Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KONSEP TEORI

A. Pengertian
Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri.
Abses dapat terjadi di mana saja pada bagian tubuh kita. Abses dapat terlihat
karena berada di bagian luar tubuh (pada lapisan kulit) atau terjadi pada organ
dalam tubuh, yang tidak terlihat.
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang
telah mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya
proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda
asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik) abses ini yang
berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman potogen misalnya bisul.
Abses gluteus merupkan abses yang terdapat pada area gluteus.

B. Etiologi
Penyebab Abses antara lain:
1. Infeksi microbial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses
radang ialah infeksi mikrobial. Virus menyebabkan kematian sel dengan
cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik
yaitu suatu sintesis kimiawi yang secara spesifik mengawali proses radang
atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.

1
2. Reaksi hipersentivitas
Reaksi hipersentivitas terjadi bila perubahan kondisi respons
imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau berlebihannya reaksi imun
yang akan merusak jaringan.
3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui
trauma fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih
(frosbite).
4. Bahan kimia iritan dan korosif
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam,
basa) akan merusak jaringan yang kemudian akan memprovokasi
terjadinya proses radang. Disamping itu, agen penyebab infeksi dapat
melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi dan langsung
mengakibatkan radang.
5. Nekrosis jaringan
Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan
berkurangnya pasokan oksigen dan makanan pada daerah bersangkutan,
yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan, kematian jaringan
sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi
daerah infark sering memperlihatkan suatu respons, radang akut.

C. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada abses antara lain
a. Nyeri tekan
b. Nyeri lokal
c. Bengkak
d. Kenaikan suhu
e. Leukositosis
f. Rubor ( kemerahan)
g. Kolor (panas) menggigil atau demam ( lebih dari 37,7° C )

2
h. Dolor (nyeri)
i. Tumor (bengkak) terdapat pus (rabas) bau membusuk
j. Fungtio laesa

D. Patofisiologi
Terjadinya abses dikarenakan masuknya bakteri melalui luka atau
infeksi di bagian tubuh lain maupun bakteri dalam tubuh yang tidak
menimbulkan gangguan, lama kelamaan bagian yang terkena terjadi infeksi.
Infeksi ini menyebabkan sebagian sel mati dan hancur sehingga bagian
tersebut berongga berisi bakteri, sedangkan sebagian sel darah putih
melakukan perlawanan dan akhirnya mati, karena jumlah sel tersebut sedikit.
Sel tersebut menjadi pus dan akhirnya terdorong seperti benjolan yang
disebut abses lalu terjadi peradangan yang menimbulkan nyeri, membuat
tidak nafsu makan. Peradangan tersebut akhirnya pecah terjadi perdarahan
sehingga menimbulkan kecemasan.

3
E. Pathway
Faktor predisposisi
Bakteri mengadakan multipliklasi dan merusak janringan yang ditempati
Tubuh bereaksi untuk perlindungan terhadap penyebaran infeksi

peradangan
Terbentuk abses
Nyeri akut
Dilepasnya zat
pirogen leukosit pada
jaringan

Panas

F. Pemeriksaan Diagnostik Hipertermi


Pemeriksaan penunjang dari abses antara lain:
a. Kultur ; mengidentifikasi organisme penyebab abses sensitivitas
menentukan obat yang paling efektif.
b. Sel darah putih, hematokrit mungkin meningkat, leukopenia, leukositosis
(15.000 - 30.000) mengindikasikan produksi sel darah putih tak matur
dalam jumlah besar.
c. Elektrolit serum, berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal
d. Pemeriksaan pembekuan : trombositopenia dapat terjadi karena agregasi
trombosit, PT/PTT mungkin memanjang menunjukan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati/sirkulasi toksin/status syok.
e. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok.
f. Glukosa serum, hiperglikemi menunjukkan glukogenesis dan glikogenesis
di dalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler dalam
metabolism.

4
g. BUN/Kreatinin : Peningkatan kadar diasosiasikan dengan
dehidrasi,ketidakseimbangan/kegagalan ginjal dan disfungsi/kegagalan
hati.
h. GDA : Alkalosis respiratori hipoksemia,tahap lanjut hipoksemia asidosis
respiratorik dan metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme
kompensasi.
i. Urinalisis : Adanya sel darah putih/bakteri penyebab infeksi sering muncul
protein dan sel darah merah.
j. Sinar X : Film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindikasikan
udara bebas di dalam abdomen/organ pelvis.
k. EKG : Dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T,dan
disritmia yang menyerupai infak miokard.

G. Penatalaksanaan
a. Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan
antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan
intervensi bedah, debridemen, dan kuretase. hal yang sangat penting
untuk diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan menggunakan
antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan yang
efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk
ke dalam abses, selain bahwa antibiotik tersebut seringkali tidak dapat
bekerja dalam pH yang rendah.
b. Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi
penyebabnya, utamanya apabila disebabkan oleh benda asing, karena
benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda
asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan
dengan pemberian obat analgesik dan mungkin juga antibiotik.
c. Drainase abses dengan menggunakan pembedahan biasanya
diindikasikan apabila abses telah berkembang dari peradangan serosa
yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak.

