksigen TD : 139/82 mmHg SB: 36,6
>94% Akral hangat, nadi kuat, CRT >3detik
3. menganjurkan Mukosa bibir Lembab, Turgor kulit
beraktifitas fisik elastis
secara bertahap Kekuatan otot
4. Memberikan
therapi sesuai 5 5
advice dokter 4 4
5. Monitor intake dan
output Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9

memberikan therapi obat sesuai advice


Inf RL 20cc/jam, Sp. Furosemid
3mg/jam, Uperio 100 (1/2-0-1/2) jam 24,
Spironolacton 100mg/24 jam (jam 16),
Bisoprolol 2,5mg/24 jam (jam 18)

balance cairan
Intake/CM (cairan masuk) :
total infus : 300cc/15jam
Makan : 100, Minum: 100
Am = 5x BB (60Kg) : 24jam x 15 jam
27

300 : 24 jam = 12,5/jam


12,5 x 6 jam = 187.5/15jam
CM = infus + makan/minum + AM
300 + 100+ 100 + 187.5 = 687.5
 Output/CK (cairan keluar):
Urine : 1600 cc/15jam
IWL: 10xBb(60kg) : 24 x 6 jam
600 : 24 jam = 25/jam
25 x 15 jam = 375/15jam
CK = urin + IWL
1600 + 375 = 1975
 Maka BC (balance cairan)
= intake/CM – output/CK
687.5 – 1975 = (-1287.5)
U/O(urin output) = jumlah urine : BB: 15
jam
1600 : 15 jam = 1,77/15 jam
10 1. Memonitor pola nafas Ners
Septembe 2. (frekuensi kedalaman S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, tegal
r 2022 usaha nafas) pasien mengatakan nafas masih sesak
10.00 Wib 2. memposisikan semi
O : akral teraba hangat, CRT >3 detik, kulit
fowler
tampak pucat, mulkosa bibir kering
3. menganjurkan batasi
asupan cairan Posisi semi fowler
4. memberikan obat
TD : 108/80x/mnt, HR : 74 x/mnt
sesuai advice dokter
RR : 24 x/mnt, SB :37

Spo2 : 100% (O2 nasal 3Lpm)

Pasien mengerti konsumsi cairan harus di


batasi, memberikan obat sesuai advice
Sp. NTG 1,8cc/jam

10 3. 1. mengidentifikasi S: pasien mengatakan nyeri, lemes Ner


28

September lokasi, karakteristik, P : Nyeri ulu hati menjalar ke s


2022 durasi, frekuensi, punggung, nyeri memberat saat t
10:30 WIB kualitas, intensitas, skala beraktivitas e
nyeri Q : nyeri seperti ter tusuk-tusuk g
2. mengganjurkan teknik R : Nyeri Terlokalisasi di uluhati a
nafas dalam saat nyeri S : sekala nyeri 3 l
datang T : Intermiten
O : pasien tampak menahan sakit, pasien
terlihat lemes

10 4. 1. Mengidentifikasi S : pasien mengatakan bersedia menerima Ner


September kesiapan dan informasi yang akan diberikan s
2022, kemampuan O : Melakukan pendidikan kesehatan sesua t
11.00 Wib menerima informasi kontrak watu yang di tentukan, 4 juni e
2. Memberikan 2022 jam 16.00, Media pendidikan g
pendidikan kesehatan kesehatan menggunakan lembar balik dan a
menyediakan materi leaflet l
dan media
pendidikan kesehatan
dengan menggunakan
lembar balik dan
leaflet

Hari Ke-Tiga
Tanggal/ NO IMPLEMENTASI RESPON Ttd
Jam DX.
11 1. 1. Mengobservasi Ne
Septembe KU dan TTV S : pasien mengatakan Sesak nafas rs
r 2022 2. memberikan oksigen berkurang teg
nasal kanul 3Lpm al
13.00 wib untuk O:
mempertahankan KU: Lemah, GCS : E4V5M6
29

saturasi oksigen RR : 22 x/mnt Spo2 : 97% pasien tampak


>94% sesak
3. Memberikan therapi TD : 90/50 mmHg SB: 37,6
sesuai advice dokter HR : 88 x/mnt
4. Monitor intake dan nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
output Akral hangat, nadi kuat, CRT >2detik
Mukosa bibir Lembab, Turgor kulit elastis
Kekuatan otot

