Dosen Pembimbing
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh
Firsta Nanda Haciki Rasmia (P27820119016)
Fisca Aza Nisa’ul Khasanah (P27820119017)
Genvilla Dikytami Putri Alkarana (P27820119018)
Indah Rahmawati (P27820119019)
Tingkat II Reguler A
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, kritik , serta saran yang
membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi mahasiswa keperawatan sebagai referensi literatur.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. Pemeriksaan....................................................................................9
1. GGT (Gamma Glutamyl Transferase)......................................9
1. Definisi...............................................................................9
2. Tujuan Pemeriksaan............................................................10
3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan........................................10
4. Prosedur Pemeriksaan.........................................................11
5. Persiapan Sesudah Pemeriksaan.........................................12
6. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal.........................12
7. Edukasi...............................................................................14
ii
8. Nursing Responbility..........................................................15
BAB IV PENUTUP.........................................................................................17
1. Kesimpulan ....................................................................................17
2. Saran...............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18
iii
BAB I
1
2
memiliki warna urin gelap seperti teh, diare, dan feses berwarna
tanah liat.
4. Pola Sirkulasi
Pada umunya pasien mengalami bradikardi akibat hiperbilirubin
berat, akterik pada sklera, kulit dan membran mukosa
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada umumnya klien akan mengalami kelelahan , kelemahan,
malaise
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena nyeri dan rasa cemas.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang
karena suasananya yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
7. Pola Hubungan dan Peran
Pada umunya pasien mengalami perubahan peran dalam
kehidupan sehari – hari. Contohnya karena sakit pasien tidak lagi
bisa mengurus anak dan suaminya.
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
9. Pola Sensori dan Kognitif
Pada umunya pasien hepatoma cenderung peka terhadap
rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
10. Pola Reproduksi Seksual
Pada umunya kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan
seks akan terganggu untuk sementara waktu karena kondisi
fisiknya masih lemah.
11. Pola Koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada
4
5. Telinga
Bentuk daun telingan simetris, tidak ada tanda – tanda iritasi
seperti kemerahan, bengkak, dan luka serta tidak ada serumen,
tidak ada nyeri tekan.
6. Hidung
Bentuk hidung simetris, kedudukan lubang hidung juga simetris,
tidak ada polip, sinus, pembengkakan serta lesi di pada rongga
hidung. Tidak ada sumbatan pada rongga hidung, mukosa
hidung lembab, tidak ada sekret.
7. Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir tampak kering, gigi tidak
menunjukkan adanya karies, warna gusi merah muda, warna
lidah putih kemerahan.
8. Dada
Inspeksi :Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris,
pola napas reguler.
Palpasi :Tidak ada pembesaran paru, pergerakan dada
simetris, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan
9. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat distensi abdomen
Palpasi : Palpasi perut lemas, hepar 3 cm di bawah arcus
costae, konsistensi kenyal, nyeri tekan di daerah kuadran kanan
atas dan epigastrium.
Perkusi : Nyeri ketuk pada kuadran kanan atas
Auskultasi : Pada umunya bising usus normal
10. Ekstremitas
Mengalami kelemahan
11. Kulit
Pada umunya warna kulit pasien hepatoma berubah menjadi
kuning
6
2.1. Pemeriksaan
2.1.1. GGT (Gamma Glutamyl Transferase)
1. Definisi
Tes gamma GT (glutamyl transferase) adalah
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengukur
kadar enzim gamma-glutamyl transferase (GGT) dalam
darah seseorang. Enzim ini berfungsi membantu organ hati
untuk membersihkan zat beracun dari dalam tubuh dan
ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam
jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat
dan otot jantung.
Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk
mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.
Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar
meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum
akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama
kerusakan sel tetap berlangsung. Kadar GGT ini akan
meningkat bila terjadi kerusakan di bagian hati atau saluran
empedu.
Pemeriksaan enzim GGT dapat membantu
mengevaluasi fungsi hati pasien. Namun tes ini tidaklah
spesifik untuk membedakan penyebab berbagai penyakit hati,
karena kadar enzim GGT juga dapat meningkat apabila
seseorang mengalami sumbatan pembuluh darah koroner
jantung. Oleh karena itu, tes gamma GT tidaklah dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin.
9
10
2. Tujuan Pemeriksaan
Tes ini lebih bertujuan untuk menentukan penyebab
tingginya kadar enzim alkaline phosphatase (ALP) pada
pasien. Enzim GGT dan ALP dapat meningkat ketika terjadi
gangguan fungsi hati, tapi hanya kadar ALP yang bertambah
pada orang yang mengalami gangguan jaringan tulang. Jadi
tes GGT dapat membantu untuk membedakan apakah
penyebab naiknya ALP berhubungan dengan masalah hati
atau gangguan tulang.
3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
a. Meminta pasien berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam,
kadar enzim GGT cenderung menurun setelah seseorang
makan.
b. Pasien diminta untuk berhenti mengonsumsi alkohol dan
obat-obatan tertentu sebelum menjalani tes gamma GT
c. Hindari obat atau zat yang memengaruhi kadar GGT,
seperti aminophenazone, dsb.
d. Tidak ada perubahan pola makan selama 2 minggu
sebelum pemeriksaan
2. Persiapan Alat, Bahan dan Reagent
3. Persiapan Sampel
a. Serum
Serum merupakan bagian dari darah tanpa
protrombin, faktor VIII, faktor V dan fibrinogen, serum
diperoleh dengan cara darah dimasukkan ke tabung dan
dibiarkan selama 15 menit maka darah akan membeku
11
EVALUASI
Anak - Anak :
Berdasarkan nilai normal Gamma GT. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker hati yang berasal dari sel hati merupakan kanker nomor lima
yang paling sering terjadi di Indonesia. Penyebab pasti kanker ini belum
diketahui, tetapi paling banyak dijumpai pada penderita sirosis hati
(pengerasan hati), hepatitis virus B aktif, hepatitis virus B carrier, dan
hepatitis virus C, sehingga mereka dimasukkan dalam kelompok berisiko
tinggi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan fungsi
hati atau ada atau tidaknya penyakit pada organ hati adalah GGT (gamma
glutamyl transferase). Tes ini lebih bertujuan untuk menentukan penyebab
tingginya kadar enzim alkaline phosphatase (ALP) pada pasien. Enzim GGT
dan ALP dapat meningkat ketika terjadi gangguan fungsi hati, tapi hanya
kadar ALP yang bertambah pada orang yang mengalami gangguan jaringan
tulang. Jadi tes GGT dapat membantu untuk membedakan apakah penyebab
naiknya ALP berhubungan dengan masalah hati atau gangguan tulang.
4.2. Saran
1. Bagi institusi dan pelayanan kesehatan rumah sakit diharapkan dapat
mempertahankan pelayanan yang baik yang sudah diberikan kepada
pasien untuk mendukung kesehatan dan kesembuhan pasien dengan
memberi pelayanan yang maksimal pada pasien hepatoma.
2. Diharapkan kerja sama dari keluarga untuk memberikan motivasi untuk
kesembuhan pasien.
3. Diharapkan bagi institusi pendidikan menyediakan fasilitas berupa
sumber buku – buku terbaru.
4. Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif lagi dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah kesehatan
hepatoma.
17
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol.2.
Jakarta, EGC
Rasyid, Abdul. 2006. Kanker Hati Hepato Seluler (Hepatoma), dilihat tanggal 4
November 2020,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15615/mkn-
jun2006%20(6).pdf?sequence=1 (Disarikan dari berbagai sumber)
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI
19