Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEPATOMA (HCC) DENGAN

PEMERIKSAAN GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE

Dosen Pembimbing
Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh
Firsta Nanda Haciki Rasmia (P27820119016)
Fisca Aza Nisa’ul Khasanah (P27820119017)
Genvilla Dikytami Putri Alkarana (P27820119018)
Indah Rahmawati (P27820119019)

Tingkat II Reguler A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Studi Diagnostik
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Hepatoma (Hcc) Dengan
Pemeriksaan Gamma Glutamyl Transferase

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, kritik , serta saran yang
membangun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi mahasiswa keperawatan sebagai referensi literatur.

Surabaya, 4 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I ASKEP TEORI HEPATOMA ..........................................................1

1.1. Pengkajian ..............................................................................................1


1.1.1. Biodata..........................................................................................1
1.1.2. Riwayat Kesehatan.......................................................................1
1.1.2.1. Keluhan Utama...........................................................1
1.1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang........................................1
1.1.2.3. Riwayat Kesehatan Lalu.............................................1
1.1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga.......................................................1
1.1.3.1. Penyakit yang Pernah Diderita oleh Keluarga............1
1.1.3.2. Pengkajian Keluarga...................................................2
1.1.4. Pola Aktivitas Sehari – Hari.........................................................2
1.1.5. Pemeriksaan Fisik.........................................................................4
1.1.6. Test Diagnostik.............................................................................6
1.2. Diagnosa Keperawatan............................................................................6
1.3. Intervensi Keperawatan...........................................................................6
1.4. Implementasi Keperawatan.....................................................................8
1.5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................9

1. Pemeriksaan....................................................................................9
1. GGT (Gamma Glutamyl Transferase)......................................9
1. Definisi...............................................................................9
2. Tujuan Pemeriksaan............................................................10
3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan........................................10
4. Prosedur Pemeriksaan.........................................................11
5. Persiapan Sesudah Pemeriksaan.........................................12
6. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal.........................12
7. Edukasi...............................................................................14

ii
8. Nursing Responbility..........................................................15

BAB III EVALUASI.......................................................................................16

1.1. Nilai Normal............................................................................................16

BAB IV PENUTUP.........................................................................................17

1. Kesimpulan ....................................................................................17
2. Saran...............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

ASKEP TEORI HEPATOMA

1.1. Pengkajian Keperawatan


1.1.1. Biodata
Informasi identitas meliputi nama, umur, alamat, jenis
kelamin, agama, alamat, tanggal pengkajian, suku bangsa,
pendidikan, tanggal masuk Rumah Sakit, serta data diri penanggung
jawab misalnya ayah atau ibu dengan data yang sama.
1.1.2. Riwayat Kesehatan
1.1.2.1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Pada umumnya pasien hepatoma mengeluh ikterus, pruritus,
perdarahan pada gastrointestinal, kaheksia, asites, nyeri
abdomen kanan atas.
1.1.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian anamnesis yang didapatkan hampir sama
dengan pasien sirosis hepatis, keluhan gangguan
gastrointestinal didapatkan pada hampir semua pasien
hepatoma, seperti mual, muntah, dan anoreksia. Keluhan ini
akan bertambah parah apabila pasien mendapat intervensi
kemoterapi dan radiasi.
1.1.2.3. Riwayat Kesehatan Lalu
Tanyakan kepada pasien apakah pernah menderita penyakit
sirosis hepatis, hepatitis atau penyakit hati lainnya, riwayat
penggunaan alkohol.
1.1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
1.1.3.1. Penyakit yang Pernah Diderita oleh Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit – penyakit yang dapat menjadi factor penyebab
penyakit hepatoma