5 5
4 4

Assesment nyeri 2
Assesment resiko jatuh 9

Inf RL 20cc/jam, inj. Furosemid


20mg/24jam, Uperio 100 (1/2-0-1/2) jam
24, Spironolacton 100mg/24 jam (jam 16)
Bisoprolol 2,5mg/24 jam (jam 18)

balance cairan
Input/CM (cairan masuk) :
total infus : 450cc/24jam
Makan : 150, Minum: 150
Am = 5x BB (60Kg) = 300
CM = infus + makan/minum + AM
450 + 150+ 150 + 300 = 1080
 Output/CK (cairan keluar):
Urine : 2800 cc/24jam
IWL: 10xBb(60kg) = 600/ 24 jam
CK = urin + IWL
2800 + 600 = 3400
 Maka BC (balance cairan)
30

= intake/CM – output/CK
1080 –3400 = (-2320)
U/O(urin output) = jumlah urine : BB: 15 jam
2800 : 15 jam = 1,94/24 jam

11 1. Memonitor pola S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, Ners


Septembe 2. nafas (frekuensi pasien mengatakan sesak berkurang tegal
r 2022 kedalaman usaha
O : akral teraba hangat, CRT >2 detik, kulit
13.00 Wib nafas)
tampak pucat, mulkosa bibir kering
2. memberikan obat
sesuai advice dokter TD : 90/50x/mnt, HR : 88 x/mnt

RR : 22 x/mnt, SB :37,6

Spo2 : 97% (O2 nasal 3Lpm)

nafas spontan O2 Nasal kanul

memberikan obat sesuai advice Sp. NTG


1,8cc/jam

11 Nyeri Akut 1. mengidentifikasi Ners


September lokasi, karakteristik, S: pasien mengatakan nyeri, lemes tegal
2022 durasi, frekuensi, P : Nyeri ulu hati menjalar ke punggung,
13:00 WIB kualitas, intensitas, nyeri memberat saat beraktivitas
skala nyeri Q : nyeri seperti ter tusuk-tusuk
2. Menganjurkan teknik R : Nyeri Terlokalisasi di uluhati
relaksasi nafas dalam S : sekala nyeri 2
saat nyeri datang T : Intermiten
O : pasien masih terliat lemes, tampak
nyeri berkurang

K. EVALUASI
31

Waktu DX. Kep Evaluasi ttd


pelaksanaa
n
9 Peurunan curah S : pasien mengatakan Sesak nafas, sesak saat Ners
September jantung beaktivitas tegal
2022 (D.0008) O : pasien tampak sesak
(13.00Wib) berhubungan A: nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
dengan B : RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien tampak
perubahan sesak
preload jantung C : TD : 108/80 mmHg SB: 36,6 HR: 71 x/mnt
Akral hangat, nadi kuat, terpasang inf. Nacl 5
tpm ditangan kanan, terpasang DC, CRT >3detik
D: KU: Lemah
GCS : E4V5M6
E: Mukosa bibir Lembab
Turgor kulit elastis
Kekuatan otot

Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9
 Balance caian
BC (balance cairan) = (-1055)
U/O (urin output) = 3.3 cc/6 jam
A : masalah penurunan curah jantung belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. observasi KU dan TTV
2. berikan oksigen nasal kanul 3Lpm untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
4. berikan therapi sesuai advice dokter
5. Monitor intake dan output
32

Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien Ners
efektif (D.0005) mengatakan nafas masih sesak tegal
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >3 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
Posisi semi fowler
TD : 139/82x/mnt
HR : 71 x/mnt
RR : 29 x/mnt
SB :36,6
Spo2 : 100% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. menganjurkan batasi asupan cairan
3. memberikan obat sesuai advice dokter

Nyeri akut S : P : Nyeri ulu hati menjalar ke punggung, nyeri Ners


(D.0077) memberat saat beraktivitas tegal
berhubungan Q : nyeri seperti ter tusuk-tusuk
dengan agen R : Nyeri Terlokalisasi di uluhati
pencedera S : sekala nyeri 6
fisiologis T : Intermiten
O: pasien terlihat gelisah, Pasien tampak
meringis.
A : masalah keperawatan Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. identivikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri
2. ciptakan lingkungan yang nyaman
33

3. jelaskan strategi meredakan nyeri


4. mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam

Defisit S : Pasien mengatakan kuraang mengerti tentang Ners


pengetahuan penyakitnya, pasien mengatakn menyetujui untuk tegal
(D.0111) di berikan prndidikan kesehatan
berhubungan O : membuat jadwal pendidikan kesehatan pada
dengan kurang tanggal 4 juni 2022 jam 16.00
terpapar A : masalah keperawatan defisit pengetahuan
informasi belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
1. identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. jadwalkan pendidikan kesehatan
3. sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan dengan menggunakan lembar balik
dan leaflet

