N DENGAN
CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) DIRUANG HCU
RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA – TEGAL
STASE KGD
Disusun Oleh :
Azrul Faiz
0899
2. Etiologi
Beberapa etiologi dari penyakit gagal jantung kongestif Menurut (Agustina, Alfiyanti,
& Ilmi, 2017) sebagai berikut:
a Penyakit jantung koroner
Seseorang dengan penyakit jantung koroner (PJK) rentan untuk menderita
penyakit gagal jantung, terutama penyakit jantung koroner dengan hipertrofi
ventrikel kiri. Lebih dari 36% pasien dengan penyakit jantung koroner selama 7-8
tahun akan menderita penyakit gagal jantung kongestif.
b Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang bersifat kronis merupakan komplikasi
terjadinya gagal jantung. Hipertensi menyebabkan gagal jantung kongestif melalui
mekanisme disfungsi sistolik dan diastolik dari ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel
kiri menjadi predisposisi terjadinya infark miokard, aritmia atrium dan ventrikel
yang nantinya akan berujung pada gagal jantung kongestif.
c Cardiomiopathy
Cardiomiopathy merupakan kelainan pada otot jantung yang tidak disebabkan
oleh penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan kongenital.
Cardiomiopathy terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya ialah dilated
cardiomiopathy yang merupakan salah satu penyebab tersering terjadinya gagal
jantung kongestif. Dilated Cardiomiopathy berupa dilatasi dari ventrikel kiri
dengan atau tanpa dilatasi ventrikel kanan. Dilatasi ini disebabkan oleh hipertrofi
sel miokardium dengan peningkatan ukuran dan penambahan jaringan fibrosis.
d Kelainan katup jantung
Dari beberapa kelainan katup jantung, yang paling sering menyebabkan gagal
jantung kongestif ialah regurgitasi mitral. Regurgitasi mitral meningkatkan preload
sehingga terjadi peningkatan volume di jantung. peningkatan volume jantung
memaksa jantung untuk berkontraksi lebih kuat agar darah tersebut dapat di
distribusi ke seluruh tubuh. Kondisi ini jika berlangsung lama menyebabkan gagal
jantung kongestif.
e Aritmia
Atrial fibrasi secara independen menjadi pencetus gagal jantung tanpa perlu
adanya faktor concomitant lainnya seperti PJK atau hipertensi. 31% dari pasien
gagal jantung ditemukan gejala awal berupa atrial fibrilasi dan ditemukan 50%
pasien gagal jantung memiliki gejala atrial fibrilasi setelah dilakukan pemeriksaan
echocardiografi. Aritmia tidak hanya sebagai penyebab gagal jantung tetapi juga
memperparah prognosis dengan meningkatkan mordibitas dan mortalitas
Kontraktilitas
COP
Beban Jantung Meningkat
Splenonomegali Hepatomegali
Fatigue
Penimbunan as. Laktad
Mendesak diafragma
B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah adalah faktor yang penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitas dan preventif kesehatan (Doenges,
Moorhouse & Geissler 2014).
1. Pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a Nama : Ny. N
b Umur : 49 tahun
c Jenis kelamin : Perempuan
d Diagnose medis : CHF
e Tanggal MRS : 9 September 2022
f No. RM : 23.59.11
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD tanggal 9 september 2022 jam 00:55 dengan keluhan
sesak nafas, batuk 1 minggu. Sebelum masuk IGD pasien juga mengeluh dada
berdebar – debar. Pasien mngatakan punya riwayat jantung 1 tahun, riwayat DM dan
Asma. di IGD dilakukan pemeriksaan TD 140/90 mmHg, N 93x/mnt, RR 30x/mnt, SB
36°C, SpO2 90% GDS 170, diberikan therapi O2 masker 7liter, extra nebulizer, infus
Nacl 5tpm, Syring pump NTG 1,8cc/jam, extra furosemid 20mg, uperio ½ , bisoprolol
2,5 solvinex 1A, dexametason 1A, pasang DC dan dilakukan pemeriksaan penunjang
Darah Rutin, SGOT SGPT, Ureum, Creatinine, foto thorax dan EKG. Pasien masuk
HCU tanggal 9 september 2022 jam 03:30 TD 130/80 mmHg, N 81x/mnt, RR 30x/mnt,
SB 36°C, SpO2 99%.