1
2

1.1.3.2. Pengkajian Keluarga


1. Pengetahuan Keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien apakah mengetahui ap
aitu hepatoma, cara merawat anggota keluarga dengan
penyakit hepatoma dan bagaimana memanajemen rasa
sakit.
2. Psikologi Keluarga
Kaji keadaan psikologis keluarga pasien, pada umunya
keluarga pasien mengalami peningkatan kecemasan,
pada kondisi terminal keluarga pasien membutuhkan
dukungan perawat dan ahli spiritual sesuai dengan
keyakinan pasien.
1.1.4. Pola Aktivitas Sehari – Hari
1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi
terkadang juga memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan
merokok, minum alkohol dan penggunaan obat-obatan bisa
menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.
2. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan kebiasaan makan dan
minum sebelum dan selama MRS. Pasien dengan hepatoma
umumnya mengalami penurunan berat badan, tidak nafsu makan
karena mual dan muntah.
3. Pola Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi. Pada umunya pasien
3

memiliki warna urin gelap seperti teh, diare, dan feses berwarna
tanah liat.
4. Pola Sirkulasi
Pada umunya pasien mengalami bradikardi akibat hiperbilirubin
berat, akterik pada sklera, kulit dan membran mukosa
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Pada umumnya klien akan mengalami kelelahan , kelemahan,
malaise
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pasien menjadi sulit tidur karena nyeri dan rasa cemas.
Hospitalisasi juga dapat membuat pasien merasa tidak tenang
karena suasananya yang berbeda dengan lingkungan di rumah.
7. Pola Hubungan dan Peran
Pada umunya pasien mengalami perubahan peran dalam
kehidupan sehari – hari. Contohnya karena sakit pasien tidak lagi
bisa mengurus anak dan suaminya.
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang
tadinya sehat, tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam,
pasien mungkin akan beranggapan bahwa penyakitnya adalah
penyakit berbahaya dan mematikan. Dalam hal ini pasien
mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
9. Pola Sensori dan Kognitif
Pada umunya pasien hepatoma cenderung peka terhadap
rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
10. Pola Reproduksi Seksual
Pada umunya kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan
seks akan terganggu untuk sementara waktu karena kondisi
fisiknya masih lemah.
11. Pola Koping
Pasien bisa mengalami stress karena belum mengetahui proses
penyakitnya. Mungkin pasien akan banyak bertanya pada
4

perawat dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin


dianggap lebih tahu mengenai penyakitnya.
12. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Kehidupan beragama dan rutinitas ibadah pasien dapat
terganggu karena proses penyakit.
1.1.5. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum dan Kesadaran
Keadaan umum tampak lemas, dengan kesadaran
composmentris di tandai dengan GCS 4-5-6.
2. Tanda – Tanda Vital
Pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi:
a. Suhu Tubuh
Mengalami peningkatan jika diare disertai dehidrasi 37 ,6 oC
- 38 oC
b. RR (Respiratory Rate)
Frekuensi pernapasan cepat, namun tidak sesak, RR berkisar
23 – 25x / menit dengan pola napas takipnea.
c. Saturasi Oksigen
Tidak ada gangguan pada saturasi, berkisar antara 96 – 99 %.
d. Tekanan Darah
Tekanan darah normal, namun dapat mengalami peningkatan
atau penurunan jika klien merasa stress atau bersedih.
3. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan
pada kepala, tidak ada nyeri tekan pada kepala.
4. Mata
Bentuk mata simetris, kedudukan bola mata simetris, tidak ada
pembengkakan maupun luka dengan sklera berwarna
kekuningan dan konjuntiva anemis, dan mata agak atau cekung
sebagai tanda dehidrasi.
5

5. Telinga
Bentuk daun telingan simetris, tidak ada tanda – tanda iritasi
seperti kemerahan, bengkak, dan luka serta tidak ada serumen,
tidak ada nyeri tekan.
6. Hidung
Bentuk hidung simetris, kedudukan lubang hidung juga simetris,
tidak ada polip, sinus, pembengkakan serta lesi di pada rongga
hidung. Tidak ada sumbatan pada rongga hidung, mukosa
hidung lembab, tidak ada sekret.
7. Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir tampak kering, gigi tidak
menunjukkan adanya karies, warna gusi merah muda, warna
lidah putih kemerahan.
8. Dada
Inspeksi :Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris,
pola napas reguler.
Palpasi :Tidak ada pembesaran paru, pergerakan dada
simetris, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan
9. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, terdapat distensi abdomen
Palpasi : Palpasi perut lemas, hepar 3 cm di bawah arcus
costae, konsistensi kenyal, nyeri tekan di daerah kuadran kanan
atas dan epigastrium.
Perkusi : Nyeri ketuk pada kuadran kanan atas
Auskultasi : Pada umunya bising usus normal
10. Ekstremitas
Mengalami kelemahan
11. Kulit
Pada umunya warna kulit pasien hepatoma berubah menjadi
kuning
6

