Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR TERBUKA PADA TN. M

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NAMA : HERLISA PAAIS

NPM : 12114201180187

KELAS : A

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2020
ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR TERBUKA PADA TN. M

KASUS

Tn. Martin, 42 tahun mengalami tabrakan dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya
di jalan tol sekitar pukul 14.30 WIB.Pada saat kejadin Tn. M pingsan dan segera dibawa ke
IGD RS Sehat yang mempunyai fasilitas lengkap untuk mendapatkan pertolongan. Ketika
akan dikeluarkan dari mobil Tn. M menjerit kesakitan, pasien mengatakan tidak bisa
menggangkat kaki, nyeri hebat pada daerah kaki yang mengalami benturan, Sebagai seorang
perawat yang bertugas di IGD Tn, M Lngsung ditangani, dari hasil pemeriksaan ditemukan
tungkai bawah kiri bagian atas mengalami patah tulang , serta adanya luka robek 4x1 cm di
daerah patahan serta luka kelihatan kotor. TD 120/80 mmHg, HR 88 x/menit dan RR 20
x/menit, S 36,7°c bedasarkan hasil kolaborasi dengan dokter jaga perawat disarankan untuk
melakukan pemasangn spalak/bidai, dan pemeriksaan radiologi pada kaki yang patah.

Tgl/jam masuk RS : 10 Oktober 2020 jam 14.30 WIB

NO Reg : 147689

Diagnosa medis : Fraktur Terbuka

1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien

a. Nama : Tn. M

b. Umur : 42 Tahun

c. Jenis kelamin : Laki – Laki

d. Agama :  Kristen

e. Alamat : Jl.Merpati
f. Pekerjaan :  Wiraswasta

g. Pendidikan :  SMA

2. Identitas Penanggung Jawab

a. Nama :   Ny. I

b. Umur :   49 tahun

c. Pekerjaan :   Ibu rumah tangga

d. Pendidikan :   SD

e. Alamat :   Jl.Merpati

f. Hubungan dengan pasien :   Istri pasien

2. KELUHAN UTAMA : Nyeri hebat pada daerah kaki yang mengalami benturan
3. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien dibawa ke RS dengan keluhan nyeri hebat pada daerah kaki yang
mengalami benturan setelah menagalami kecelakaan lalu lintas.
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan tungkai bawah kiri bagian atas
mengalami patah tulang , serta adanya luka robek 4x1 cm di daerah patahan
serta luka kelihatan kotor Pada saat membersihkan luka, klien mengeluh nyeri.
Tn. M merintih kesakitan, nyeri tumpul dengan skala nyeri 6. Saat disentuh Tn.
M merintih sakit.

2. Riwayat kesehatan dahulu :-

3. Riwayat kesehatan keluarga : -


4. Pola Kehidupan Sehari-hari
a) Pola persepsi kesehatan

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan bahwa ia dan keluarganya sangat memperhatikan
masalah kesehatan.  Jika ada anggota keluarga yang sakit, segera diberi obat atau
diperiksakan ke Puskesmas atau mantri.

Selama sakit        :   Keluarga pasien mengatakan bahwa kesehatan itu mahal harganya jadi
keluarga akan merawat Tn. M dengan baik.  Pasien mengatakan jika sudah sembuh nanti
akan lebih memperhatikan kesehatan dan akan berhati-hati jika naik kendaraan.

b) Pola Nutrisi

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan biasanya makan 3x/  hari dengan menu nasi, sayur
(bayam, buncis, wortel, kangkung), lauk (tempe, telur, tahu, daging).  Porsi 1 piring habis.
Pasien tidak suka makanan (sayuran yang bersantan contohnya: sayur nangka, kluwih, dan
opor). Pasien biasa minum 6-7 gelas perhari ± 1400 cc, pasien biasanya minum air putih dan
teh.

Selama sakit        :   Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan menu yang disediakan
RS yaitu nasi, sayur, lauk, buah, porsi makan sedang tetapi pasien hanya makan dan habis ½
porsi makanan karena masakan yang disediakan dari RS tidak enak. Pasien minum air putih
± 5-6 gelas setiap harinya ± 1200 cc.  Diit dari RS yaitu RKTP ( Rendah Kalori Tinggi
Protein ).

c) Pola Eliminasi

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan BAB (Buang Air Besar) 1 kali sehari biasanya saat
pagi hari dengan konsistensi feses lunak, warna kuning kecoklatan, bau khas, tidak ada
lendir/ darah, tidak ada keluhan. Pasien mengatakan sehari BAK (Buang Air Kecil) 7-8 x/
hari dengan konsistensi jernih, kekuningan dan bau khas.