3. Pengkajian fokus
a. Pengkajian primer
1) Airway
Tidak terdapat sumbatan lendir pada jalan nafas
2) Breathing
Pasien sesak nafas tanpa beraktifitas dan menggunakan otot tambahan RR
30x/mnt, SpO2 99%, TD 130/80 mmHg, N 81x/mnt, SB 36°C. Pengembangan
dada pasien simetris kanan dan kiri, irama nafas reguler, cepat dan dangkal,
batuk berdahak, bunyi nafas terdapat suara ronchi.
3) Circulation
Sirkulasi perifer dengan N 81x/mnt dengan irama teratur, denyut kuat. TD
130/80 mmHg, akral keringat dingin, warna kulit pucat CRT < 3dtk, mukosa
kering, tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah.
4) Dissability
Kesadaran composmentis GCS 15 E4V5M6 nilai kekuatan otot 4,
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan dari anggota keluarga tidak mempunyai penyakit
yang menular dan keturunan seperti hipertensi, DM dan jantung
17
Therapi
Nacl 5tpm
Inj. Furosemide 20-0-0
SP NTG 1,8 cc/jam
Po. Uperio ½-0-½
Bisoprolol 25-0-0
B. Analisa Data
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru
2.
D. Perencanaan
No Dx Tujuan Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 1. Monitor TTV (irama,
selama 2x24 jam diharapkan status pernapasan kecepatan pernafasan)
membaik dengan kriteria hasil 2. Berikan posisi semi
1. Frekuensi pernafasan 16-20 fowler
2. Irama pernapasan teratur 3. Berikan oksigenasi
3. Suara nafas vesikuler sesuai yang dibutuhkan
4. SpO2 95-100 % 4. Kolaborasi dengn dokter
E. Implementasi
nafas
DO : Tampak sesak nafas
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)
3. Memberikan oksigenasi sesuai
kebutuhan DS : Pasien mengatakan sesak
nafas
DO : Tampak sesak nafas,
Terpasang O2 masker 7ltr
TD : 130/80 SB : 36
N : 81 RR : 30
SPO2 : 99 (O2 masker)
F. Evaluasi
1. TERSERY SURVEY
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan mandi 2x/hari, ganti pakaian
2x/hari, keramas 2x/minggu, sikat gigi 2x/hari. Setelah masuk rumah sakit pasien
mandi di seka oleh perawat 1x/hari, ganti baju 1x/hari di bantu oleh perawat.
5) Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengatkan hanya duduk-duduk, aktivitas
terkadang di bantu oleh keluarga atau berpegangan tembok. Setelah masuk rumah
sakit pasien hanya bedrest di tempat tidur.
d. Kebutuhan psikologis dan spiritual
pasien mengatakan sebelum sakit dan selama sakit pola sensual dan pola visual
tidak mengalami gangguan, penglihatan dan pendengaran baik, pengecapan baik
bisa membedakan manis, asam, pahit.
d. Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti
biasanya.