1.1.6. Test Diagnostik


Pada pasien dengan penyakit hepatoma dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium GGT (Gamma Glutamyl Transferase). Hasil dari
pemeriksaan GGT pada pasien dengan hepatoma adalah sebagai
berikut:
1.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
1. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d. cepat
kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, membrane mukosa pucat, diare.
1.3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa defisit
nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d. cepat kenyang
setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, membrane mukosa pucat, diare yaitu:
1. Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d. cepat
kenyang setelah makan, nyeri abdomen, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, membrane mukosa pucat, diare
Tujuan : Diharapkan klien mampu mempertahankan asupan
nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Luaran Utama : Status Nutrisi
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 24
jam, maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil:
a. Porsi makanan yang dihabiskan 5
b. Perasaan cepan kenyang 5
c. Nyeri abdomen 5
d. Diare 5
e. Berat badan IMT 5
f. Nafsu makan 5
g. Membran mukosa 5
7

Intervensi Utama : Manajemen Nutrisi


Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
3. Berikan suplemen makanan, jika perlu.
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

Intervensi Pendukung : Pemberian obat intravena


Observasi
1. Identifikasi kemungkinan alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat
2. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
3. Periksa tanggal kedaluwarsa obat
4. Monitor efek terapeutik obat
Terapeutik
1. Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute,
dokumnetasi)
2. Pastikan ketepatan dan kepatenan kateter IV
3. Campurkan obat ke dalam kantung, botol, atau buret sesuai kebutuhan
4. Berikan obat IV sesuai dengan kecepatan yang tepat
5. Tempelkan label keterangan nama obat dan dosis pada wadah cairan
IV
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan
efek samping sebelum pemberian
8

1.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan. Terdapat
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi gejala hepatoma
sehingga intervensi keperawatan tersebut dapat membantu dalam
menegakkan intervensi keperawatan lainnya dalam diagnosis keperawatan
yang berbeda. Seperti halnya diatas adalah intervensi keperawatan
manajemen nutrisi dengan tindakan monitor hasil pemeriksaan
laboratorium. Dalam hal ini, hasil pemeriksaan laboratorium dapat
menegakkan dan mendukung intervensi keperawatan.
1.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi dilakukan sesuai
rencana keperawatan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan menilai
kemampuan pasien dalam mengatasi diagnosis keperawatan, sesuai dengan
kriteria hasil intervensi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan
2.1.1. GGT (Gamma Glutamyl Transferase)
1. Definisi
Tes gamma GT (glutamyl transferase) adalah
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mengukur
kadar enzim gamma-glutamyl transferase (GGT) dalam
darah seseorang. Enzim ini berfungsi membantu organ hati
untuk membersihkan zat beracun dari dalam tubuh dan
ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam
jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat
dan otot jantung.
Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk
mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.
Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar
meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum
akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama
kerusakan sel tetap berlangsung. Kadar GGT ini akan
meningkat bila terjadi kerusakan di bagian hati atau saluran
empedu.
Pemeriksaan enzim GGT dapat membantu
mengevaluasi fungsi hati pasien. Namun tes ini tidaklah
spesifik untuk membedakan penyebab berbagai penyakit hati,
karena kadar enzim GGT juga dapat meningkat apabila
seseorang mengalami sumbatan pembuluh darah koroner
jantung. Oleh karena itu, tes gamma GT tidaklah dianjurkan
sebagai pemeriksaan rutin.