Selama sakit        :   Pasien mengatakan semenjak dirawat, BAB tidak ada masalah tetap 1
kali dalam sehari tetapi waktunya tidak tentu. Warna feses kuning kecoklatan, bau khas dan
tidak ada lendir/ darah.  Pasien mengatakan BAK 4-5 x/ hari dengan konsistensi jernih,
kekuningan dan bau khas.  Pasien BAB dan BAK dibantu oleh keluarga dengan
menggunakan pispot.

d) Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan tidur malam ± 5-7 jam dimulai pukul 22.00–05.00
WIB, tidurnya tidak ada gangguan.  Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak pernah tidur
siang.

Selama sakit        :   Pasien mengatakan tidur setelah minum obat.  Selama di RS pasien bisa
tidur tetapi jika nyeri pasien terbangun.  Pasien tidur malam ± 8 jam dimulai pukul 21.00–
05.00 WIB dan tidur siang ± 2 jam dimulai pukul 12.00–14.00 WIB.  Pasien tidur dengan
posisi elevasi tungkai.

e) Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai Wiraswasta. Berangkat
jam 06.00 pagi dan pulang tidak tentu, tapi rata-rata pulang jam 20.00 WIB. Keseharian
pasien hanya dilakukan untuk bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 
Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di desanya karena pekerjaannya yang selalu
pulang malam.

Selama sakit        :   Pasien mengatakan izin bekerja selama masih sakit.  Pasien mengatakan
aktivitas sehari-harinya dibantu keluarga yang tidak lain adalah istrinya (Ny. I).  Untuk
makan disuapi, minum diambilkan, BAK dan BAB dengan pispot.  Pasien dibantu keluarga
karena tidak bisa bergerak.

f) Pola Kognitif

Sebelum sakit      :   Pasien mengatakan tidak tahu bahaya dari patah tulang jika tidak  segera
diatasi.

Selama sakit        :   Pasien mengatakan sudah tahu tentang tindakan penangananan dari patah
tulang yang sedang dideritanya, pasien mendapatkan informasi dari dokter dan perawat yang
merawatnya.
g) Pola Konsep Diri

1)      Gambaran diri   :   Pasien mengatakan sedih dengan keadaannya saat ini, tetapi pasien
bisa menerima kondisinya saat ini karena masih banyak orang yang lebih menderita.

2)      Harga diri          :   Pasien mengatakan tidak malu/ rendah diri dengan keadaannya
sekarang ini, keluarga dan sahabat selalu memberi semangat menjalani hidup.

3)      Peran                 : Pasien mengatakan perannya sebagai ayah, kepala keluarga, dan
pencari nafkah.  Sekarang ini pasien tidak bisa lagi bekerja karena kondisi pasien yang
sedang sakit. Untuk biaya RS pasien menggunakan uang tabungannya di Bank.

4)      Identitas            : Pasien mengatakan bahwa dirinya sebagai seorang ayah yang berumur
42 tahun dan beragama Kristen.

5)      Ideal diri           :   Pasien berharap untuk cepat sembuh sehingga dapat beraktivitas
seperti sediakala sebelum sakit dan dapat berkumpul dengan keluarga, saudara, dan sahabat.

5. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum     : Sedang


2. Kesadaran             : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital  :

1)      TD (Tekanan Darah)   : 120/80 mmHg

2)      N (Nadi)                      : 88 x/ menit

3)      S (Suhu)                      : 36,7 oC

4)      RR (Respirasi)             : 20 x/ menit

GCS (Glasgow Coma Scale) : E4 V5 M6

4. Kepala           :   Mesochepal, tidak terdapat lesi.

5. Rambut         :   Kulit kepala bersih, rambut hitam, lurus, tidak beruban, rambut pendek, tidak
berketombe, rambut bersih.
6. Mata              :   Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada gangguan penglihatan, pupil isokor.

7. Telinga          :   Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran, tidak terdapat serumen,
tidak ada nyeri saat telinga ditekan dan ditarik.

8. Hidung          :   Simetris, bersih, tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman, tidak ada
massa, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan, tidak ada perdarahan, tidak terpasang O2.

9. Mulut            :   Mulut berbau, gigi tidak caries, lidah kotor, tidak ada stomatitis, tidak
memakai gigi palsu, fungsi pengecapan baik, membran mukosa bibir lembab.