e. Peran diri : pasien mengatakan seorang ibu rumah tangga dan bertanggung jawab
mengurusi anak-anaknya
G. ANALISA DATA
tusuk-tusuk
R : Nyeri Terlokalisasi
di uluhati
S : sekala nyeri 6
T : Intermiten
DO: pasien terlihat
gelisah
Tidak bisa tidur
Pasien tampak
meringis
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peurunan curah jantung (D.0008) berhubungan dengan perubahan preload jantung
dibuktikan dengan adanya Edema
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005) berhubungan dengan dispneu dibuktikan dengan
pengunaan otot bantu nafas, pola nafas abnormal
3. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
sulit tidur, tampak meringis, gelisah
4. Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi
I. INTERVENSI
23
J. Implementasi Keperawatan
Hari Pertama
Tanggal/ No. IMPEMENTASI RESPON mmt
Jam Dx
9 1 1. Mengobservasi KU S : pasien mengatakan Sesak nafas, sesak Ner
25
Septerber dan TTV saat beaktivitas, lemes s
2022 2. memerikan oksigen tega
09.00 nasal kanul 3Lpm O: l
wib untuk KU: Lemah, GCS : E4V5M6
mempertahankan RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien
saturasi oksigen tampak sesak
>94% TD : 108/80 mmHg SB: 36,6 HR: 71
4.menganjurkan x/mnt nafas spontan, terpasang O2 nasal
beraktifitas fisik kanul
secara bertahap 3 Lpm. Akral hangat, nadi kuat, CRT
3. Memberikan therapi >3detik
sesuai advice dokter Mukosa bibir Lembab, Turgor kulit
memberikan therapi elastis
obat sesuai advice Kekuatan otot
4. Memonitor intake
dan output 5 5
4 4
Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9
Hari kedua
Tanggal/ NO. implementasi respon
Jam DX
10 1. 1.Mengobservasi S : pasien mengatakan Sesak nafas Ners
Septembe KU dan TTV O: tegal
r 2022 2. memberikan KU: Lemah, GCS : E4V5M6
oksigen nasal nafas spontan, O2 nasal kanul 3 Lpm
09.30 wib kanul 3Lpm untuk RR : 24 x/mnt Spo2 : 100% pasien
mempertahankan tampak sesak
saturasi oksigen TD : 139/82 mmHg SB: 36,6
>94% Akral hangat, nadi kuat, CRT >3detik
3. menganjurkan Mukosa bibir Lembab, Turgor kulit
beraktifitas fisik elastis
secara bertahap Kekuatan otot
4. Memberikan
therapi sesuai 5 5
advice dokter 4 4
5. Monitor intake dan
output Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9
balance cairan
Intake/CM (cairan masuk) :
total infus : 300cc/15jam
Makan : 100, Minum: 100
Am = 5x BB (60Kg) : 24jam x 15 jam
27
Hari Ke-Tiga
Tanggal/ NO IMPLEMENTASI RESPON Ttd
Jam DX.
11 1. 1. Mengobservasi Ne
Septembe KU dan TTV S : pasien mengatakan Sesak nafas rs
r 2022 2. memberikan oksigen berkurang teg
nasal kanul 3Lpm al
13.00 wib untuk O:
mempertahankan KU: Lemah, GCS : E4V5M6
29
5 5
4 4
Assesment nyeri 2
Assesment resiko jatuh 9
balance cairan
Input/CM (cairan masuk) :
total infus : 450cc/24jam
Makan : 150, Minum: 150
Am = 5x BB (60Kg) = 300
CM = infus + makan/minum + AM
450 + 150+ 150 + 300 = 1080
Output/CK (cairan keluar):
Urine : 2800 cc/24jam
IWL: 10xBb(60kg) = 600/ 24 jam
CK = urin + IWL
2800 + 600 = 3400
Maka BC (balance cairan)
30
= intake/CM – output/CK
1080 –3400 = (-2320)
U/O(urin output) = jumlah urine : BB: 15 jam
2800 : 15 jam = 1,94/24 jam
RR : 22 x/mnt, SB :37,6
K. EVALUASI
31
Assesment nyeri 4
Assesment resiko jatuh 9
Balance caian
BC (balance cairan) = (-1055)
U/O (urin output) = 3.3 cc/6 jam
A : masalah penurunan curah jantung belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. observasi KU dan TTV
2. berikan oksigen nasal kanul 3Lpm untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
4. berikan therapi sesuai advice dokter
5. Monitor intake dan output
32
Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien Ners
efektif (D.0005) mengatakan nafas masih sesak tegal