9
10

2. Tujuan Pemeriksaan
Tes ini lebih bertujuan untuk menentukan penyebab
tingginya kadar enzim alkaline phosphatase (ALP) pada
pasien. Enzim GGT dan ALP dapat meningkat ketika terjadi
gangguan fungsi hati, tapi hanya kadar ALP yang bertambah
pada orang yang mengalami gangguan jaringan tulang. Jadi
tes GGT dapat membantu untuk membedakan apakah
penyebab naiknya ALP berhubungan dengan masalah hati
atau gangguan tulang.
3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
a. Meminta pasien berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam,
kadar enzim GGT cenderung menurun setelah seseorang
makan.
b. Pasien diminta untuk berhenti mengonsumsi alkohol dan
obat-obatan tertentu sebelum menjalani tes gamma GT
c. Hindari obat atau zat yang memengaruhi kadar GGT,
seperti aminophenazone, dsb.
d. Tidak ada perubahan pola makan selama 2 minggu
sebelum pemeriksaan
2. Persiapan Alat, Bahan dan Reagent

Pipet ke dalam Blanko Standart Test


tabung
Monoreagent 1000 µl 1000 µl 1000 µl
Standarat - 100 µl -
Sampel Serum - - 100 µl

3. Persiapan Sampel
a. Serum
Serum merupakan bagian dari darah tanpa
protrombin, faktor VIII, faktor V dan fibrinogen, serum
diperoleh dengan cara darah dimasukkan ke tabung dan
dibiarkan selama 15 menit maka darah akan membeku
11

dan mengalami retraksi, akibatnya terperas cairan dari


dalam bekuan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan
3000 rpm selama 15 menit (Pearce, 2000).
b. Plasma
Plasma merupakan bagian dari darah yang
mengandung bahan-bahan (protrombin, faktor VIII,
faktor V dan fibrinogen) yang keluar dari jaringan.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tabung
berisi darah segar yang telah dibubuhi zat antikoaglasi,
plasma didapatkan dengan cara pemusingan 3000 rpm
selama 15 menit sehingga plasma terpisah dari sel darah
yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah
merah mengendap di dasar tabung, sel darah putih akan
berada diatasnya dan membentuk lapisan buffycoat,
plasma darah berada di atas lapisan tersebut. Plasma
darah masih mengandung fibrinogen (Dorlan, 2012)
4. Prosedur Pemeriksaan
Gamma GT bekerja dengan cara mengkatalisis
kelompok glutamil dari peptide ke akseptor (Burtis, dkk.,
2008). Prosedur Pemeriksaan GGT menggunakan metode
pemeriksaan spektrofotometri atau fotometri, dengan
menggunakan spektrofotometer / fotometer atau alat kimia
otomatis.
1. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau
plasma heparin.
2. Metode pemeriksaan yang dilakukan yaitu Fotometri
Kinetik (IFCC) dengan prinsip Gamma Glutamil
Transpeptidase mengkatalis perubahan glutamil moiety
dari γ-glutamil-3-carboxy-4- nitranilide (GCNA) menjadi
glisilglisin dengan melepaskan 5-amino-2- nitrobenzoat
dengan absorbansi 405 nm. Perubahan tersebut setara
dengan aktivitas gamma glutamyl transpeptidase.
12

Hasil analisis digunakan untuk mengevaluasi kondisi


organ hati pasien dengan mempertimbangkan juga gejala
yang muncul dan faktor risiko yang dimiliki.

2.1.1.5. Persiapan Sesudah Pemeriksaan


1. Pencatatan hasil
Hasil pemeriksaan harus dicatat dan disimpan untuk
dijadikan laporan.
2. Pelaporan hasil
Pencatatan laporan digunakan untuk mendiagnosa atau
mengetahui ada tidaknya kelainan di dalam tubuh pasien.
2.1.1.6. Faktor yang Mempengaruhi Nilai Normal
1. Hemolisis
Hemolisis adalah pecahnya membran sel eritrosit
disertai keluarnya zat-zat yang terkandung didalamnya,
misalnya enzim, elektrolit hemoglobin sehingga serum
atau plasma tampak kemerahan dan dapat menyebabkan
kesalahan dalam analisis (Kahar, 2017).
Sampel yang hemolisa diakibatkan oleh beberapa
faktor yaitu: alat yang tidak disposable, pemindahan
sampel tidak lewat dinding tabung dan pencampuran
darah yang kurang benar (Gaw, 2011).
Hemoglobin dapat menyebabkan hasil kadar gamma
glutamyl transpeptidase palsu lebih rendah, karena
sampel dengan kondisi hemolisis tidak bisa digunakan
untuk pemeriksaan (Backman, 2011).
2. Ikterik
Ikterik adalah suatu kondisi serum berwarna kuning
coklat. Perubahan warna dalam serum ini disebabkan
karena adanya hiperbilirubinemia (peningkatan kadar
bilirubin dalam darah) (WHO, 2002).
Serum ikterik dapat mempengaruhi pengukuran
pada panjang gelombang 400-500 nm akibat warna
13

