Anda di halaman 1dari 13

Nama : Andi nurul fadila Nitra

Nim : 1701005

Konsep penelitian
1. Kegawat daruratan sistem kardiovaskuler
Nama penyakit : syok iskemik
Farmakologi: Aspirin, Nitrat, Antihipertensi
Pengertian : Aspirin adalah obat pengencer darah atau obat yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah. Sebagai pengencer darah, aspirin digunakan pada penderita penyakit
jantung koroner, serangan jantung, penyakit arteri perifer, atau stroke.
Tujuan : untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan demam. 
Indikasi : indikasi utama aspirin (asam asetilsalisilat) saat ini adalah pada sindroma koroner
akut dan stroke. Penggunaan untuk indikasi sebagai antipiretik dan antiinflamasi relatif lebih
jarang di Indonesia.
Kontraindikasi :
1. Usia di bawah 16 tahun dengan infeksi virus (seperti influenza dan varicella), karena
berkaitan dengan sindrom Reye
2. Menyusui
3. Tukak peptik aktif
4. Hemofilia
5. Gangguan perdarahan
6. Hipersensitivitas
7. Polip nasal yang berkaitan dengan asma [3,4]

Mekanisme kerja obat: Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorbsi dengan daya
absorbsi 70% dalam bentuk utuh dalam lambung, tetapi sebagian besar absorbsi terjadi dalam
usus halus bagian atas. Sebagian AAS dihidrolisa, kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh.
Salisilat segera menyebar ke seluruh tubuh dan cairan transeluler setelah diabsorbsi.
Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan
mukosa dan waktu pengosongan lambung. Salisilat dapat ditemukan dalam cairan sinovial,
cairan spinal, liur dan air susu. Kadar tertingggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian
(Wimana, 1995). Sediaan OAINS memiliki aktivitas penghambat radang dengan mekanisme
kerja menghambat biosintesis prostaglandin dari asam arakhidonat melalui penghambatan
aktivitas enzim siklooksigenase (Nadi, 1992).
Kerusakan yang terjadi pada sel dan jaringan karena adanya noksi akan membebaskan
berbagai mediator substansi radang. Asam arakhidonat mulanya merupakan komponen
normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid dan dibebaskan dari sel penyimpan
lipid oleh asil hidrosilase sebagai respon adanya noksi . Asam arakidonat kemudian
mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur siklooksigenase yang membebaskan
prostaglandin, prostasiklin, tromboksan. Alur lipoksigenase yang membebaskan leukotrien
dan berbagai substansi seperti HPETE (Hydroperoxieicosatetraenoic) (Mansjoer, 2003).
Prostaglandin yang dihasilkan melalui jalur siklooksigenase berperan dalam proses timbulnya
nyeri, demam dan reaksi-reaksi peradangan. Selain itu, prostaglandin juga berperanan penting
pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi berbagai organ. Pada
selaput lendir saluran pencernaan, prostaglandin berefek protektif dengan meningkatkan
resistensi selaput lendir terhadap iritasi mekanis, osmotis, termis atau kimiawi. Karena
prostaglandin berperan dalam proses timbulnya nyeri, demam, dan reaksi peradangan, maka
AAS melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase mampu menekan gejala-gejala
