DEFINISI
Laparatomi merupakan jenis operasi bedah mayor yang dilakukan
didaerah abdomen. Sayatan pada operasi laparatomi menimbulkan luka
yang besar dan dalam sehingga membutuhkan waktu yang lama dan
perawatan berkelanjutan. Luka pasca operasi laparatomi sembuh sampai
dengan hari ke 10 sampai 14 (Ningrum, 2017).
Laparatomi juga biasanya dilakukan pada wanita dengan
perdarahan intra peritoneal ekstensif, keadaan hemodinamik yang tidak
stabil maupun adanya gambaran buruk saat dilakukan laparaskopi (Dewi,
2017).
B. ETIOLOGI
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of the
intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding
C. PATOFISIOLOGI
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung
dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri,
amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam
usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri
abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
kehamilan ektopik.
Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami
gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa
penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga
ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup
banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama
saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis,
pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari
kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur
kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal,
timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri
pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda,
seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek,
yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang
mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek.
Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba
dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh
dalam keadaan syok. Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi
kematian janin.
Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik.
Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian
janin terjadi sebelum haid berikutnya.
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien
dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah
terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu, pembedahan
harus dilakukan secepat mungkin. Pada dasarnya ada 2 macam
pembedahan untuk menterminasi kehamilan tuba, yaitu pembedahan
konservatif, di mana integritas tuba dipertahankan, dan pembedahan
radikal, di mana salpingektomi dilakukan. Pembedahan konservatif
mencakup 2 teknik yang kita kenal sebagai salpingostomi dan
salpingotomi. Selain itu, macam-macam pembedahan tersebut di atas
dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi. Namun bila
pasien jatuh ke dalam syok atau tidak stabil, maka tidak ada tempat bagi
pembedahan per laparoskopi.
D. PATHWAY
Tindakan Infasif
LAPARATOMI
Post Laparatomi
1. Nyeri tekan.
2. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
3. Kelemahan.
4. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
5. Konstipasi.
6. Mual dan muntah, anoreksia.
F. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian obat-obatan analgetik
Pemberian obat-obatan analgetik diaharapkan dapat meringankan
nyeri yang dirasakan pasien
2. Managemen nyeri non-farmakologis
Selain pemberian obat-obatan analgetik perawat dapat
mengajarkan pasien beberapa tehnik yang dapat meringankan
tingkat nyeri, seperti distraksi dan tehnik nafas dalam
3. Perawatan luka post op
Luka post op laparatomi harus dijaga kebersihannya agar tidak
terjadi infeksi.
G. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan
secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data
menganalisis data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah
memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah
memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai keadaan
pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan
keperawatan.
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit psikososial.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan adalah nyeri pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan
yang telah diambil sebelum akhirnya klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara
medis.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien
dirawat di rumah sakit
3) Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita
hipertensi,diabetes melitus,atau adanya riwayat stroke
dari generasi terdahulu.
4) Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga status emosional
meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam
pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan
ibadah sehari-hari.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma
atau riwayat operasi.
b. Mata
Periksa apakah konjungtiva anemis atau ananemis, sklera
ikterik atau anikterik, reflek pupil insokor atau anisokor
c. Hidung
Periksa aoakah ada pernafasa cuping atau tidak.
d. Dada
Inspeksi :kesimetrisan bentuk, dan
kembang kempih dada.
Palpasi :ada tidaknya nyeri tekan
dan massa.
Perkusi :mendengar bunyi hasil
perkusi.
Auskultasi :mengetahui suara nafas,
cepat dan dalam.
e. Abdomen
Inspeksi : bentuk, ada tidaknya
pembesaran.
Auskultasi : mendengar bising usus.
Perkusi : mendengar bunyi hasil
perkusi.
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan
pasca operasi.
f. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut
Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan
pada sendi.
Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa
melawan grafitasi.
Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat
melawan tekanan pemeriksaan.
Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.
Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.
2. Analisa data
Tampak meringis
Terputusnya diskontuinitas jaringan
Bersikap protektif
Merangsang pengeluaran
Frek nadi meningkat
Histamin dan prostaglandin
TD meningkat
Pola nafas berubah Nyeri Akut
2. DS : LAPARATOMI Hypovolemia
Merasa lemas
Mengeluh haus Post Laparatomi
DO :
Terputusnya diskontuinitas jaringan
Frekuensi nadi meningkat
Kehilangan cairan
Perdarahan
Nadi terasa lemah
Hipovolemia
berlebih
Tekanan darah menurun
Tekanan nadi menyempit
Turgor kulit menurun
Membrane mukosa kering
Pengisian vena menurun
Suhu tubuh meningkat
3. DS : - Gangguan integritas
LAPARATOMI
DO : kulit/jaringan
Kerusakan jaringan dan/atau Post Laparatomi
kulit
Nyeri Terputusnya diskontuinitas jaringan
Perdarahab
Gangguan Integritas
Kemerahan kulit/jaringan
Hematoma
4. DS : - Resiko Infeksi
LAPARATOMI
DO :
Kemerahan diarea luka Post Laparatomi
Resiko Infeksi
3. Diagnose Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan luka post op laparatomi
2) Hypovolemia berhubungan dengan perdarahan post op
3) Gangguan integritas kulit dan/jaringan berhubungan dengan
luka insisi post op laparatomi
4) Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi post op
4. Rencana Keperawatan