kuning coklat dari spesimen, sehingga tidak mampu


dibaca oleh fotometer (WHO, 2002).
3. Lipemik
Serum lipemik adalah serum yang mengalami
kekeruhan disebabkan oleh peningkatan konsentrasi
lipoprotein dan dapat terlihat dengan mata. Kekeruhan
serum ini disebabkan oleh akumulasi partikel lipoprotein,
tidak semua jenis lipoprotein menyebabkan kekeruhan.
Partikel terbesar yaitu kilomikron dengan ukuran
70-1000 nm yang merupakan penyebab utama kekeruhan
serum (Nicolac, 2013). Lipemik merupakan peningkatan
kadar lemak darah untuk sementara. Serum lipemik yang
keruh, putih seperti susu dapat disebabkan karena adanya
kontaminasi bakteri makanan yang baru dikonsumsi,
terutama yang mengandung lemak (WHO, 2002).
4. Suhu dan Waktu
Suhu dan waktu paro (half life) gamma glutamyl
transpeptidase di dalam darah adalah kira-kira 3 hari.
Pemeriksaan yang menggunakan sampel serum dan
plasma harus selesai dalam waktu 8 jam, jika lebih harus
disimpan pada suhu +2°C hingga +8°C.
Pemeriksaan yang tidak selesai dalam waktu 48
jam, atau sampel akan disimpan di luar dalam waktu 48
jam, sampel harus dibekukan pada -15°C sampai -20°C.
Sampel yang beku harus dicairkan hanya sekali. Analit
kerusakan dapat terjadi pada sampel yang berulang beku
dan dicairkan (Backman, 2011).
5. Obat – obatan
Konsentrasi gamma glutamyl transpeptidase dalam
serum akan mengalami peningkatan produksi dan
pelepasan enzim ke sirkulasi (Backman, 2011). Obat-
obatan yang dapat menyebabkan kadar pemeriksaan
14

gamma glutamyl transpeptidase meningkat seperti,


fenobarbital, fenitoin, methaqualone, amylobarbitone,
dichloralpenazone, quinalbarbitone, dan nitrazepam
(Backman, 2011).
6. Alkoholisme
Karena alkohol Gamma GT meningkat paling tinggi
dibandingkan dengan enzim-enzim yang lain pada
penyakit hati karena alkohol. Individu yang mengonsumsi
alkohol dalam jumlah yang besar, akan terjadi kenaikan
kadar Gamma GT meskipun belum terjadi kerusakan 18
penyakit hati alkoholik. Peningkatan kadar Gamma GT
terjadi setelah 12-24 jam konsumsi alkohol (Kee,2008).
Peningkatan kadar Gamma GT juga dapat disebabkan
oleh penggunaan obat fenitoin, fenobarbital, warfarin dan
aminoglikosida. Pemakaian obat fenitoin dan barbiturate
dapat menyebabkan uji Gamma GT positif palsu (Kee,
2008)
2.1.1.7. Edukasi
1. Memperbaiki pola makan dengan mengonsumsi makanan
seperti sayuran, makanan yang mengandung protein
seperti ikan laut dan buah-buahan.
2. Mengonsumsi antioksidan dan suplemen (jika perlu).
3. Membiasakan mengonsumsi air putih minimal 2 liter
perhari dan menghindari mengonsumsi teh atau kopi.
4. Menambah porsi olah raga. Olah raga bisa membantu
meemperbaiki kadar GGT dalam tubuh.
5. Meminta pasien untuk mengurangi aktivitas yang terlalu
banyak dan melakukan istirahat yang cukup.
6. Mengelola stress dengan baik dan bijak.
7. Mengurangi makanan dengan jumlah lemak yang banyak
dan mengurangi makanan yang tinggi gula.
15