tersebut
Dosis : Dosis aspirin atau acetosal berbeda-beda, tergantung pada penyakit yang dialami dan
usia penderita. Berikut adalah pembagian dosisnya:
1. Untuk mengatasi serangan jantung
Dewasa: 160-325 mg beberapa menit setelah gejala.
2. Untuk mengatasi stroke
Dewasa: 160-325 mg selama 48 jam setelah terkena stroke, diikuti dengan 81-100 mg
per hari.
3. Untuk mencegah serangan jantung dan stroke
Dewasa: 81-325 mg/hari.
4. Untuk pemasangan ring jantung (stent)
Dewasa: 162-325 mg sebelum prosedur pemasangan ring, diikuti dengan 81-325
mg/hari setelah prosedur dilakukan.
5. Untuk mengatasi demam dan nyeri
Dewasa: 325-650 mg setiap 4 jam sekali atau 975 mg setiap 6 jam sekali, atau 500-
1000 mg setiap 4-6 jam. Maksimal 4 g/hari selama 10 hari.
Efek samping : Efek samping yang umum terjadi akibat konsumsi aspirin antara lain adalah
perut mulas, sakit maag, dan mudah mengalami perdarahan, seperti mimisan, lebam, dan
perdarahan yang sulit berhenti apabila terluka.
1. Segeralah berkonsultasi dengan dokter apabila efek samping makin memburuk atau
bila Anda mengalami kondisi berikut ini:Sakit pada persendian tangan dan kaki. Ini
bisa menandakan tingginya kadar asam urat dalam darah.
2. Telinga berdenging.
3. Kulit menjadi merah, melepuh, dan mengelupas.
4. Adanya darah pada urin, tinja, atau muntah darah.
5. Kulit atau bagian putih di mata berubah warna menjadi kuning (penyakit kuning).
6. Jumlah urin berkurang atau jarang buang air kecil.
7. Tangan dan kaki bengkak akibat penumpukan air dalam tubuh.
Segera pergi ke instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit terdekat bila mengalami efek
samping yang parah. Berikut adalah beberapa efek samping yang perlu diwaspadai:Gejala
alergi serius (anafilaksis). Alergi ini ditandai dengan pembengkakan pada wajah, bibir, lidah,
atau tenggorokan, serta sesak napas.
Nitrat
Pengertian : Nitrat adalah salah satu obat yang digunakan secara efektif untuk pengobatan
gangguan jantung iskemik. Obat ini telah dikenal keefektifannya lebih dari 100 tahun yang
lalu (Munzel, 2005). Nitrat bertindak sebagai vasodilator dan sebagai agen antiiskemik yang
poten. Nitrat termasuk golongan vasodilator yang paling awal dan paling luas digunakan
dalam praktik klinis (Goodman, 2012).
Tujuan : melebarkan arteri jantung sehingga memperlancar aliran darah ke jantung.
Indikasi : profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap nitrat; hipotensi atau hipovolemia; kardiopati
obstruktif hipertrofik, stenosis aorta, tamponade jantung, perikarditis konstruktif, stenosis
mitral; anemia berat, trauma kepala, perdarahan otak glaukoma sudut sempit.
Mekanisme kerja : sebagai dilatasi (melebarnya) vena perifer dan pembuluh darah
koroner.efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler.
Dosis: Sublingual, 5-10 mg.
Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai
240 mg bila diperlukan.
Infus intravena, 2-10 mg/jam; dosis lebih tinggi sampai 20 mg/jam mungkin diperlukan.
Efek samping : sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi postural, takikardi
(dapat terjadi bradikardi paradoksikal).