EVALUASI HARI KE-2


10 Peurunan curah S : pasien mengatakan masih terasa Sesak nafas, Ners
September jantung sesak saat beaktivitas tegal
2022 (D.0008) O : pasien tampak sesak
(13:00) berhubungan A: nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
dengan B : RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien
perubahan tampak sesak
preload jantung C : TD : 139/82 mmHg SB: 36,6
Akral hangat, nadi kuat, terpasang inf. Nacl
5 tpm ditangan kanan, terpasang DC, CRT
>3detik
D: KU: Lemah
GCS : E4V5M6
34

E: Mukosa bibir Lembab


Turgor kulit elastis
Kekuatan otot
Assesment nyeri 4, Assesment resiko jatuh
9
 Balance Cairan = (-1287.5)
 U/O = (1.77)
A : masalah penurunan curah jantung belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. observasi KU dan TTV
2. berikan oksigen nasal kanul 3Lpm untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
4. berikan therapi sesuai advice dokter
5. Monitor intake dan output

Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien Ners
efektif (D.0005) mengatakan nafas masih sesak tegal
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >3 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
Posisi semi fowler
TD : 108/80x/mnt
HR : 74 x/mnt
RR : 24 x/mnt
SB :37
Spo2 : 100% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. memposisikan semi fowler
3. menganjurkan batasi asupan cairan
35

4. memberikan obat sesuai advice dokter


Nyeri akut S : P : Nyeri ulu hati menjalar ke punggung, nyeri Ners
(D.0077) memberat saat beraktivitas tegal
berhubungan Q : nyeri seperti ter tusuk-tusuk
dengan agen R : Nyeri Terlokalisasi di uluhati
pencedera S : sekala nyeri 4
fisiologis T : Intermiten
O: pasien terlihat gelisah, Pasien tampak
meringis.
A : masalah keperawatan Nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. identivikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri
2. anjurkan teknik relaksasi nafas dalam saat
nyeri datang
Defisit S : Pasien mengatakan mengerti tentang informasi Ners
pengetahuan yang di berikan, dan akan diterapkan saat pulang tegal
(D.0111) ke rumah
berhubungan O : memberikan pendidikan kesehatan sesuai
dengan kurang jadwal pendidikan kesehatan pada tanggal 4 juni
terpapar 2022 jam 16.00
informasi Pasien terlihat memahami isi materi dan sesekali
bertanya
A : masalah keperawatan defisit pengetahuan
teratasi
P : hentikan intervensi

Evaluasi hari Ke-3


11 Peurunan curah S : pasien mengatakan Sesak nafas berkurang Ika
September jantung O:
2022 (D.0008) A: nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
(13:00) berhubungan B : RR : 22 x/mnt Spo2 : 97% pasien tampak
dengan
36

perubahan sesak
preload jantung C : TD : 90/50 mmHg SB: 37,6
HR : 88 x/mnt
Akral hangat, nadi kuat, terpasang inf. Nacl 5
tpm ditangan kanan, terpasang DC, CRT
>2detik
D: KU: Lemah
GCS : E4V5M6
E: Mukosa bibir Lembab
Turgor kulit elastis
Kekuatan otot
Assesment nyeri 2, Assesment resiko jatuh 9
 Balance Cairan = (-2320)
 U/O = (1,94)
A : masalah penurunan curah jantung teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. observasi KU dan TTV
2. berikan oksigen nasal kanul 3Lpm untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. berikan therapi sesuai advice dokter
4. Monitor intake dan output

Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien ika
efektif (D.0005) mengatakan sesak berkurang
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >2 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
TD : 90/50x/mnt
HR : 88 x/mnt
RR : 22 x/mnt
SB :37,6
Spo2 : 97% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi
37

sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. memberikan obat sesuai advice dokter