10. Wajah            :   Tampak segar, tampak bekas luka jatuh tetapi luka sudah mengering,
kening berkerut menahan nyeri pada tungkai kakinya sebelah kanan.

11. Leher             :   Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, simetris, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri telan, tidak ada peningkatan JVP (Jugular Venous Pressure).

12. Dada

Jantung      :

a)  Inspeksi           : IC (Ictus Cordis) tidak nampak

b)  Palpasi             : IC (Ictus Cordis) tidak kuat angkat

c)  Perkusi            : Pekak, batas jantung kesan tidak melebar

d) Auskultasi       : Bunyi jantung I dan II normal terdengar lupdup, bising negatif,


tidak ada suara tambahan.

13. Paru-paru     :

a)  Inspeksi           : Pengembangan paru kanan dan kiri simetrik

b)  Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan, gerakan fokal fremitus antara kanan dan
kiri sama.
c)  Perkusi            : Bunyi paru resonan

d) Auskultasi       : Suara dasar paru normal, terdengar vesikuler, tidak ada whezzing.

14. Abdomen      :

a)      Inspeksi               : Tidak ada asites, tidak ada  nodul, bentuk simetris, kontur
kulit lentur, tidak ada benjolan/ massa.

b)     Auskultasi           :   Bising usus 16 x/ menit

c)      Perkusi                 :  Tidak ada pembesaran pada hati, tidak ada nyeri tekan,
suara tympani.

d)     Palpasi                 :   Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.

15. Genetalia       :   Menolak dilakukan pemeriksaan. Terpasang kateter.  Untuk BAB
dan BAK dengan pispot.

16. Ekstremitas   :  

    Ekstremitas atas: Tangan kanan dan kiri dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal, tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit), tidak ada luka
pada ekstremitas atas, dapat digerakkan dengan bebas, dan tidak ada edema.

   Ekstremitas bawah      :

a)      Kanan    : Pasien dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal, tampak
pada lutut luka sedikit kering dan warna merah.

b)      Kiri        : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi, tungkai kiri
terpasang balutan, balutan kering, tidak tambas, tampak pada jari-jari  kaki kanan mengalami
pembengkakan, tidak terpasang drain.

P (Paliatif)     :   tungkai sebelah kiri, nyeri jika untuk bergerak

Q (Quality)    :   nyeri seperti tertusuk-tusuk


R (Regio)       :   tungkai sebelah kiri

S (Scale)        :   skala nyeri: 6 saat dilakukan pemeriksaan.

T (Time)        :   terus menerus berhenti jika posisi enak dan tidak bergerak.

17. Kulit              :   Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik (< 2 detik), tidak ada biang
keringat, tidak ada decubitus, daerah luka tampak berwarna kemerahan dan bengkak.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
- Rontgen : tampak gambar fraktur
b. Pemasangan splak/bidai

7. Analisis Data
Nama : Tn. M
Umur : 42 tahun

Data fokus Etiologi Masalah


DS :Pasien mengatakan nyeri Hebat pada daerah Agen-agen yang Nyeri Akut
kaki yang mengalami benturan, skala nyeri: 6 menyebabkan cidera fisik,

DO :

1. P : Tungkai sebelah kiri nyeri jika untuk bergerak

2. Q  :  Nyeri seperti tertusuk-tusuk

3. R : Tungkai sebelah kiri

4. S    :    Skala nyeri: 6

5. T : Nyeri terus menerus       berhenti saat posisi


enak dan tidak bergerak

6. Pasien tampak menahan sakit


7. Ekspresi wajah pasien tampak tegang

8. TTV : TD  : 120/ 80 mmHg

N   : 88 x/ menit

S    : 36,7 oC

RR : 20 x/ menit

9. Pasien tampak takut menggerakkan kakinya


sebelah kiri
DS : Pasien mengatakan takut untuk mengangkat Hambatan mobilitas fisik Kerusakan
kaki dan nyeri pada tungkai kakinya sebelah kiri muskuloskeletal
jika untuk bergerak

Pasien mengatakan kaki kiri tidak bisa


digerakkan dan nyeri jika untuk bergerak

DO  :

Pasien tampak bedrest, posisi elevasi tungkai

Pasien tampak lemah

Pasien tampak takut bergerak


Dalam aktivitasnya pasien dibantu oleh
keluarga dan perawat
Pasien tampak membatasi gerakan

DS : Risiko infeksi Fraktur terbuka dan


kerusakaan jaringan
DO :

1. Di daerah patahan luka kelihatan kotor


2. Pasien terpasang bidai di kaki kiri

3. Hasil rontgen didapatkan gambaran fraktur


terbuka
DS : Kerusakan integritas kulit Fraktur terbuka dan
proses pembedahan
DO :

1. Tampak adalanya luka pada kaki kiri

2. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan tulang


kaki kiri merobek kulit dan otot

3. Daerah luka tampak kemerahan dan bengkak

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn. M
Umur : 42 Tahun

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen yang menyebabkan cidera fisik.