Efek samping: yang khas setelah injeksi (terutama jika diberikan terlalu cepat) meliputi
hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot, palpitasi, nyeri
perut, sinkop; pemberian jangka panjang disertai dengan methemoglobinemia.

Antihipertensi
Pengertian : Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati
hipertensi. Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun
miokard infark. Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya
hidup yang sehat seperti mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol,
berhenti merokok, mengurangi stress dan berolahraga.
Tujuan : Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat
mencapai tekanan darah yang dianjurkan
Indikasi dan kontraindikasi : beberapa indikasi dan kontraindikasi dari berbagai obat
antihipertensi adalah sebagai berikut (lihat juga pada monografi setiap obat berikut untuk
informasi lebih lengkap):

1. Tiazid (lihat bagian 2.2.1)–terutama diindikasikan untuk hipertensi pada lansia (lihat


keterangan di bawah); kontraindikasi pada gout.
2. Beta bloker (lihat bagian 2.3.4)–meskipun tidak lagi disukai untuk pengobatan awal
hipertensi tanpa komplikasi, indikasi yang lain meliputi infark miokard, angina;
kontraindikasi meliputi asma, blokade jantung.
3. Penghambat ACE (lihat bagian 2.3.5)–indikasi meliputi gagal jantung, disfungsi
ventrikel kiri dan nefropati akibat diabetes; kontraindikasi meliputi penyakit
renovaskular (lihat bagian 2.3.5) dan kehamilan.
4. Antagonis reseptor angiotensin II (lihat bagian 2.5.5.2) merupakan alternatif untuk
pasien yang tidak dapat mentoleransi penghambat ACE karena efek samping batuk
kering yang menetap, namun antagonis reseptor Angiotensin II mempunyai beberapa
kontraindikasi yang sama dengan penghambat ACE.
5. Antagonis kalsium. Terdapat perbedaan yang penting antara berbagai antagonis
kalsium (lihat bagian 2.4.2). Antagonis kalsium dihidropiridin bermanfaat dalam
hipertensi sistolik pada lansia apabila tiazid dosis rendah dikontraindikasikan atau
tidak dapat ditoleransi (lihat keterangan di bawah). Antagonis kalsium “penggunaan
terbatas” (misalnya diltiazem, verapamil) mungkin bermanfaat pada angina;
kontraindikasi meliputi gagal jantung dan blokade jantung.
6. Alfa bloker (lihat bagian 2.3.3)–indikasi yang mungkin adalah prostatism;
kontraindikasi pada inkontinensia urin.

Efek samping : Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β-


Blocker dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan
kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE–inhibitor dan penghambat
reseptor angiotensin II pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema
pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun
oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang paling sering terjadi, tetapi oedema larynx
adalah yang paling serius karena berpotensi menghambat jalan nafas.
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja dengan menghambat senyawa kimiawi di dalam tubuh
yang disebut renin. Seperti obat-obat antihipertensi lain, penghambat renin bekerja dengan
melebarkan pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah turun.
Dosis : Ketepatan dosis dibandingkan dengan guideline Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VI atau
buku rujukan yang diacu. Apabila pemberian dosis obat antihipertensi berada pada
rentang dosis minimal dan dosis/hari yang dianjurkan maka dikatakan tepat dosis.
Ketepatan dosis akan mempengaruhi hasil akhir terapi dan keberhasilan pengobatan.
2. kegawat daruratan sistem pernafasan
Nama penyakit :Pneumonia

Farmakologi : Paracetamol obat pereda rasa sakit, Antibiotik

Pengertian : Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan


cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan
unggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam
sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono
2002)
Tujuan :untuk menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP).
Indikasi : Parasetamol merupakan pilihan lini pertama bagi penanganan demam dan
nyeri sebagai antipiretik dan analgetik. Parasetamol digunakan bagi nyeri yang
ringan sampai sedang.(Cranswick 2000)
Kontraindikasi : pada penderita gangguan fungsi hati yang berat dan penderita hipersensitif
terhadap obat ini. (Yulida 2009)
Mekanisme kerja obat :mikanisme kerja yang sebenarnya dari paracetamol masih menjadi
bahan perdebatan. Paracetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi),namun paracetamol hanya sedikit memiliki hasiat anti inflamasi.telah dibuktikan
bahwa paracetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklook sigenase
(COX),sehingga menghambatnya membentuk senyawa penyebab inflamasi.
Dosis : Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa
berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat
menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis
lebih dari 20g bersifat fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-
obat yang menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik
meningkat karena produksi metabolit meningkat.

Efek samping : Reaksi alergi terhadap derivate para-aminofenol jarang terjadi.


Manifestasinya berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan
lesi pada mukosa. Fenasetin dapat menyebabkan anemia hemolitik, terutama pada pemakaian
kronik. Anemia hemolitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme autoimmune, defisiensi
enzim G6PD dan adanya metabolit yang abnormal. Methemoglobinemia dan
Sulfhemoglobinemia jarng menimbulkan masalah pada dosis terapi, karena hanya kira-kira 1-
3% Hb diubah menjadi met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan masalah pada takar
lajak. Insidens nefropati analgesik berbanding lurus dengan penggunaan Fenasetin. Tetapi
karena Fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar
disimpulkan. Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih
mudah terjadi akibat Asetosal daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis
besar secara menahun terutama dalam kombinasi dapat menyebabkan nefropati analgetik.
Antibiotik
Pengertian : Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan
mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri
berkembang biak di dalam tubuh. Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengatasi infeksi
akibat virus, seperti flu.
Tujuan : Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat bakter
Indikasi : penggunaan antibiotik profilaksis didasarkan kelas operasi, yaitu
operasi bersih dan bersih kontaminasi

