OLEH
ANDI NURUL FADILA
21.04.002
CI Lahan CI Institusi
( ) ( )
A. Latar Belakang
Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal
yang terjadi pada rongga mulut. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada
bagian anterior, posterior rongga mulut, dan tulang rahang.
Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak
(benigna). Tindakan bedah dibutuhkan untuk mengangkat tumor, agar
tumor tidak tumbuh lebih besar dan bermetastase ke tempat lain yang
dapat mengganggu kesehatan, estetis dan fungsi organ.
Tindakan pembedahan merupakan tindakan operasi yang dilakukan
untuk mengangkat jaringan tumor yang terdapat pada bagian rongga
mulut. Hasil dari pemotongan tumor berakibat kecacatan pada bagian
tersebut. Kecacatan hasil dari pemotongan berupa hilangnya bentuk
anatomis yang mengakibatkan terganggunya fungsi secara nyata dan
estetika.
Kejadian tumor palatum mencapai sekitar 2% dari keganasan
kepala dan leher. Sebagian besar dari tumor palatum adalah karsinoma sel
skuamos. Namun adapula non-skuamos sel karsinoma, meliputi tumor
pada kelenjar saliva, sarcoma, dan melanoma. Palatum merupakan atap
rongga mulut,memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan terdiri
atas palatum keras dan lunak (di bagian posteriornya)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
pada kondisi istirahat atau santai, palatum lunak bergerak ringan dari satu
sisi ke sisi lain tetapi ketika berbicara atau mengunyah palatum lunak
bergerak ke berbagai posisi dan menutup bagian depan dari nasal
pharynx.gerakan ini disebabkan oleh the levator veli palatine
muscle,yang mendorong palatum lunak naik dan ke belakang hingga dia
menyentuh dinding tenggorokan bagian belakang.
terdapat lima macam otot di palatum lunak, yakni Palatoglossal muscle,
Palatopharyngeal muscle, muscles of uvula, Levator Levi
Palatini,Tensor Veli Palatini.
B. DEFINISI
Ca rongga mulut adalah tumor ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai
daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan
sering asimtomatik pada tahap awal.
Kira-kira kanker rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang
terjadi pada kaum pria dan 2% pada kaum wanita (Lynch,1994). Telah
dilaporkan bahwa kanker rongga mulut merupakan kanker utama di India
khususnya di Kerala dimana insiden rata-rata dilaporkan paling tinggi,
sekitar 20% dari seluruh kanker (Balaram dan Meenattoor,1996).
Walaupun ada perkembangan dalam mendiagnosa dan terapi,
keabnormalan dan kematian yang diakibatkan kanker mulut masih tinggi
dan sudah lama merupakan masalah didunia. Beberapa alasan yang
dikemukakan untuk ini adalah terutama karena kurangnya deteksi r dan
metastase nodus limfe servikal (Lynch,1994; Balaram dan
Meenattoor,1996).
Hampir semua penderita kanker rongga mulut ditemukan dalam
stadium yang sudah lanjut, yang biasanya sudah terdapat selama berbulan-
bulan atau bahkan lebih lama (Lynch,1994). Akibatnya prognosa dari
kanker rongga mulut relatif buruk, suatu kenyataan yang menyedihkan
dimana seringkali prognosa ini diakibatkan oleh diagnosa dan perawatan
yang terlambat
C. ETIOLOGI
Seperti halnya tumor pada umumnya, etiologi tumor pada rongga mulut
tidak diketahui secara pasti dan bersifat multifaktorial.
Faktor-faktor resiko terjadinya tumor palatum antara lain.
1. Merokok
Merokok dan penggunaan tembakau seperti menginang berkaitan dengan
sekitar 75% kasus kanker mulut, disebabkan oleh iritasi mukosa mulut dari
rokok dan panas saat menghisap rokok atau cerutu. Tembakau mengandung
karsinogenik yang poten seperti nitrosamine (nicotine), polycyclic aromatic
hydrocarbons, nitrosodicthanolamine, nitrosoproline dan polonium.
2. Alkohol
Tiga dari empat orang yang menderita kanker mulut, termasuk tumor
palatum dan tenggorokan sering mengkonsumsi alkohol. Orang yang sering
minum alkohol memiliki resiko 6 kali lebih besar terjadinya kanker rongga
mulut. Sedangkan orang yang minum alkohol dan merokok memiliki resiko
yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya menggunakan
tembakau. Penggunaan alkohol dan tembakau mempunyai efek sinergistik.
Alkohol sebagai suatu zat yang memberikan iritasi, secara teori
menyebabkan terjadinya pembakaran terus-menerus dan meningkatkan
permeabilitas selaput lendir. Hal ini menyebabkan penyerapan zat
karsinogen yang ada di alkohol maupun tembakau.
3. Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)
Infeksi HPV, terutama tipe 16, merupakan faktor resiko dan faktor
penyebab kanker mulut (Gilsion dkk. Johns Hopkins). Kanker oral karena
virus ini cenderung pada tonsil dan peritonsil, dasar lidah dan orofaring.
4. Oral higiene yang jelek
Oral higiene yang jelek meningkatkan resiko terjadinya infeksi kronis yang
dapat menyebabkan transformasi sel epitel. Iritasi kronis dari tambalan
gigi, gigi yang tajam atau alat yang lain diduga dapat meningkatkan resiko.
5. Usia
Tumor palatum biasanya timbul pada usia > 40 tahun, kemungkinan
disebabkan karena menurunnya sistem imunitas karena bertambahnya usia,
akumulasi dari perubahan-perubahan genetik dan lamanya terpapar oleh
insisiator dan promotor keganasan (meliputi iritan kimia dan fisik, virus,
efek hormonal, penuaan sel dan penurunan imunitas.
6. Jenis kelamin
Kanker rongga mulut lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
wanita, dengan perbandingan 3:2 sampai 2:1.
D. PATOFISIOLOGI
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal
yang disebabkan oleh zat-zat karsinogenm tadi. zat karsinogen dari asap
rokok tersebut memicu terjadinya Karsinogenesis (transformasi sel normal
menjadi sel kanker). Karsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
• Tahap pertama merupakan Inisiaasi yatu kontak pertama sel normal
dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
• Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk
klon melalui pembelahan(poliferasi).
• tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
E. PATHWAY
Menekan rongga
mulut
Hambatan
Gangguan membukan atau
komunikasi menggerakkan
verbal mulut
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
Evaluasi radiologi dapat membantu meningkatkan keakuratan
diagnosis stadiumnya. CT scan dan MRI adalah modalitas pilihan.
Berikut tampilan CT scan axial dan coronal. Tampilan coronal,
sebagaimana dilihat dibawah, adalah posisi terbaik untuk menilai sejauh
mana invasi tulang pada palatum dan perluasannya ke daerah fosa nasal
atau sinus maksilaris.
- CT scan dapat menilai perluasan pada dasar carnial. Pembesaran
pada foramina dasar cranial mengindikasikan invasi tumor
tersebut. Penampakan aksial dapat menilai perluasan secara
horizontal sepanjang palatum molle, pterygoid, dan otot, fossa
infratemporal, dan ruang masticator.
- CT scan dengan infuse kontras intravena seharusnya meliputi
leher untuk menilai keterlibatan nodul cervical. Ini sangat
penting terutama untuk skuamos sel karsinoma dan karsinoma
mukoepidermoid stadium berat.
- MRI, seperti pada gambar dibawah, lebih akurat untuk menilai
perluasan perineural melalui foramina. Ini penting utamanya
untuk karsinoma kista adenoid dengan propensitas untuk invasi
perineural.
- Pada tumor tingkat lanjut dengan keterlibatan sinus paranasalis,
pencitraan MRI lebih baik dibandingkan CT scan dalam
membedakan penyakit infeksi dari neoplasma.
Penampakan radiografi dada untuk menilai metastasis pulmo,
merupakan pilihan kedua atau dua-duanya. Tes fungsi liver, adekuat
untuk menilai metastasis ke liver. Berdasarkan CT scan abdomen
dan dada dapat menilai ukuran metastasis secara lebih akurat.
2. Biopsi
Biopsi lesi ulseratif dapat dengan mudah dapat diambil dengan
menggunakan forceps biopsy dengan pasien berada dibawah
pengaruh anestesi. Secara alternative, aspirasi jarum sitologi dapat
dilakukan jika terdapat sitopatologis yang berpengalaman.
- Untuk lesi ulseratif, sangat penting pengambilan specimen
biopsy dilakukan pada pusat tumor secara dekat untuk
menghindari neksosis dari komponen pusat.
- Pada ukuran besar, non-ulseratif palatum, sebuah insisi melalui
mukosa yang intak perlu dilakukan lebih dulu untuk biopsi.
Tempat insisi biopsi memungkinkan pemindahan subsekuen dari
skar biopsi pada kontinuitas tumor.
- Lesi submukosa dapat ditangani dengan biopsi eksisi. Jika hasil
patologi mengindikasikan keganasan, maka perlu dilakukan
penanganan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Bedah
Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat
sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di
bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan
tumor. Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel
kanker yang mungkin tertinggal didaerah tersebut.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk
membunuh sel kanker.
Objektif :
a. Bising usus hiperaktif
b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membran mukosa pucat
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
h. Diare