0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan3 halaman
Gong nekara di Pulau Selayar merupakan gong perunggu tertua dan terbesar di dunia yang berusia sekitar 2.000 tahun. Gong ini ditemukan pada tahun 1969 ketika seorang petani bernama Pao sedang menggali tanah untuk menanam kelapa. Gong ini memiliki ukuran besar dan dihiasi berbagai motif flora dan fauna. Gong ini dipercaya memiliki kekuatan gaib dan memiliki peran penting dalam kerajaan Putabangun pada masa
Gong nekara di Pulau Selayar merupakan gong perunggu tertua dan terbesar di dunia yang berusia sekitar 2.000 tahun. Gong ini ditemukan pada tahun 1969 ketika seorang petani bernama Pao sedang menggali tanah untuk menanam kelapa. Gong ini memiliki ukuran besar dan dihiasi berbagai motif flora dan fauna. Gong ini dipercaya memiliki kekuatan gaib dan memiliki peran penting dalam kerajaan Putabangun pada masa
Gong nekara di Pulau Selayar merupakan gong perunggu tertua dan terbesar di dunia yang berusia sekitar 2.000 tahun. Gong ini ditemukan pada tahun 1969 ketika seorang petani bernama Pao sedang menggali tanah untuk menanam kelapa. Gong ini memiliki ukuran besar dan dihiasi berbagai motif flora dan fauna. Gong ini dipercaya memiliki kekuatan gaib dan memiliki peran penting dalam kerajaan Putabangun pada masa
Sebuah gong nekara atau disebut the bronzen drum yang diyakini merupakan gong terbesar dan tertua di dunia, peninggalan China yang berada di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, sekitar 2.000 tahun silam, diyakini memiliki kekuatan gaib. Toa (65), seorang penjaga gong, menceritakan bahwa kehadiran peninggalan kebudayaan zaman perunggu berawal dari seorang warga China yang sedang berlayar di sekitar perairan Kepulauan Selayar. Entah mengapa kapal yang berasal dari Dong Son itu lalu terdampar. "Tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa kapal China bisa terdampar," ujarnya. Namun dari cerita nenek moyang, gong yang memiliki tiga fungsi pada masa Kerajaan Putabangun, yakni fungsi keagamaan, sosial budaya, dan politik, tersebut ditemukan pertama kali oleh salah seorang penggarap kebun bernama Pao pada tahun 1969. Barang itu ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman 2-3 meter di Papam Laheo, Lingkungan Bontosaile. "Ketika itu, Pao hendak menanam kelapa. Namun, setelah galiannya mencapai 2 meter, linggis yang digunakan Pao mengenai sebagian badan gong hingga berbunyi," ungkap Toa sembari membersihkan debu yang menempel di gong nekara itu. Para ahli sejarah menafsirkan, gong nekara itu merupakan peninggalan zaman perunggu. Kesimpulan itu diambil setelah para sejarawan melakukan penelitian dan menemukan gong tersebut terbuat dari perunggu yang bentuknya menyerupai dandang terbalik, dengan luas lingkaran permukaan sebesar 396 cm persegi, luas lingkaran pinggang 340 cm persegi, dan tinggi 95 cm persegi. Keunikan yang dimiliki gong yang dikenal sakral itu adalah adanya motif flora dan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon sirih 11 buah, dan ikan 18 ekor. Sementara itu, di permukaan gong bagian atas terdapat 4 arca berbentuk kodok dengan panjang 20 cm dan di samping terdapat 4 daun telinga yang berfungsi sebagi pegangan. Pada bidang pukul terdapat hiasan geometris, demikian pula pada bagian tengah gong terdapat garis pola bintang berbentuk 16. Nekara secara vertikal terdiri atas susunan kaki berbentuk bundar, seperti silinder, badan, dan bahu berbentuk cembung. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Keberadaan gong nekara yang memiliki nilai seni tinggi ini sempat mendorong oknum tak bertanggung jawab untuk mencuri salah satu arca kodok. Namun setelah sekian tahun dicari, akhirnya arca kodok tersebut berhasil ditemukan di Jakarta. Akibat kejadian itu, pemerintah provinsi berinisiatifmembuatkan rumah sebagai pelindung.Gong ini adalah gong Nekara terbesar dan tertua di dunia merupakan peninggalan zaman perunggu ditemukan sekitar 2.000 tahun silam dan hanya adadua, satunya berada di Cina. Bentuknya menyerupai dandang terbalik, garistengah bidang pukul berukuran 126 cm dan tinggi 92 cm.gambar bermotif floradan fauna terdiri dari gajah 16 ekor, burung 54 ekor, pohon sirih 11 buah dan ikan18 ekor. Sementara dipermukaan gong bagian atas terdapat 4 ekor arca berbentukkodok dengan panjang 20 cm dan di samping terdapat 4 daun telinga yang berfungsi sebagian pegangan. Menurut informasi dari tetua adat dan pendudukKelurahan Bontobangun (tempat ditemukannya gong nekara) , gong tersebutditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari Kampung Rea-Reayang bernama Sabuna pada tahun 1686. Pada saat itu Sabuna sedang mengerjakansawah Raja Putabangundi Papaniohea, tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda keras yang ternyata adalah hiasan katak yang merupakan bagian dari gongnekara. Sejak berakhirnya Dinasti Putabangun, pada tahun 1760gong nekaratersebut dipindahkan ke Bontobangun dan menjadi kalompoang/arajang (bendakeramat) Kerajaan Bontobangun.Menurut legenda yang terkait dengan gong nekara di Pulau Selayar,dikatakan bahwa ketika Sawerigading bersama isterinya (We Cuddai) dan ketiga putranya, La Galigo, Tenri Dio, dan Tenri Balobo kembali dari Cina, dalam p erjalanannya menuju ke Luwu mereka singgah di Pulau Selayar dan langsungmenu ju ke suatu tempat yang disebut Putabangun dengan membawa sebuahnekara perunggu yang besar. Di tempat itu mereka dianggap sebagai Tumanurung.Pada saat itulah Tenri Dio dianggap menjadi raja pertama di Putabangun danmenempatkan gong nekara itu sebagai kalompoang di Kerajaan Putabangun.Koleksi A A Cense, 07-1932