Mekanisme kerja : Membunuh mikroorganisme relatif mudah apabila tidak memandang


selektivitas, sebab mikroorganisme dapat dibunuh dengan berbagai cara yaitu dengan
pemanasan, radiasi serta penggunaan bahan kimia yang kuat seperti asam yang pekat.
Namun untuk membunuh secara spesifik tanpa merusak sel dan jaringan pada hospes
akan lebih sulit. Berdasarkan formulasi yang dikemukakan oleh Paul Ehrlich pada
tahun 1906 yang diinginkan adalah khemoterapi spesifik dengan prinsip toksisitas
selektif.
Antibiotik mempunyai peran vital pada pengobatan penyakit infeksi pada abad ke
20 yaitu sejak ditemukannya Penisilin pada era tahun 1920an. Selanjutnya ratusan
antibiotik telah diproduksi dan disintesis untuk penggunaan klinik. Banyaknya jumlah
serta variasi antibiotik yang ada pada saat ini memberi kesempatan yang lebih luas
kepada para klinisi di dalam pemakaiannya. Namun perkembangan ini juga membuat
para klinisi sulit untuk menentukan pengobatan penyakit infeksi.
Efek samping : serta efek samping yang dapat terjadi atas penggunaan antibiotik.
Hindari penggunaan antibiotik tanpa anjuran dokter, terutama bagi:
1. Ibu hamil dan menyusui.
2. Tengah dalam pengobatan lain.
3. Memiliki riwayat alergi antibiotik.

3. kegawat daruratan sistem perkemihan


Penyakit : gagal ginjal akut
Farmakologi : kortikosteroid

Pengertian : Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar
adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon
inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid
dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki efek penting pada metabolisme
karbohidrat dan fungsi imun, sedangkan mineralokortikoid memiliki efek kuat
terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit (Katzung, 2012; Gilman, 2012;
Johan, 2015)
Tujuan : untuk menangani peradangan pada ginjal atau mengobati penyakit peradangan
penyebab sindrom nefrotik, seperti lupus atau amioloidosis.
Indikasi : asma,bronkhitis,rheumatoid arthritis, dan reaksi alergi pada kulit,mata, atau hidung
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Mekanisme kerja obat : Kortikosteroid digunakan sangat luas dalam pengobatan berbagai
penyakit alergi oleh karena sifat anti inflamasinya yang kuat. Beragam kerja anti inflamasi
kortikosteroid diperantarai oleh pengaturan ekspresi dari bermacam gen target spesifik.
Dosis : Dosis betametason adalah 0,5-5 mg per hari dibagi menjadi beberapa kali pemberian,
tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan respons pasien terhadap obat. Anak-anak:
Anak usia 1-6 tahun: 25% dari dosis orang dewasa. Anak usia 7-11 tahun: 50%
dari dosis orang dewasa.
Efek samping : Pemberian kortikosteroid secara topikal dapat mengurangi dosis yang
dibutuhkan dan mengurangi efek samping. Meskipun penggunaan KSIN dapat mengurangi
kadang timbul adalah krusta pada hidung, rasa kering, dan epistaksis.9,18 Efek samping ini
biasanya ringan dan akan hilang dengan sendirinya. 
4.kegawat daruratan sistem persyarafan
Penyakit : Epileplsi

Farmakologi : Benzodiazepine, Phenytoin, gabapetin

Pengertian : : Benzodiazepine adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau
menenangkan.