Nyeri akut S : P : Nyeri ulu hati menjalar ke punggung, nyeri ika


(D.0077) memberat saat beraktivitas
berhubungan Q : nyeri seperti ter tusuk-tusuk
dengan agen R : Nyeri Terlokalisasi di uluhati
pencedera S : sekala nyeri 2
fisiologis T : Intermiten
O: pasien terlihat gelisah, Pasien tampak
meringis.
TD : 90/50x/mnt
HR : 88 x/mnt
RR : 22 x/mnt
SB :37,6
Spo2 : 97% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah keperawatan Nyeri akut teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. identivikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri
2. anjurkan teknik relaksasi nafas dalam saat
nyeri datang
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gagal
Jantung Kongestif (CHF) diruang HCU, yang telah dilakukan asuhan keperawatan dari
tanggal 9-11 September 2022. Penulis membagi dalam 5 proses keperawatan yaitu meliputi:
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
a. Data subjektif
Data subjektif pada tinjauan kasus Gagal Jantung Kongestif (CHF) dengan
Penurunan curah jantung dari pengkajian pasien di dapatkan pasien terdiagnosa CHF.
Pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 9-11 September dengan wawancara,
observasi langsung, dan pemeriksaan fisik. pasien mengatakan sesak saat beraktifitas,
bengkak pada kaki.
Gagal jantung kongestif adalah kondisi dimana otot jantung tidak memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan jaringan lain, ketika salah
satu atau dua bagian jantung tidak memompa darah keluar, darah akan mnumpuk pada
jantung atau menyumbat di organ atau jaringan akibatnya daah menumpuk di sistem
peredaran darah. Sedangkan tanda dan gejalanya sesak nafas saat beraktivitas, sesak
nafas saat tidur terlentang, mual, kehilangan nafsu makan, bengkak pada pergelangan
kaki.
Dari data subjektif dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gejala yang
sama yaitu sesak saat beraktivitas dan bengkak pada kedua kaki.
b. Data objektif
Data objektif yang ditemukan penulis dari pemeriksaan fisik, dari klien tersebut
tanda-tanda vital dari pasien yaitu keadaan umum lemah, GCS : E 4 M 5 V 6,
Kesadaran composmentis, TD : 157/93 mmHg, HR : 87 x/mnt, SB : 36ºC, RR : 36
x/mnt, Spo2 : 100%. Dari data objektif dapat disimpulkan bahwa, penderita CHF
salah satu faktor penyebabnya yaitu hipertensi.
c. Pemeriksaan Diagnostic
Hasil pemeriksaan diagnostik pada pasien yaitu pemeriksaan RO THORAK dan
ECHO. hasilnya: RO thorak hasil cardiomegali dengan edema pulmo dan
Echocardiograaphy: EF 30%.

38
39

Dari data diatas dampat disimpulkan penyakit CHF harus terdiagnosa dengan
pemeriksaan penunjang dan juga pemeriksaan laboratorium selain untuk menunjang
diagnosa pemeriksan diatas juga untuk mmemberikan obat obatan yang sesuai.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pasa pasien CHF Peurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan preload jantung dibuktikan dengan adanya Edema, Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu dibuktikan dengan pengunaan otot
bantu nafas, pola nafas abnormal, Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis dibuktikan dengan sulit tidur, tampak meringis, gelisah, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah
yang dihadapi. Diagnosa tersebut di dapatkan dari hasil analisa data yang didapatkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
keperawatan Peurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload jantung
yaitu Monitor vital sign pasien, Monitor intake dan output, Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi >94%, Anjurkan beraktivitas fisik secaa bertahap, Kolaborasi
dengan dokter pemberian anti aritmia, bila perlu. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan dispneu, yaitu Monitor pola nafas (frekuensi kedalaman usaha nafas), Posisikan
semi fowler, Anjurkan batasi asupan cairan, Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
bila perlu. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, intervensi
Identivikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri,
Kontrol lingkungn yang memperberat nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, Kolaborsi pemberian analgetik jka perlu. Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu, Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Menurut penulis rencana tindakan yang tepat akan mempermudah kesembuhan.
Tetapi jika salah atau keliru dalam menentukan rencana tindakan akan sulit
disembuhkan. Kolaborasi dengan ahli medis lainnya juga dapat menunjang proses
penyembuhan.
40

4. Implementasi Keperawatan
Pada pasien dengan ke empat diagnosa tersebut terdapat banyak intervensi
keperawatan yang ada pada teori. Namun pada implementasi keperawatan hanya 13
masing masing intervensi yang dilakukan pada pasien yaitu Monitor KU + TTV,
memberikan O2 nasal, anjurkan membatasi aktivitas fisik, monitor intake output,
monitor pola nafas, memposisikan semi fowler, anjurkan batasi cairan, Identifikasi
kualitas nyeri dan skala nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri Ajarkan teknik non
farmakologis (tekhnik relaksasi nafas dalam), identifikasi skala nyeri , Beri Lingkungan
yang nyaman, jelaskan strategi meredakan nyeri, obs lokasi, frekuensi, intensitas,
durasi, kualitas nyeri, menjadwalkan pendidikan kesehatan, menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan dengan menggunakan lembar balik dan leaflet, Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat, adapun terapi yang lain yaitu Inf RL/Nacl 5tpm,
Sp. Furosemid 3mg/jam, Sp. NTG 1,8 cc/jam, Inj furosemid 20mg/24 jam, P.o uperio
100mg (1/2-0-1/2), P.o spironlacton 100mg/24jam, P.o bisoprolol 2,5mg/24 jam.
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai
intervensi keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi.
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) selama tahap implementasi perawat
melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Intruksi keperawatan diimplementasikan
untuk membantu pasien secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medis lainnya.