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >3 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
Posisi semi fowler
TD : 139/82x/mnt
HR : 71 x/mnt
RR : 29 x/mnt
SB :36,6
Spo2 : 100% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. menganjurkan batasi asupan cairan
3. memberikan obat sesuai advice dokter
Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien Ners
efektif (D.0005) mengatakan nafas masih sesak tegal
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >3 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
Posisi semi fowler
TD : 108/80x/mnt
HR : 74 x/mnt
RR : 24 x/mnt
SB :37
Spo2 : 100% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. memposisikan semi fowler
3. menganjurkan batasi asupan cairan
35
perubahan sesak
preload jantung C : TD : 90/50 mmHg SB: 37,6
HR : 88 x/mnt
Akral hangat, nadi kuat, terpasang inf. Nacl 5
tpm ditangan kanan, terpasang DC, CRT
>2detik
D: KU: Lemah
GCS : E4V5M6
E: Mukosa bibir Lembab
Turgor kulit elastis
Kekuatan otot
Assesment nyeri 2, Assesment resiko jatuh 9
Balance Cairan = (-2320)
U/O = (1,94)
A : masalah penurunan curah jantung teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. observasi KU dan TTV
2. berikan oksigen nasal kanul 3Lpm untuk
mempertahankan saturasi oksigen >94%
3. berikan therapi sesuai advice dokter
4. Monitor intake dan output
Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan badan terasa lemah, pasien ika
efektif (D.0005) mengatakan sesak berkurang
berhubungan O : akral teraba hangat, CRT >2 detik, kulit
dengan dispneu tampak pucat, mulkosa bibir kering
TD : 90/50x/mnt
HR : 88 x/mnt
RR : 22 x/mnt
SB :37,6
Spo2 : 97% (O2 nasal 3Lpm)
A : masalah pola nafas tidak efektif teratasi
37
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor pola nafas (frekuensi
kedalaman usaha nafas)
2. memberikan obat sesuai advice dokter
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Gagal
Jantung Kongestif (CHF) diruang HCU, yang telah dilakukan asuhan keperawatan dari
tanggal 9-11 September 2022. Penulis membagi dalam 5 proses keperawatan yaitu meliputi:
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
1. Pengkajian
a. Data subjektif
Data subjektif pada tinjauan kasus Gagal Jantung Kongestif (CHF) dengan
Penurunan curah jantung dari pengkajian pasien di dapatkan pasien terdiagnosa CHF.
Pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 9-11 September dengan wawancara,
observasi langsung, dan pemeriksaan fisik. pasien mengatakan sesak saat beraktifitas,
bengkak pada kaki.
Gagal jantung kongestif adalah kondisi dimana otot jantung tidak memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan jaringan lain, ketika salah
satu atau dua bagian jantung tidak memompa darah keluar, darah akan mnumpuk pada
jantung atau menyumbat di organ atau jaringan akibatnya daah menumpuk di sistem
peredaran darah. Sedangkan tanda dan gejalanya sesak nafas saat beraktivitas, sesak
nafas saat tidur terlentang, mual, kehilangan nafsu makan, bengkak pada pergelangan
kaki.
Dari data subjektif dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki gejala yang
sama yaitu sesak saat beraktivitas dan bengkak pada kedua kaki.
b. Data objektif
Data objektif yang ditemukan penulis dari pemeriksaan fisik, dari klien tersebut
tanda-tanda vital dari pasien yaitu keadaan umum lemah, GCS : E 4 M 5 V 6,
Kesadaran composmentis, TD : 157/93 mmHg, HR : 87 x/mnt, SB : 36ºC, RR : 36
x/mnt, Spo2 : 100%. Dari data objektif dapat disimpulkan bahwa, penderita CHF
salah satu faktor penyebabnya yaitu hipertensi.
c. Pemeriksaan Diagnostic
Hasil pemeriksaan diagnostik pada pasien yaitu pemeriksaan RO THORAK dan
ECHO. hasilnya: RO thorak hasil cardiomegali dengan edema pulmo dan
Echocardiograaphy: EF 30%.