Indikasi :
1. gangguan cemas
2. serangan panik
3. obat penenang sebelum operasi
4. insomnia
5. otot tegang (muscle spasm)
6. kejang
Kontraindikasi :
1. Riwayat hipersensitivitas
2. Intoksikasi alkohol akut
3. Miastenia gravis
4. Glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma sudut terbuka, kecuali pasien mendapat
terapi yang sesuai
5. Depresi pernafasan
6. Pemberian IV diazepam pada pasien syok, koma, depresi pernafasan, dan pasien yang
telah menerima obat respiratori depresan
7. Sleep apnea atau insufisiensi pulmoner akut
8. Anak < 6 bulan
9. Trimester pertama kehamilan
Mekanisme kerja : Benzodiazeepin memperantai kerja asam amino GABA (Gamma Amino
Butyric Acid), neurotransmiter inhibisi utama di otak. Karena saluran reseptor GABA dengan
selektif memasukkan anion klorida ke dalam neuron, aktivasi reseptor GABA
menghiperpolarisasi neuron sehingga terjadi inhibisi.

Dosis : Dosis benzodiazepin umumnya tergantung pada jenis obat serta kondisi kesehatan
paien.

Berikut adalah standar dosis yang diberikan untuk orang dewasa:

1. Alprazolam: 0,25 mg sebanyak 2-3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan 0,5 hingga 1
mg setiap 3-4 hari. Dosis maksimal adalah 4 mg sehari.
2. Chlordiazepoxide: 5-10 mg sebanyak 1-2 kali sehari, dosis dapat ditingkatkan
sebanyak 5 mg sehari.
3. Clonazepam: 0,25 mg sebanyak 2 kali sehari, dosis dapat ditingkatkan sebanyak
0,125-0,25 mg sehari.
4. Diazepam: 2 mg sebanyak 2-4 kali sehari.
5. Lorazepam: 0,5 mg sebanyak 2 kali sehari, dosis dapat ditingkatkan sebanyak 1 mg
sehari.
6. Oxazepram: 10-15 mg sebanyak 1 kali sehari, dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap sebanyak 10 mg sehari, diminum 3 kali sehari.

Efek samping : Reaksi obat pada tiap orang berbeda-beda. Efek samping yang mungkin
dapat timbul setelah menggunakan obat-obatan golongan benzodiazepine:

1. Mengantuk
2. Pusing
3. Linglung
4. Lemas
5. Gangguan ingatan
6. Gangguan keseimbangan tubuh
7. Akathisia (gangguan gerak tubuh)
8. Kejang
9. Mual
10. Muntah
11. Konstipasi
12. Mulut kering
13. Berat badan naik
14. Nafsu makan sulit dikendalikan
15. Nafsu seksual menurun

Phenytoin.

Pengertian :Phenytoin adalah obat untuk mencegah dan mengontrolmengontrol kejang yang


umumnya terjadi pada penderita epilepsi.

Tujuan : untuk mencegah dan mengontrolmengontrol kejang yang umumnya terjadi pada


penderita epilepsi

Indikasi :Phenytoin digunakan untuk mencegah dan mengurangi kejang akibat epilepsi,
terutama untuk kejang jenis tonik-klonik dan kejang parsial. Juga digunakan untuk
mengatasi aritmia jantung dan merelaksasi otot.

Kontraindikasi
Tidak semua orang boleh menggunakan Fenitoin, penderita yang diketahui memiliki kondisi
di bawah ini tidak boleh menggunakannya:

1. Memiliki riwayat hipersensitif/alergi terhadap kandungan obat ini.


2. Untuk penggunaan intra vena tidak boleh diberikan pada penderita sinus bradikardi.
3. Mengalami sindrom stokes adams.
4. Sedang hamil.

Mekanisme Kerja : Phenytoin bekerja pada membran sel saraf khususnya pada bagian kanal
natrium. Dengan meningkatkan eflux atau mengurangi masuknya ion natrium yang melintasi
membran sel saraf pada bagian korteks motor yang merupakan pusat kendali terjadinya
kejang pada otak.
Kondisi membran sel saraf yang lebih stabil akan mengurangi aktivitas dan penyebaran
kejang sehingga kejang dapat diatasi. Sebagai anti-aritmia, obat ini bekerja dengan
memperpanjang masa refraktori dan menekan otomatisasi pacu jantung ventrikel dan
memperpendek potensi aksi jantung sehingga dapat menstabilkan kembali detak jantung.

