Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 1 DAN 2

RSUD KABUPATEN BEKASI

“POST OP LAPARATOMI”

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat :

Untuk melengkapi Praktik Klinik KGD 1 dan 2

Dosen Pembimbing : Ns. Abdul Khamid .,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Dana Monica

NIM : 180323089

D3 KEPERAWATAN TINGKAT 3 C

STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA

Jl. Kubah Putih No. 7 Rt. 001/014 Kel. Jatibening Kec. Pondok gede Kota Bekasi, Jawa
Barat 17412 Telp. (021) 8690 1352.

TAHUN 2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Definisi

Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian


abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan,
dengan melakukan pengayatan pada lapisan lapisan dinding abdomen untuk
mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi,
kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus,
inflamasi usus kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan
bahwa ada pembedahan laparatomi yang membutuhkan insisi pada dinding
abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko terjadinya infeksi terutama
infeksi luka pasca operasi.

Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat


terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif
mansjoer, 2010) Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untukk
membuka bagian abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk
pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada
lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis,
kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi
usus kronis, kolestisitis dan peritonitis. Laparatomi adalah pembedahan
perut, membuka perut dengan operasi. (Lakaman, 2011) Pelayanan.
post operasi laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasienpasien yang
telah menjalani operasi perut.

B. Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan
oleh beberapa hal yaitu:
1. Trauma abdomen
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran cerna
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Masa pada abdomen

C. Jenis-jenis laparatomi
a. Mid-line incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit
perdarahan, eksplorasi dapat sedikit lebih luas, cepat dibuka dan
ditutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf. Namun demikian,
kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis, indikasinya pada
eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah
umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, restosigmoid dan organ
dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang
(12,5cm), terbagi menjadi dua yaitu paramedian kanan dan kiri,
dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ
pelvis, usus bagian bawah serta plenoktomi.
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy
dam splenektomy
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu insisi melintang dibagian bawah4cm diatas anterior
spinailiaka, misalnya pada operasi apendictomy. Latihan-latihan
fisik seperti latihan napas dalam, batuk efektif, menggerakan otot
kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari
tempat tidur. semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.

D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan pada area insisi pembedahan
b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia
E. Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah
operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas
dari dinding pembuluh darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan
otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini
post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi,
organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
stapilococus aurens, organisme gram positif. Stapilococus
mengakibatkan pernanahan .untuk menghindari infeksi luka yang
palaing penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan
aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
epiverasi.
d. Ventilasi paru tidak adekuat.
e. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan

F. Patofisiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosiaonal. (Dorland 2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik
lainya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat.
Trauma adalaha penyebab kematian paling utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang
telah menjadi faktor komplikasi pada trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
gtrauma yang disengaja atau tidak disengaja. Trauma abdomen
merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan
dapat bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi.
tusukan / tembakan, pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, kompresi
atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma abdomen
sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat
mengakibatkan individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding
perut, kerusakan oragan organ nyeri, iritasi cairan usus. Sedangkan
trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh atau sebagian fungsi
organ, respon stres simpatis, perdarahan atau
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ dan respon stres dari saraf simpatis akan
menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan
perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi,
nyeri akut.
Pathway

Etiologi

(trauma perut, peritonitis, perdarahan saluran pencernaan, sumbatan pada usus


halus, anus besar, masa perut)

Laparatomi
Mual , muntah , anoreksia
Insisi jaringan
Risiko defisit
nutrisi
Terputusnya inkontinuitas jaringan

Kecemasan/ansietas
Peradangan Nyeri akut

Pola napas tidak


efektif Luka invasif post pembedahan

Risiko infeksi

Pembatasan aktivitas

Kelemahan

Gangguan
mobilitas fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan rektum :
adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi,
kemungkinan adanya darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya
darah menunjukan adanya lesi pada saluran kencing.
 Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine.
 Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi
 IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma
saluran kencing.
Parasentesis perut:
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan
adanya kelainan pada rongga perut yang disertai denga trauma kepala
yang berat, dilakukan dengan menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20
yang ditusukan melalui dinding perut di daerah kuadran bawah atau
digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan buli-buli terlebih
dahulu.
Lavase peritoneal:
fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan
garam fisiologis melului kanula yang dimasukan kedalam rongga
peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan,
bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi,
bagaimana proses penyembuhanya?
e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.
f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status
ventilasi.
g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS
1. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal masuk rumah
sakit, nomor register dan diagnosa medis.