8. Meminta pasien untuk tidak meminum alcohol dan


menghindari minuman yang menimbulkan racun bagi
tubuh.
2.1.1.8. Nursing Responbility
Peran perawat dalam pemeriksaan GGT adalah untuk
membantu pengambilan sampel pada pasien seperti,
persiapan pasien, persiapan alat, dan dokumentasi. Setelah itu
ssampel akan dianalisis ke laboratorium.
BAB III

EVALUASI

3.1 Nilai Normal

Kategori Perempuan Laki-Laki

Dewasa <38 U/L <55 U/L

Anak - Anak :

1hari - 6 bulan 15 - 132 U/L 12 - 122 U/L

6 bulan - 1 tahun 1 - 39 U/L 1 - 39 U/L

1 - 12 tahun 4 - 22 U/L 3 - 22 U/L

13 - 18 tahun 3 - 42 U/L 2 - 24 U/L

Berdasarkan nilai normal Gamma GT. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:

1. Nilai normal dapat berdasarkan pada tes uji laboratorium


(tergantung metode yang digunakan).
2. Kelainan-kelainan akan menyebabkan peningkatan beberapa
parameter, tidak hanya parameter tunggal saja.
3. Perlu dilihat seberapa besar peningkatannya, setidaknya diperlukan
peningkatan GGT > 2-3 kali lipat nilai normalnya untuk dikatakan
bermakna.
4. Peningkatan sedikit (< 2-3 kali nilai normal), apalagi tidak disertai
gejala lain ataupun peningkatan papameter lain umumnya tidak
bermakna.

16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker hati yang berasal dari sel hati merupakan kanker nomor lima
yang paling sering terjadi di Indonesia. Penyebab pasti kanker ini belum
diketahui, tetapi paling banyak dijumpai pada penderita sirosis hati
(pengerasan hati), hepatitis virus B aktif, hepatitis virus B carrier, dan
hepatitis virus C, sehingga mereka dimasukkan dalam kelompok berisiko
tinggi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kelainan fungsi
hati atau ada atau tidaknya penyakit pada organ hati adalah GGT (gamma
glutamyl transferase). Tes ini lebih bertujuan untuk menentukan penyebab
tingginya kadar enzim alkaline phosphatase (ALP) pada pasien. Enzim GGT
dan ALP dapat meningkat ketika terjadi gangguan fungsi hati, tapi hanya
kadar ALP yang bertambah pada orang yang mengalami gangguan jaringan
tulang. Jadi tes GGT dapat membantu untuk membedakan apakah penyebab
naiknya ALP berhubungan dengan masalah hati atau gangguan tulang.
4.2. Saran
1. Bagi institusi dan pelayanan kesehatan rumah sakit diharapkan dapat
mempertahankan pelayanan yang baik yang sudah diberikan kepada
pasien untuk mendukung kesehatan dan kesembuhan pasien dengan
memberi pelayanan yang maksimal pada pasien hepatoma.
2. Diharapkan kerja sama dari keluarga untuk memberikan motivasi untuk
kesembuhan pasien.
3. Diharapkan bagi institusi pendidikan menyediakan fasilitas berupa
sumber buku – buku terbaru.
4. Diharapkan peneliti selanjutnya lebih aktif lagi dalam memberikan
asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan masalah kesehatan
hepatoma.

17
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Vol.2.
Jakarta, EGC
Rasyid, Abdul. 2006. Kanker Hati Hepato Seluler (Hepatoma), dilihat tanggal 4
November 2020,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/15615/mkn-
jun2006%20(6).pdf?sequence=1 (Disarikan dari berbagai sumber)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,
Jakarta, DPP PPNI

19

Anda mungkin juga menyukai