Dosis : Dewasa Dosis awal adalah 3-4 mg/kgBB atau 150-300 mg per hari. Jika diperlukan,
dosis dapat ditingkatkan setiap 7-10 hari hingga 600 mg per hari. Dosis pemeliharaan adalah
200-500 mg per hari.
Anak-anak: Dosis awal adalah 5 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam 2-3 jadwal
konsumsi. Dosis pemeliharaan adalah 4-8 mg/kgBB per hari, yang dapat dibagi ke dalam
beberapa jadwal konsumsi. Dosis maksimal adalah 300 mg per hari
Efek samping :sama seperti obat pada umumnya, penggunaan phenytoin juga berisiko
menimbulkan efek samping. Di antaranya berupa:

Gabapentin 

Pengertian :adalah obat untuk meredakan kejang pada penderita epilepsi. Obat ini tersedia
dalam bentuk kapsul dan hanya boleh dibeli dengan resep dokter.

Tujuan :  untuk meredakan kejang pada penderita epilepsi.

Indikasi: 
terapi tambahan untuk epilepsi parsial dengan atau tanpa kejang umum yang tidak dapat
dikendalikan dengan antiepilepsi lain, nyeri neuropati.

Kontraindikasi: 
hipersensitivitas, pankreatitis akut, tidak efektif pada kejang generalisasi primer,
galaktosemia (intoleransi galaktosa) untuk sediaan kapsul gabapentin yang mengandung
laktosa.

Mekanisme kerja : adalah dengan meningkatkan produksi neurotransmitter Gamma-


aminobutyric acid (GABA). Neurotransmitter GABA berperan dalam pengiriman pesan antar
sel otak dan juga sistem saraf. GABA dianggap sebagai neurotransmitter yang bentindak
menenangkan saraf.

Dosis : Penentuan dosis gabapentin tergantung pada kondisi yang diderita pasien. Berikut
adalah takaran umum penggunaan gabapentin untuk pasien dewasa berdasarkan kondisi yang
ingin diatasi:
1. Kondisi: kejang akibat epilepsi
300 mg 1 kali sehari pada hari pertama, 300 mg 2 kali sehari pada hari kedua, dan 300
mg 3 kali sehari pada hari ketiga. Dosis dapat ditingkatkan 300 mg tiap 2-3 hari,
tergantung respons pasien terhadap obat.
2. Kondisi: nyeri saraf (neuropathic pain)
300 mg 1 kali sehari pada hari pertama, 300 mg 2 kali sehari pada hari kedua, dan 300
mg 3 kali sehari pada hari ketiga. Dosis dapat ditingkatkan 300 mg tiap 2-3 hari,
tergantung respons pasien. Dosis maksimal 3600 mg per hari.
3. Kondisi: nyeri saraf setelah herpes
Dosis awal 600 mg 1 kali sehari, diminum pada pagi hari, kemudian dosis
ditingkatkan menjadi 600 mg 2 kali sehari.
4. Kondisi: sindrom kaki gelisah
600 mg 1 kali sehari, diminum pada jam 5 sore.
Untuk mengatasi kejang akibat epilepsi pada anak berusia lebih dari 6 tahun, dosis awal yang
diberikan adalah 10-15 mg/kgBB. Dosis maksimal 50 mg/kgBB.
Efek samping : beberapa efek samping yang umum terjadi setelah mengonsumsi gabapentin
adalah:
1. Mengantuk
2. Perubahan perilaku
3. Sulit berkonsentrasi
4. Sakit kepala
5. Tubuh mudah lelah
6. Gangguan pergerakan mata
7. Penglihatan buram
8. Tremor
5.Kegawat daruratan keracunan dan gigitan serangga
Keracunan
Farmakologi : Atropin
Pengertian : atropin sulfat adala obat yang digunakan untuk mengangani melambatnya
denyut jantung dan segala keracunan insektisida.
Tujuan : mengangani melambatnya denyut jantung dan segala keracunan insektisida.
Indikasi: Premedikasi, untuk mencegah terjadinya refleks vagal, sebagai parasimpatolitik
dari antikolinesterase misalnya neostigmin, keracunan organofosfat, dispepsia, irritable bowel
syndrome, divertikulosis.
kontra indikasi:Ileus paralitik, stenosis pilorik.
Dosis: pada neonatus Intubasi endotrakeal (dengan morfin dan suksametonium) IV : 20
mikrogram/kgBB/kali. Diberikan sebelum suksametonium (pelumpuh otot).
efek samping : Mulut kering; pandangan kabur, fotofobia, kulit kemerahan dan kering, ruam,
kesulitan miksi. Jarang terjadi : aritmia, takikardia, palpitasi, heat prostration dan kejang,
terutama pada anak yang demam, konstipasi, bradikardia transien (diikuti dengan takikardi,
palpitasi dan aritmia), penurunan sekresi bronkus, retensi urin, midriasis dengan kesulitan
akomodasi, mual, muntah, pusing.