2. Keluhan utama.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri abdomen.

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawah ke rumahsakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Ada riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
diabetes melitus , atau riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peran pasien dalam keluarga, status emosional meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tida harmonis , status dalam pekerjaan.
Dan apakah klien rajin melakukan ibadah sehari-hari.

4. Aktifitas sehari-hari
a.Pola nutrisi
b.Pola eliminasi
c.Pola personal hygiene
d.Pola istirahat dan tidur
e. Pola aktivitas dan latihan

e. Seksualitas / reproduksi
e. Peran
f. Persepsi diri / konsep diri
g. Kognitif diri / konsep diri
h. Kognitif perseptual
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemotoma atau
riwayat operasi.
b. Mata
Penglihatan adanya kekaburan, akibat adanya gangguan nervus
optikus (nervus II), gangguan dalam menganggkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (Nervus IV)
dan gangguan dalam menggerakan bola mata kelateral (nervus
VI)
c. Hidung
Adanya gangguan pada penciuman karena terganggu pada
nervus olfactorius (nervus I).
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan atau lidah akibat kerusakan
nervus vagus , adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
Inspeksi:kesimetrisan bentuk, kembang dan kempih dada.
Palpasi: ada tidaknya nyeri tekan dan masa
Perkusi:mendengar bunyi hasil perkusi, untuk mengetahui suara
napas.
f. Abdomen
Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi: mendengar bising usus
Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi
Palpasi : ada tidanya nyeri tekan pasca operasi.
f. Ekstremitas
Pengukuran kekuatan otot
1. Nilai 0 : bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
2. Nilai 1 : bila terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan sendi
3. Nilai 2 : bila ada gerakan pada sendi tetatpi tidak bisa
melawan gravitasi
4. Nilai 3 : bila dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat
melawan tekenan pemeriksaan
5. Nilai 4 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tapi
kekuatanya berkurang.
6. Nilai 5 : bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Nyeri akut (D.0077)
Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional , dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung
kurang dari 3 bulan.
Penyebab: agen pencedera fisik ( prosedur operasi, trauma)
2. Pola napas tidak efektif (D.0005)
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidk memberikan ventilasi
adekuat.
Penyebab : Kecemasan
3. Risiko defisit nutrisi (D.0032)
Definisi : berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme
Faktor resiko : ketidakmampuan mencerna makanan
4. Risiko infeksi (D.0142)
Definisi : berisiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik
Faktor resiko : efek prosedur invasif
5. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik dsri satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri
Penyebab : program pembatasan gerak