38
39
Dari data diatas dampat disimpulkan penyakit CHF harus terdiagnosa dengan
pemeriksaan penunjang dan juga pemeriksaan laboratorium selain untuk menunjang
diagnosa pemeriksan diatas juga untuk mmemberikan obat obatan yang sesuai.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pasa pasien CHF Peurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan preload jantung dibuktikan dengan adanya Edema, Pola
nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu dibuktikan dengan pengunaan otot
bantu nafas, pola nafas abnormal, Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis dibuktikan dengan sulit tidur, tampak meringis, gelisah, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah
yang dihadapi. Diagnosa tersebut di dapatkan dari hasil analisa data yang didapatkan dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang diberikan pada Ny. S dengan diagnosa
keperawatan Peurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload jantung
yaitu Monitor vital sign pasien, Monitor intake dan output, Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi >94%, Anjurkan beraktivitas fisik secaa bertahap, Kolaborasi
dengan dokter pemberian anti aritmia, bila perlu. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan dispneu, yaitu Monitor pola nafas (frekuensi kedalaman usaha nafas), Posisikan
semi fowler, Anjurkan batasi asupan cairan, Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
bila perlu. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, intervensi
Identivikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, skala nyeri,
Kontrol lingkungn yang memperberat nyeri, fasilitasi istirahat dan tidur, Ajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, Kolaborsi pemberian analgetik jka perlu. Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi yaitu, Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan,
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
Menurut penulis rencana tindakan yang tepat akan mempermudah kesembuhan.
Tetapi jika salah atau keliru dalam menentukan rencana tindakan akan sulit
disembuhkan. Kolaborasi dengan ahli medis lainnya juga dapat menunjang proses
penyembuhan.
40
4. Implementasi Keperawatan
Pada pasien dengan ke empat diagnosa tersebut terdapat banyak intervensi
keperawatan yang ada pada teori. Namun pada implementasi keperawatan hanya 13
masing masing intervensi yang dilakukan pada pasien yaitu Monitor KU + TTV,
memberikan O2 nasal, anjurkan membatasi aktivitas fisik, monitor intake output,
monitor pola nafas, memposisikan semi fowler, anjurkan batasi cairan, Identifikasi
kualitas nyeri dan skala nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri Ajarkan teknik non
farmakologis (tekhnik relaksasi nafas dalam), identifikasi skala nyeri , Beri Lingkungan
yang nyaman, jelaskan strategi meredakan nyeri, obs lokasi, frekuensi, intensitas,
durasi, kualitas nyeri, menjadwalkan pendidikan kesehatan, menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan dengan menggunakan lembar balik dan leaflet, Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat, adapun terapi yang lain yaitu Inf RL/Nacl 5tpm,
Sp. Furosemid 3mg/jam, Sp. NTG 1,8 cc/jam, Inj furosemid 20mg/24 jam, P.o uperio
100mg (1/2-0-1/2), P.o spironlacton 100mg/24jam, P.o bisoprolol 2,5mg/24 jam.
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien sesuai
intervensi keperawatan yang telah ditetapkan, sehingga kebutuhan pasien terpenuhi.
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) selama tahap implementasi perawat
melaksanakan rencana asuhan keperawatan. Intruksi keperawatan diimplementasikan
untuk membantu pasien secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
5. Evaluasi keperawatan
Berdasarkan evaluasi yang penulis lakukan, maka respon yang diperoleh dari Ny.