5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, maka respon yang diperoleh dari Ny.
S pada hari ketiga adalah pasien mengatakan sesek berkurang, nyeri berkurang, bengkak
berkurang. Pada tanggal 10 September 2022 pasien di pindahkan ke bangsal marwah dan
Pada tanggal 9 September 2022 pukul 14.00 wib pasien di izin kan pulang atas
persetujuan dokter.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Setelah melakukan tindakan keperawatan Pasien yang mengalami Gagal Jantung
Kongestif (CHF) pada Ny. S dengan Keempat masalah diagnosa keperawatan diruang
HCU RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal, maka pada bab ini dapat mengambil
kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian pada pasien yang mengalami CHF pada Ny. S didapatkan data subjektif
pasien mengatakan sesek, nyeri ulu hati dan terkadang dada terasa cekit-cekit, lemas,
bengkak pada pergelangan kaki.
2. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data subjektif dan objektif, maka diambil 3
diagnosa sesuai prioritas yaitu Peurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan preload jantung. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu,
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Intervensi keperawatan pada Ny. S dengan Ketiga masalah keperawatan yaitu
Monitor KU + TTV, monitor intake dan output, anjurkan batasi caran, berikan posisi
semi fowler, ajarkan relaksasi nafas dalam, identifikasi adanya nyeri, libatkan keluarga
dalam perawatan, jelaskan strategi meredakan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, dan
kolaborasi dalam pemberian oat obatan jika perlu. Intervensi diambil dari Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Jilid 2 2018.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pelaksana untuk yaitu : memonitor TTV
dan KU, memposisikan semi fowler, mengkaji skala nyeri, monitor intake dan output,
Mengajarkan relaksasi nafas dalam, Mengubah posisi pasien, memberikan terapi
sesuai advis.
5. Evaluasi perkembangan pasien setelah dilakukan ajarkan relasksasi nafas dalam untuk
menguragi rasa nyeri didapatkan Evaluasi keberhasilan penerapan pada pemberian
relaksasi nafas dalam. memberikan posisi semi fowler dan pemberian oksigen pada
klien tersebut menunjukkan bahwa keadannya semakin membaik hal tersebut
dikarenakan klien tersebut mematuhi intruksi dari penulis.

41
42

B. Saran
1. Bagi pasien
Diharapkan pasien mampu mengetahui upaya untuk mengurangi gejal ayang
di dapatkan karana aanya gejala dari penyakit CHF, dengan cara batasi aktivitas,
batasi cairan yang masuk, aktivitas sesai kemampuan, olahraga yang ringan dan
diharapkan dapat menerapkannya secara mandiri, dan mempertahankan kesehatan
baik bagi diri senidir, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF
dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diharapkan tanpa membedakan
status ekonomi, edukasi dengan baik ke pasien tentang penyakit, dan diit nutrisi yang
tepat.
3. Bagi rumah sakit
Diharapkan untuk memperbanyak sumber atau referensi yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pasien yang mengalami CHF dengan mengangkat
diagnosa keperawatan selain penurunan curah jantung, pola nafas tidak efektif, nyeri
akut dan kurang terpapar informasi, guna memperluas wawasan keilmuan bagi
peneliti dan siapapun yang berniat memperdalam topik ini.
43

DAFTAR PUSTAKA

Manurung, s.(2011). Keperawatan profesional. : jakarta

Majid,A.(2010). Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap
Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit

Yogyakarta Tahun 2010. Tesis FKIK UI. Tidak dipublikasikan. Depok : Universitas
Indonesia

Manurung, D.(2015). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing

Smeltzer, SC., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner and Suddart’s text
book of medical surgical nursing. (11th ed.). Jakarta : EGC

Bachrudin, & Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. In Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan.

Muttaqin, A. (2014). Asuhan Keperrawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardivaskular


dan Hematologi. In Salemba Medika. 

Profil kesehatan kabupaten tegal Tahun 2017, tegal,. Dinas Kesehatan kabupaten tegal.


https://dinkes.tegalkab.go.id/download/file/profil_kesehatan_kab_tegal_2017.pdf
diakses tanggal 19 agustus 2022
44

LAMPIRAN
Hasil Echo

Hasil EKG
45

Hasil RO thorax

Anda mungkin juga menyukai