Disusun oleh:
SN202010
2. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena
disebabkan oleh beberapa hal (Jitowiyono Sugeng, 2017) yaitu :
a. Trauma Abdomen (Tumpul atau Tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk Dibedakan atas 2
jenis yaitu : Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi
kedalam rongga peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk,
luka tembak. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi
kedalam rongga peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (sit-
belt).
b. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa
rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer, sekunder dan
tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh spontaneous
bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar kronis. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh perforasi appendicitis, perforasi gaster
dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid), sementara proses pembedahan merupakan penyebab
peritonitis tersier
c. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma
dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan
keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan
pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup. Penyebabnya
dapat berupa perlengketan (lengkung usus menjadi melekat pada
area yang sembuh secara lambat atau pada jaringan parut setelah
pembedahan abdomen), Intusepsi (salah satu bagian dari usus
menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya akibat
penyempitan lumen usus), Volvulus (usus besar yang mempunyai
mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian menimbulkan
penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi), hernia (protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus
atau dinding dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam
dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus).
d. Apendisitis mengacu pada radang apendiks
e. Suatu tambahan seperti kantong yang tak berfungsi terletak pada
bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah obstruksi lumen oleh fases yang akhirnya
merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan
inflamasi.
f. Tumor abdomen
g. (inflammation of the pancreas)
h. Abscesses (a localized area of infection)
i. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or surgery)
j. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of
the intestines)
k. Intestinal perforation
l. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
m. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
n. Internal bleeding
3. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy
diantaranya :
a. Nyeri tekan pada area sekitar insisi pembedahan
b. Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan nadi.
c. Kelemahan
d. Mual, muntah, anoreksia
e. Konstipasi
f. Kulit dingin dan terasa basah
Fase Pertama
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak /
rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana
serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
Fase Kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh
pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan
baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan
Fase Ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun,
timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
Fase Keempat
Fase terakhir. Penyembuhan akan menyusut dan mengkerut
(Jitowiyono Sugeng, 2017).
4. Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut
lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah
sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan
tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan peranahan. Untuk menghindari infeksi luka yang
paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan
aseptik dan antiseptik (Jitowiyono Sugeng, 2017)
c. Kerusakan integrita skulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi
d. Ventilasi paru tidak adekuat
e. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung
f. Ganguan Keseimbangan cairan dan elektrolit
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan (Arof Manjoer, 2017)
Hospitalitis
Rencana Operasi
Laparatomi (Pembedahan)
Terpasang selang NG/usus Pembentukan Drainase Kerusakan Integritas Kulit Gangguan Citra Tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Menurut PPNI (2017)
diagnosa yang muncul pada pasien post op laparatomi yaitu :
a. Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik (mis. Prosedur Operasi)
(D.077)
b. Resiko Infeksi (D.0142)
c. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan otot (D.0054)
3. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses
keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2017). Evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selamaprogram berlangsung.
Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan (Deswani,
2017). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien
yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O
(Objektif) adalah data yang berdasarkan hasilpengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yangdirasakan
pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assesment) yaitu interpretasi
makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan tercapai. Dapat
dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan perilaku
sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai apabila
perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan,
sedangkan tidak tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan
perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang terakhir
adalah planning (P) merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis.
Jika tujuan telah dicapai, maka perawat akan menghentikan rencana
dan apabila belum tercapai, perawat akan melakukan modifikasi
rencana untuk melanjutkan rencana keperawatan pasien. Evaluasi ini
disebut juga evaluasi proses (Dinarti,2017).
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien
hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan
pasien setelah tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai
pencapaian tujuan, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek,
dan mendapatkan informasi yang tepat dan jelas untuk meneruskan,
memodifikasi, atau menghentikan asuhan keperawatan yang diberikan
(Deswani, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. (2017). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Deswani. (2017). Proses Keperawatan Dan Berfikir Kritis (Y. Hartati. Ed).
Jkarta: Salemba Medika
Dinarti. (2017). Dokumentasi Keperawatan (2nd ed). Jakarta: TIM
Jitowiyono Sugeng dkk, (2017). Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Yogyakarta : Muha Medika.
Mansjoer, A dkk. (2017). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI
Smeltzer, dkk. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC
Tarwoto dan Wartonah., (2017). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi :4 . Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (I). Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna- ppni.or.id