S pada hari ketiga adalah pasien mengatakan sesek berkurang, nyeri berkurang, bengkak
berkurang. Pada tanggal 10 September 2022 pasien di pindahkan ke bangsal marwah dan
Pada tanggal 9 September 2022 pukul 14.00 wib pasien di izin kan pulang atas
persetujuan dokter.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Setelah melakukan tindakan keperawatan Pasien yang mengalami Gagal Jantung
Kongestif (CHF) pada Ny. S dengan Keempat masalah diagnosa keperawatan diruang
HCU RSI PKU Muhammadiyah Kabupaten Tegal, maka pada bab ini dapat mengambil
kesimpulan dan saran yang dibuat berdasarkan laporan kasus adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian pada pasien yang mengalami CHF pada Ny. S didapatkan data subjektif
pasien mengatakan sesek, nyeri ulu hati dan terkadang dada terasa cekit-cekit, lemas,
bengkak pada pergelangan kaki.
2. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan data subjektif dan objektif, maka diambil 3
diagnosa sesuai prioritas yaitu Peurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan preload jantung. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu,
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, Defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
3. Intervensi keperawatan pada Ny. S dengan Ketiga masalah keperawatan yaitu
Monitor KU + TTV, monitor intake dan output, anjurkan batasi caran, berikan posisi
semi fowler, ajarkan relaksasi nafas dalam, identifikasi adanya nyeri, libatkan keluarga
dalam perawatan, jelaskan strategi meredakan nyeri, Fasilitasi istirahat dan tidur, dan
kolaborasi dalam pemberian oat obatan jika perlu. Intervensi diambil dari Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Jilid 2 2018.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pelaksana untuk yaitu : memonitor TTV
dan KU, memposisikan semi fowler, mengkaji skala nyeri, monitor intake dan output,
Mengajarkan relaksasi nafas dalam, Mengubah posisi pasien, memberikan terapi
sesuai advis.
5. Evaluasi perkembangan pasien setelah dilakukan ajarkan relasksasi nafas dalam untuk
menguragi rasa nyeri didapatkan Evaluasi keberhasilan penerapan pada pemberian
relaksasi nafas dalam. memberikan posisi semi fowler dan pemberian oksigen pada
klien tersebut menunjukkan bahwa keadannya semakin membaik hal tersebut
dikarenakan klien tersebut mematuhi intruksi dari penulis.
41
42
B. Saran
1. Bagi pasien
Diharapkan pasien mampu mengetahui upaya untuk mengurangi gejal ayang
di dapatkan karana aanya gejala dari penyakit CHF, dengan cara batasi aktivitas,
batasi cairan yang masuk, aktivitas sesai kemampuan, olahraga yang ringan dan
diharapkan dapat menerapkannya secara mandiri, dan mempertahankan kesehatan
baik bagi diri senidir, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
2. Bagi perawat
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CHF
dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan diharapkan tanpa membedakan
status ekonomi, edukasi dengan baik ke pasien tentang penyakit, dan diit nutrisi yang
tepat.
3. Bagi rumah sakit
Diharapkan untuk memperbanyak sumber atau referensi yang berkaitan
dengan asuhan keperawatan pasien yang mengalami CHF dengan mengangkat
diagnosa keperawatan selain penurunan curah jantung, pola nafas tidak efektif, nyeri
akut dan kurang terpapar informasi, guna memperluas wawasan keilmuan bagi
peneliti dan siapapun yang berniat memperdalam topik ini.
43
DAFTAR PUSTAKA
Majid,A.(2010). Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap
Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit
Yogyakarta Tahun 2010. Tesis FKIK UI. Tidak dipublikasikan. Depok : Universitas
Indonesia
Manurung, D.(2015). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.Edisi VI. Jakarta : Interna Publishing
Smeltzer, SC., Bare, B.G., Hinkle, J.L., & Cheever, K.H. (2010). Brunner and Suddart’s text
book of medical surgical nursing. (11th ed.). Jakarta : EGC
Bachrudin, & Najib, M. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. In Modul Bahan Ajar Cetak
Keperawatan.
LAMPIRAN
Hasil Echo
Hasil EKG
45
Hasil RO thorax