Anda di halaman 1dari 3

Nama:Andi triulianti

NIM:105401119320

Cerita Rakyat Gong Nekara dari Pulau Selayar


Sebuah gong nekara atau disebut the bronzen drum yang diyakini merupakan
gong terbesar dan tertua di dunia, peninggalan China yang berada di Kepulauan
Selayar, Sulawesi Selatan, sekitar 2.000 tahun silam, diyakini memiliki kekuatan
gaib. Toa (65), seorang penjaga gong, menceritakan bahwa kehadiran peninggalan
kebudayaan zaman perunggu berawal dari seorang warga China yang sedang
berlayar di sekitar perairan Kepulauan Selayar. Entah mengapa kapal yang berasal
dari Dong Son itu lalu terdampar. "Tidak ada yang mengetahui secara pasti
mengapa kapal China bisa terdampar," ujarnya. Namun dari cerita nenek moyang,
gong yang memiliki tiga fungsi pada masa Kerajaan Putabangun, yakni fungsi
keagamaan, sosial budaya, dan politik, tersebut ditemukan pertama kali oleh
salah seorang penggarap kebun bernama Pao pada tahun 1969. Barang itu
ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman 2-3 meter di Papam Laheo,
Lingkungan Bontosaile. "Ketika itu, Pao hendak menanam kelapa. Namun, setelah
galiannya mencapai 2 meter, linggis yang digunakan Pao mengenai sebagian
badan gong hingga berbunyi," ungkap Toa sembari membersihkan debu yang
menempel di gong nekara itu. Para ahli sejarah menafsirkan, gong nekara itu
merupakan peninggalan zaman perunggu. Kesimpulan itu diambil setelah para
sejarawan melakukan penelitian dan menemukan gong tersebut terbuat dari
perunggu yang bentuknya menyerupai dandang terbalik, dengan luas lingkaran
permukaan sebesar 396 cm persegi, luas lingkaran pinggang 340 cm persegi, dan
tinggi 95 cm persegi. Keunikan yang dimiliki gong yang dikenal sakral itu adalah
adanya motif flora dan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon
sirih 11 buah, dan ikan 18 ekor. Sementara itu, di permukaan gong bagian atas
terdapat 4 arca berbentuk kodok dengan panjang 20 cm dan di samping terdapat
4 daun telinga yang berfungsi sebagi pegangan. Pada bidang pukul terdapat
hiasan geometris, demikian pula pada bagian tengah gong terdapat garis pola
bintang berbentuk 16. Nekara secara vertikal terdiri atas susunan kaki berbentuk
bundar, seperti silinder, badan, dan bahu berbentuk cembung. Dapatkan
informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Keberadaan gong
nekara yang memiliki nilai seni tinggi ini sempat mendorong oknum tak
bertanggung jawab untuk mencuri salah satu arca kodok. Namun setelah sekian
tahun dicari, akhirnya arca kodok tersebut berhasil ditemukan di Jakarta. Akibat
kejadian itu,  pemerintah provinsi berinisiatifmembuatkan rumah sebagai
pelindung.Gong ini adalah gong Nekara terbesar dan tertua di dunia
merupakan peninggalan zaman perunggu ditemukan sekitar 2.000 tahun silam
dan hanya adadua, satunya berada di Cina. Bentuknya menyerupai dandang
terbalik, garistengah bidang pukul berukuran 126 cm dan tinggi 92 cm.gambar
bermotif floradan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon sirih 11
buah dan ikan18 ekor. Sementara dipermukaan gong bagian atas terdapat 4 ekor
arca berbentukkodok dengan panjang 20 cm dan di samping terdapat 4 daun
telinga yang berfungsi sebagian pegangan.
 Menurut informasi dari tetua adat dan pendudukKelurahan Bontobangun
(tempat ditemukannya gong nekara)
, gong tersebutditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari
Kampung Rea-Reayang bernama
Sabuna
 pada tahun 1686. Pada saat itu Sabuna sedang mengerjakansawah
Raja Putabangundi Papaniohea, tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda
keras yang ternyata adalah hiasan katak yang merupakan bagian dari gongnekara.
Sejak berakhirnya Dinasti Putabangun, pada tahun 1760gong nekaratersebut
dipindahkan ke Bontobangun dan menjadi kalompoang/arajang
(bendakeramat)
Kerajaan Bontobangun.Menurut legenda yang terkait dengan gong nekara di
Pulau Selayar,dikatakan bahwa ketika Sawerigading bersama isterinya (We
Cuddai) dan
ketiga putranya, La Galigo, Tenri Dio, dan Tenri Balobo kembali dari Cina, dalam p
erjalanannya menuju ke Luwu mereka singgah di Pulau Selayar dan langsungmenu
ju ke suatu tempat yang disebut Putabangun dengan membawa sebuahnekara
perunggu yang besar. Di tempat itu mereka dianggap sebagai Tumanurung.Pada
saat itulah Tenri Dio dianggap menjadi raja pertama di Putabangun
danmenempatkan gong nekara itu sebagai kalompoang di Kerajaan
Putabangun.Koleksi A A Cense, 07-1932

Anda mungkin juga menyukai