2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bedah perbaikan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
9. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. M
Umur : 42 Tahun

Tanggal/Jam No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


11 Oktober 2020 1 Setelah dilakukan tindakan Ajarkan dan dorong untuk
keperawatan selama 3×24 jam manajemen stress (relaksasi, nafas dalam,
08.00 WIB
diharapkan nyeri berkurang atau imajinasi, sentuhan terapeutik).
hilang dengan kriteria hasil: Monitor TTV dan observasi KU
pasien dan keluhan pasien.
Skala nyeri 2-3.
Atur posisi yang aman dan nyaman.
Ekspresi wajah santai dan
Pertahankan imobilisasi pada bagian
tenang
yang sakit.
TTV dalam batas normal.
Kolaborasi dengan dokter dalam
Pasien tampak rileks.
pemberian analgetik.
Kaji tingkat nyeri dengan
Mengetahui tindakan
standar PQRST.
keperawatan yang diberikan sesuai dengan
tingkatan nyeri.
Memfokuskan kembali
perhatian koping terhadap stress sehingga
dapat menurunkan nyeri.

11 Oktober 2020 2 Setelah dilakukan tindakan  (Range Of Motion) pasif dan aktif.
keperawatan selama 3×24 jam
08.20 WIB Bantu dan dorong pasien untuk
diharapkan masalah hambatan
melakukan aktivitas perawatan secara
mobilitas fisik dapat teratasi
bertahap.
dengan kriteria hasil:
Beri bantuan dalam menggunakan
Kemampuan mobilitas alat gerak.
pasien meningkat. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Pasien menjadi tidak takut untuk melatih pasien.
untuk bergerak. Meminimalkan nyeri dan
Pasien mampu beraktivitas mencegah salah posisi.
secara bertahap.
Pasien mampu
menggunakan alat bantu gerak.
Pertahankan tirah baring
dan melatih tangan serta
ekstremitas sakit dengan lembut.
Atur posisi elevasi tungkai.
Latih dan bantu ROM

11 oktober 2020 3 Setelah dilakukan tindakan Kaji ukuran, warna, kedalaman lukan
keperawatan selama 3×24 jam perhatikan jaringan nekroti dan kondisi di
08.40 WIB
diharapkan tidak terjadi kerusakan sekitar luka
integritas kulit dengan kriteria Ubaha posisi pasien dengan sering
hasil: Beri bantalan di bawah kaki yang terpasang
bidai
Pasien mengatakan
Lakukan perawatan pada area kulit yang
ketidaknyamanan hilang.
terpasang bidai
Pasien mencapai proses
penyembuhan secara maksimal
dengan cepat.
Pasien menunjukkan
regenerasi jaringan pada area yang
luka.
Ubah posisi pasien dengan
sering.
Lakukan perawatan pada
area kulit yang dilakukan tindakan
bedah.
Kaji/ catat ukuran, warna,
kedalaman luka, perhatikan
jaringan nekrotik dan kondisi di
sekitar luka.
Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat-obatan
topikal.
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian diit.

11 Oktober 2020 4 Setelah dilakukan tindakan Perhatikan adanya keluhan


keperawatan selama 3×24 jam peningkatan nyeri.
09.00 WIB
diharapkan tidak terjadi infeksi Kaji tonus otot dan refleks tendon.
dengan kriteria hasil: Selidiki adanya nyeri yang muncul
tiba-tiba.
TTV dalam batas normal.
Kolaborasi dengan dokter dalam
Tidak ada bengkak.
pemberian antibiotik dan Vitamin C
Luka tidak tambas, kering
Mengetahui perkembangan
dan bersih.
kesehatan pasien.
Tidak ada tanda-tanda
infeksi.
Mencapai penyembuhan
luka sesuai waktu.
Bebas drainase purulen
atau eritema dan demam.
Pantau KU pasien
dan monitor TTV, kaji tanda-tanda
infeksi.
Lakukan perawatan
luka dengan tepat dan steril.
Observasi keadaan
luka terhadap pembentukan bulla,
krepitasi dan bau drainase yang
tidak enak.
Inspeksi kulit
terhadap adanya iritasi.
10. IMPLEMENTASI
Nama : Tn. M
Umur : 42 tahun

Tanggal No.Dx Implementasi


11 Oktober 2020 1 - Mengobservasi KU (Kondisi Umum), TTV (Tanda-Tanda
Vital) pasien dan mengkaji tingkat nyeri pasien dengan
PQRST
- Mengajarkan pasien untuk napas dalam
- Berikan posisi yang aman dan nyaman
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik.
- Mengobservasi TTV dan KU pasien.