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan
pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi
(PPNI, 2018) Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan 3x 24 Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan agen jam diharapkan penyembuhan Tindakan :
pencedera fisik ( prosedur luka meningkat dengan kriteria Observasi
hasil :
operasi, trauma)  Identifikasi karakteristik nyeri
 Edema pada sisi luka
 Identifikasi skala nyeri
menurun
 Identifikasi respon nyeri non
 Peradangan luka menurun
verbal
 Nyeri menurun
Terapeutik
 Infeksi menurun  Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi ‘
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik
,jika perlu
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 3x 24 Manajemen Jalan Napas (I.01011)
(D.0005) berhubungan jam diharapkan pola napas dan Tindakan:
dengan kecemasan tingkat ansietas membaik dengan Observasi
kriteria hasil :
 Monitor pola napas (frekuensi,
 Frekuensi napas membaik kedalaman, usaha napas)
 Kedalaman napas membaik Terapeutik
 Perilaku gelisah menurun  Posisikan semi fowler atau fowler
 Verbalisasi khawatir  Berikan minum hangat
akibat kondisi yang  Berikan oksigen ,jika perlu
dihadapi menurun
 Pola tidur membaik
3. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x 24 Manajemen Gangguan Makan
(D.0032)berhubungan dengan jam diharapkan status nutrisi (I.03111)
ketidakmampuan mencerna membaik dengan kriteria hasil : Tindakan
makanan  Porsi makanan yg Observasi
dihabiskan meningkat  Monitor asupan dan keluarnya
 Nyeri abdomen menurun makanan dan cairan serta
 Frekuensi makan membaik kebutuhan kalori
 Nafsu makan membaik Terapeutik
 Timbang berat badan secara rutin
Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian
tentang perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran makanan ,
misal ( muntah, aktivitas
berlebihan )
4. Risiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan 3x 24 Pencegahan Infeksi (I.14539)
berhubungan dengan efek jam diharapkan tingkat infeksi Tindakan
prosedur invasif menurun dengan kriteria hasil : Observasi
 Kebersihan tangan  Monitor tanda dan gejala infeksi
meningkat lokal dan sistemik
 Kemerahan menurun Terapeutik
 Nyeri menurun  Batasi jumlah pengunjung
 Bengkak menurun  Berikan perawatan kulit pada area
edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
 Pertahankan taknik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi
,jika perlu
5. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 3x 24 Dukungan Mobilisasi (I.05173)
(D.0054) berhubungan jam diharapkan mobilitas fisik Tindakan
dengan program pembatasan meningkat dengan kriteria hasil : Observasi
gerak  Pergerakan ekstremitas  Observasi adanya nyeri atau
meningkat keluhan fisik laiinya
 Rentang gerak (ROM)  Idwntifikasi toleransi fisik
meningkat melakukan pergerakan
 Nyeri menurun  Monitor frekuensi jantung dan
 Gerkan terbatas menurun tekanan darah sebelum memulai
 Kelemahan fisik menurun mobilisasi
 Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu, (mis. Pagar
tempat tidur)
 Fasilitasi mealkukan pergerakan ,
jika perlu
 Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan moblilisasi
dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan ( mis.
Duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT

A. Data Pasien

Nama : Ny. R No Rekam medik :203416

Jenis Kelamin : Wanita Tanggal lahir : ..20/ 07/ 1979  Umur: 41Tahun

B. Primary Survey

Waktu kedatangan : Transportasi : Kondisi datang :


Tanggal 28/04/2021 Diantar menggunakan mobil Keadaan umum lemah
Pukul 14.35

Tindakan Pre Hospital :

CPR             O2             Infus             Bidai                  Bebat                 Urin Kateter


Lain – lain :
Klien langsung dibawa ke RS

TRIAGE
Kesadaran Kategori Triage : Klasifikasi Kasus

Allert          √ Verbal P1       √ P2           P3 √ Trauma    Non Trauma


Dx Medis :
Pain           Unrespon Merah √ Kuning Hijau Hitam Post op laparatomy a/I trauma
abdomen
Keluhan Utama
Tanda dan gejala Karakteristik
Nyeri pada abdomen sebelah kiri Nyeri Akut

Onset/awal kejadian Faktor yg meringankan


Klien trauma abdomen karena kecelakaan , lalu Teknik relaksasi
dilakukan op laparatomy
Tindakan yang telah dilakukan sebelum ke RS
Lokasi . Tidak ada tindakan
Abdomen sebelah kiri
Durasi
Faktor Pencetus
Dirasakan setiap waktu
Trauma abdomen
Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada riwayat penyakit dahulu
Riwayat Allergi   : tidak ada alergi obat
Tanda vital : Tensi : 171/92 mmH HR :  82   x/ menit    RR :  18 x/menit    Suhu : 36,5.C.
g   Lokasi : axila
AIRWAY CIRCULATION
- Terdapat sekret , warna putih, kental
- Terdengar suara gurgling Irama jantung : √ reguler  ireguler        
- Jalan napas tidak adekuat 
Akral : √ Nomal      dingin basah  Pucat