5
d. Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan
terakhir yang perlu dilakukan.
e. Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering
digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten
Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa
tersebut menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat
melalui komunitas, digunakan antibiotik lain: clindamycin,
trimethoprim-sulfamethoxazole, dan doxycycline.

H. Asuhan Keperawatan
1. Data Fokus Pengkajian
a. Aktifitas / istirahat
Gejala : Malaise
b. Sistem kardiovaskuler
Tanda : Tekanan darah normal/sedikit dibawah jangkauan normal
(selama curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat, cepat
(perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem
(syok).
Suara jantung : Disritmia dan perkembangan S3 dapat mengakibatkan
disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidakseimbangan elektrolit.
Kulit hangat, kering, bercahaya (vasodilatasi), pucat, lembab, burik
(vasokonstriksi).
c. Sistem pencernaan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah.
Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/masa otot
(malnutrisi). Penurunan haluaran, konsentrasi urine; perkembangan ke
arah oliguria, anuria.
d. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, pusing, pingsan.

6
Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium/koma
e. Penafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pemafasan,
penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
f. Sistem reproduksi
Gejala : Perineal pruritus, baru saja menjalani kelahiran/aborsi
Tanda : Maserasi vulva, pengeringan vaginal purulen.
g. Integumen
Gejala : Masalah kesehatan kronis/melemahkan misal: DM, kanker,
hati, jantung, ginjal, kecanduan alkohol. Riwayat splenektomi.  Baru
saja menjalani operasi prosedur invasive, luka traumatik.
Tanda : Suhu umumnya meningkat ( 37,95% atau lebih), menggigil,
luka yang sulit sembuh.
h. Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel darah
putih.
i. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.

2. Analisa Data & Masalah Keperawatan

Tanda Etiologi Masalah Keperawatan


DS : klien mengeluh Faktor predisposis Nyeri akut/kronis
nyeri Abses
DO : luka terbuka / proses peradangan
tertutup, nyeri tekan/ Agen injuri biologis
Nyeri

DO : peningkatan sel faktor predisposis Resiko infeksi


darah putih, terdapat Abses
luka, suhu diatas Proses peradangan
0
normal ( 37,5 C), Pus
terdapat Pus Benjolan

7
Resiko infeksi

DO : luka Faktor predisposis Kerusakan integritas


terbuka/tertutup, Abses jaringan
benjolan, Peradangan
Operasi
Kerusakan integritas jaringan

3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatatan
pertahanan sekunder.
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan trauma
jaringan.

4. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri
dengan agen injuri tindakan keperawatan 2. Klien mampu

8
biologi. selama 2 x 24 masalah mengontrol rasa
nyeri teratasi dengan nyeri melalui
kriteria hasil : aktivitas.
1. Klien mampu 3. Mendemontrasikan
mengontrol rasa tehnik relaksasi dan
nyeri melalui pengalihan rasa
aktivitas. nyeri melalui
2. Mendemontrasikan aktivitas yang
tehnik relaksasi dan mungkin
pengalihan rasa 4. Kolaborasi dalam
nyeri melalui pemberian terapi
aktivitas yang analgetik sesuai
mungkin indikasi
3. Mengikuti program
pengobatan.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. pertahankan tekhnik
berhubungan tindakan keperawatan aseptik.
dengan ketidak selama 2 x 24 jam 2. Pantau secara teratur
adekuatatan masalah infeksi teratasi dan catat tanda -
pertahanan sekunder dengan kriteria hasil : tanda infeksi.
1. Jumlah leukosit 3. Teliti adanya nyeri
dalam batas normal dan demam.
2. Menunjukan 4.  Kolaborasi dengan
kemampuan untuk tim medis dalam
timbulnya infeksi pemberian antibiotik
3. Pasien bebas dari
tanda dan gejala
infeksi
3. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji ukuran,
jaringan tindakan keperawatan warna, kedalamam
berhubungan selama 2 x 24 jam luka, perhatikan

9
dengan trauma masalahkerusakan jaringan nekrotik
jaringan. integritas kulit teratasi dan nekrotik dan
. dengan kriteria hasil : kondisi sekitar luka
1. Menunjukan
2. Berikan perawatan
terjadinya proses
luka yang tepat dan
penyembuhan luka
tindakan kontrol
infeksi

3. Pertahankan
penutupan luka
sesuai indikasi

4. Siapkan/bantu
prosedur
pembedahan

DAFTAR PUSTAKA

10
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardi. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Bersasarkan Diagnonas Media dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Media
Action, 2015.

www.scribd.com

http://cahaya-salim.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html

11

Anda mungkin juga menyukai