11 Oktober 2020 2 - Mengobservasi Ku ( kondisi umum TTV (tanda-tanda vital)


- Memberikan injeksi sesuai dengan advise dokter Mengajarkan
nafas dalam, mempertahankan imobilisasi pada kaki kanan dan
mengatur posisi tidur terlentang dengan kaki kanan diganjal
dengan bantal
- Mengubah posisi pasien dengan sering ke kanan dan ke kiri.
11 Oktober 2020 3 - Mengobservasi Ku ( kondisi umum TTV (tanda-tanda vital)
- Memberikan injeksi sesuai dengan advise dokter
11 Oktober 2020 4 - Mengobservasi Ku ( kondisi umum TTV (tanda-tanda vital)
- Menginspeksi kulit terhadap adanya iritasi, memperhatikan
adanya keluhan peningkatan nyeri dan menyelidiki adanya
nyeri yang muncul tiba-tiba.
- Memantau tanda-tanda infeksi yaitu rubor, kalor, dolor,
tumor, fungsiolesa,
- mengobservasi keadaan luka terhadap pembentukan bulla,
krepitasi dan bau drainase yang tidak enak dan mengkaji serta
mencatat ukuran, warna, kedalaman luka, lalu memperhatikan
jaringan nekrotik dan kondisi di sekitar luka

Tujuan Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan dengan menggunakan teknologi pencitraan untuk


mendiagnosis dan mengobati suatu penyakit.

1) Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk membantu dokter melihat kondisi bagian


dalam tubuh.

2) Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk menentukan penyebab penyakit yang diderita


oleh pasien.

3) Pemeriksaan radiologi bertujuan untuk membantu Dokter agar mengetahui bagaimana


respons tubuh pasien terhadap metode pengobatan yang sedang dijalani, serta
memeriksa apakah ada penyakit lain pada pasien

4) Memantau suatu perawatan

Cara Melakukan Pengkajian Nyeri (PQRST) Pada Kasus Di Atas

➢ Apa penyebab timbulnya nyeri?


P : Provokatif /
➢ Misalnya nyeri akibat kerusakan jaringan tubuh, cedera otot akibat
Paliatif (Penyebab)
olahraga atau nyeri pada radang sendi.
➢ Seberapa berat keluhan nyeri terasa?
➢ Bagaimana rasanya? Misalnya: seperti ditusuk, tertekan/tertimpa
Q : Qualitas /
benda berat, diris-iris, seperti diremas, membakar, nyeri berat, kolik,
Quantitas
kaku.
➢ Seberapa sering terjadinya?
➢ Dimana lokasi nyeri dirasakan/ditemukan?
R : Region / Radiasi
➢ Apakah menyebar ke daerah lain?
(Penyebaran)
➢ Apaka berfokus pada satu titik?
➢ Seperti apa sakitnya (skala nyerinya)?
➢ Penilaian dapat dilakukan dengan:
S : Skala Seviritas
- Skala nyeri deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS)
(Keparahan)
- Skala numerik angka/Numerical Rating Scale (NRS)
- Skala wajah/Faces Scale
➢ Kapan nyeri mulai dirasakan?
➢ Seberapa sering keluhan nyeri terjadi?
➢ Apakah terjadi mendadak atau bertahap?
T : Timing (Waktu)
➢ Apakah akut atau kronis?
➢ Apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang?
➢ Apakah pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya?

Tujuan Pemasangan Bidai dan Tahap-Tahap Pemasangan Bidai

1) Tujuan

a. Memperrtahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak bergerak


b. Memberikan tekanan
c. Melindungi bagian tubuh yang cedera
d. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
e. Mencegah terjadinya pembengkakan
f. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi
g. Memudahkan dalam transportasi penderita.

2) Tahap-Tahap Pemasangan Bidai Pada pasien Fraktur (patah tulang tungkai bawah).

a. Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.

b. Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.

c. Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.

Anda mungkin juga menyukai