BREATHING Membran mukosa Sianosis Jaundice


√ Normal           
Pergerakan dada : simetris   √ asimetri,
CRT :        √ < 2 Dtk        > 2Dtk
Irama pernapasan : √ Reguler  Ireguler
Suara napas tambahan :  Turgor kulit : Baik    √ sedang    jelek
SPO2 : 100% Edema : -
Menggunakan mesin ventilator mode PSIMV , Perdarahan : -
fraksi 10, ps 12, peep 5 FIO2 60%

DISABILITY EXPOSURE
Jejas Lain:
Pupil  : Tidak ada     √ ada    - Terpasang infus di tangan kiri
Ukuran: 3 - k/u lemah
Simetris : ya - terdapat luka di dahi dan hidung
Reaksi terhadap Cahaya : ya - terpasang drain ,abdomen sebelah kiri
Tingkat Kesadaran : dalam pengaruh obat (DPO) -
FOLEY CATETER
GCS : E_ V_ M._ Input cairan urin :500
Total_ Output cairan urin : 200

C. Secondary Survey

Diagram Tubuh : PEMERIKSAAN HEAD TO TOE


…………………………………………………………….. Kepala leher, thoraks, abdomen, Genitourinaria
.
…………………………………………………………….. Kepala : nyeri, betuk normal, tidak ada lesi, tidak
. ada masa, wajah simetri
…………………………………………………………….. Leher : bentuk simetris, ada sedikit memar
. Thoraks:tidak ada oedema

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Jenis Pemeriksaan Hasil :


Hemoglobin : 8,9 g/dl
√ Darah Lengkap Kimia Klinik  Gula darah Acak Leukosit : 10.5
√ Blood Gas Analisa Kultur Urin   EKG AGD : SPO2 99%
BUN Kreatinin  √ Foto Thorak
USG Abdomen : ada perdarahan pada abdomen
√ USG Abdomen
sebelah kiri

Tindak lanjut : KRS  MRS   PP  DOA  √ OPERASI PINDAH   LAIN LAIN

E. Pemberian Terapi

Pukul
Medikasi/Obat yang diberikan
Dosis / rute pemberian
17.00
17.00
17.00
17.00
Tramadol 100mg
Meropenem 1gr
Asam tranexamat 500mg
Ondansentron 8mg

3x1 /IV
2x1 /IV
3x1/IV
3x1/IV

F. Diagnosa,Intervensi & Implementasi Keperawatan

G.

Masalah Keperawatan
Waktu
Tindakan keperawatan
Evaluasi
(SOAP)

Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)

Tgl
28/04/2021
Jam 17.00
√ Bebaskan  jalan napas
Melakukan suction

√ Berikan oksigen
Menggunakan mesin ventilator mode PSIMV , fraksi 10, ps 12, peep 5 FIO2 60%

√ Posisikan pasien dengan semi fowler


.

√ Pasang jalur intravena pada tangan kiri

√ Berikan cairan RL 500/12 jam


√ Observasi tanda – tanda vital
S: suara napas gurgling, jalan napas tidak adekuat
O: terdapat sekret, warna putih kental
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

S: -
O: Rr : 20x/mnt, Menggunakan mesin ventilator mode PSIMV , fraksi 10, ps 12, peep 5 FIO2 60%

A: masalah belum teratasi

P: intervensi dilanjutkan

S: -
O: Rr : 20x/mnt
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

S:-
O: urin 200cc, warna kuning pekat
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan

S:-
O: TD: 125/70 mmhg
n: 82x/mnt
rr : 20x/mnt
s: 36,5 C
Sat: 100%
A: masalah blm teratasi
P: lanjutkan intervensi
Bekasi , 28 April 2021
Perawat
Dana Monica

DAFTAR PUSTAKA

Azis, 2010. Laparatomy, http://medicastore.laparatomi.co.id, diakses 10


November 2018

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Jitowiyono S. 2010. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Muha


Medika.

Ackley,B.J., Ladwing, G. B., & Makic, M.B.F. (2017). Nursing diagnosis handbook, an
evidence-based giude to planning care (11ed)St. Louis;Elsevier

Anda mungkin juga menyukai