Gigitan serangga
Farmakologi : kortekosteroid
Pengertian : obat yang digunakan dikulit pada tempat tertentu
Indikasi : khususnya penyakit eksim,gigitan serangga
Kontra indikasi : lesi kulit akibat bakteri,jamu atau virus yang tidak diobati .,rosasea
(jerawat rosasea) dan perioral dermatitis.
Dosis :sangat kuat klobetasol propionat 0,5%,ringan hidrokortisol 1%
Efek samping: berbeda dengan golongan yang kuat dan sangat kuat, kolompok
kortekosteroid sedang dan lemah jarang menyebabkan efek samping. Semakin kuat
sediaannya, semakin perlu untuk berhati-hati,karna absorsi dari kulit dapat menyebabkan
penekanang adrenal dan cusin sindrome.tergantung dari daerah tubuh yang diobati dan
lamanya pengobatan.perlu diingat bahwa absorsi terbanyak terjadi dari kulit yang tipis
permukaan kasar serta daerah lipatan kulit dan absorsi ditingkatkan oleh adanya oklusi.efek
samping lokal meliputi :
1. Penyebaran dan perburukang infeksi yang tidak diobati
2. Penipisan kulit yang belum tentu pulih setelah pengobatan di hentikam karena
struktur asli ungkin tak akan kembali
3. Striae atrofis
4. Dermatitis kontak
5. Dermatitis perioral
6. Jerawat, perburukan jerawat atau rosasea

DAFTAR PUSTAKA
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:dbFQ4D-
SxM0J:repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38265/Ch%3Fsequence
%3D4+&cd=9&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/23-antihipertensi
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:cNjx6yQWR9gJ:repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22597/Chapter
%2520II.pdf%3Fsequence%3D4%26isAllowed%3Dy+&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:4g_gqBQGVEQJ:scholar.unand.ac.id/12553/2/2.%2520BAB%2520I
%2520PENDAHULUAN.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:XIfI3oOXDH8J:repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31341/Chapter
%2520II.pdf%3Fsequence%3D4%26isAllowed%3Dy+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:DF7co3nu5qQJ:scholar.unand.ac.id/3869/2/bab
%25201%2520pendahuluan.pdf+&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:5XtbxR9EFLIJ:https://id.wikipedia.org/wiki/Benzodiazepin+&cd=2&hl=id&ct=cln
k&gl=id
file:///D:/All%20Documents/Downloads/133743-ID-efek-samping-pemberian-serum-anti-
bisa-u%20(1).pdf
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:f196jIjYnisJ:pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/09/mekanisme-
timbulnya-resistensi-antibiotik-pada-infeksi-bakteri.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id
de Vries TPGM, Henning RH, Hogerzeil HV, Frezle DA. Guide to good prescribing. World
Health Organization. Action programme on essential drugs. Geneva, 1994.
Mehta DK, Ryan RSM, Hogerzeil HV (penyunting). WHO Model Formulary, WHO, 2004.

Anda mungkin juga menyukai